"Kau ingin menyalahkan aku yang mengabaikanmu? Kau marah padaku karena aku tidak pernah pulang?" tanya Ron dengan lembut.
"Apa aku punya hak untuk itu? Tidak ada yang menginginkan pernikahan ini. Aku tidak pernah menuntutmu untuk memperlakukanku sebagai istri. Jadi jangan menuntutku untuk memperlakukanmu sebagai suami!"
Thrisca berkata dengan nada ketus.
"Kau marah? Akui saja! Kau kecewa aku mengabaikanmu selama ini kan? Kenapa sulit sekali bagimu untuk mengakui sesuatu?!"
"Kalau aku marah, apa yang akan kau lakukan?"
"Tentu saja meredakan amarahmu. Maafkan aku, Gendut. Aku akan lebih memperhatikanmu lagi mulai sekarang,"
"Berhentilah bersikap plin-plan! Kau ingin menceraikanku kan? Maka ceraikan saja!"
Thrisca menutup telepon dengan kasar. Raut wajah cerianya berubah seketika menjadi wajah masam yang memendam kesedihan.
Gadis itu berjalan sambil melamun hingga tidak sengaja menabrak seseorang.
"Kenapa aku selalu saja mencari masalah?!!" batin Thrisca geram.
Gadis itu memunguti belanjaan wanita yang ditabraknya dengan wajah lesu. Thrisca benar-benar takut akan dimaki dan dipermalukan lagi seperti tempo hari.
"Maaf, aku benar-benar tidak sengaja."
Thrisca meminta maaf sambil menutup mata.
"Han?"
Wanita yang ditabrak Thrisca itu berbicara pada Han.
"Nona Jane?"
Han menatap wanita itu dan menyapa sekenanya.
"Mereka saling kenal?" batin Thrisca.
"Kau bersamanya?" tanya wanita asing itu pada Han.
"Maaf sudah membuat belanjaanmu berantakan," ujar Han seraya menarik tangan Thrisca menjauh dari wanita itu.
"Itu kenalan Mas Han?" tanya Thrisca.
"Hanya orang asing. Tidak perlu dipikirkan," ujar Han dengan wajah masam.
"Siapa wanita yang bersama Han itu?" gumam wanita yang ditabrak oleh Thrisca tadi.
"Bagus juga bertemu Han disini.. sebentar lagi Ron pasti akan mencariku begitu dia tahu aku sudah kembali."
***
Han terus memasang tampang kusut setelah bertemu dengan wanita di minimarket tadi.
Sesampainya di rumah, Ron sudah menunggu kedatangan Han dan Thrisca dengan amarah memuncak.
"Sudah puas dengan kencan kalian hari ini?" sindir Ron.
"Kencan bukan hanya untuk pasangan bukan?" sanggah Thrisca.
Han berusaha menghindar dan segera membawa belanjaan Thrisca ke dalam.
"Kapan rumah ini akan menjadi milikku? Jika kau akan mengusirku, lebih baik kau katakan dari sekarang saja. Aku harus bersiap untuk mencari tempat tinggal baru." ujar Thrisca.
"Kau tidak akan kemanapun! Rumah ini akan selalu menjadi milikmu." ungkap Ron tanpa menoleh sedikitpun ke arah istrinya.
"Aku tidak tahu ada pria dewasa yang sangat labil sepertimu," ejek Thrisca.
"Bersiaplah sekarang! Kita akan menemui kakek."
"Bukankah seharusnya besok?"
"Kakek meminta hari ini. Aku tunggu disini,"
"Pakaian apa yang harus kukenakan?" tanya Thrisca.
"Benar juga! Kakek ada saat pernikahan kita. Aku juga masih berpura-pura lumpuh. Pakai baju tebalmu lagi! Aku harus mengambil kursi roda,"
Ron bergegas mencari kursi roda, sementara Thrisca sibuk dengan dandanan gemuknya.
"Mas Han, maaf sepertinya malam ini aku tidak bisa memasak untukmu. Ron mengajak pergi menemui kakek," ujar Thrisca pada Han.
"Tidak apa-apa, Nona. Bos sudah memberitahuku." jawab Han dengan senyuman manis.
"Kau sudah bisa tersenyum? Wajah masammu tadi benar-benar seram,"
"Maaf, Nona. Suasana hatiku sedang buruk. Maaf jika aku bersikap tidak sopan."
"Tidak masalah.."
Thrisca ikut tersenyum manis pada Han.
Tak berselang lama, Ron muncul dan segera menarik Thrisca masuk ke dalam mobil. Han mengantar pasangan suami-istri itu ke salah satu hotel mewah tempat mereka akan bertemu dengan Tuan Besar Hasan.
"Dorong aku!"
Perintah Ron pada Thrisca.
Han mengikuti dari belakang dan menunggu di meja yang berbeda.
"Icha.."
Tuan Hasan tersenyum menyapa cucu menantunya itu. Sementara Ron memasang raut wajah kesal pada kakek tua menyebalkan itu.
"Tuan Besar, apa kabar?"
Thrisca menundukkan kepala dan menyapa kakek Ron dengan hormat.
"Lama tidak bertemu, kenapa masih memanggil Tuan Besar? Panggil aku kakek."
"Tentu, Kakek."
Thrisca duduk di samping Ron dan menatap kakek Ron penuh senyum.
"Apa bocah ini menyulitkanmu? Dorong saja kursi rodanya dari atap jika dia membuatmu kesal." ujar Tuan Hasan sambil tertawa.
"Tentu, Kakek. Aku benar-benar ingin mendorong kursi roda pria ini ke jurang," gurau Thrisca.
"Kalian berkumpul disini hanya untuk menindasku?!" protes Ron.
"Aku tidak punya urusan denganmu! Aku hanya ingin bertemu cucu menantuku." ujar Tuan Hasan sinis.
"Kau semakin kurusan. Apa Ron tidak memberimu makan?"
Tuan Hasan menatap sumpalan kain Thrisca sambil tersenyum tipis.
"Kurus apanya? Pakai kacamatamu kakek tua! Badan selebar ini mana mungkin kekurangan makanan?!" ujar Ron kesal melihat Thrisca yang berpenampilan gendut dengan sumpalan kain.
"Apa bocah ini sering mengejekmu? Ejek saja balik. Dia hanya pria cacat yang bermulut besar!"
Telinga Ron semakin panas mendengar perkataan kakeknya sendiri.
Thrisca tidak bisa berhenti tersenyum mendengar hinaan demi hinaan dilontarkan oleh kakeknya sendiri untuk Ron. Ron melirik ke arah istrinya dan ikut tersenyum tipis saat melihat tawa kecil istrinya.
Sementara di meja yang lain, Han tengah sibuk mengangkat telepon dari seorang wanita.
"Jadi itu istri Ron? Aku tidak tahu setelah kecelakaan, seleranya berubah menjadi buruk." ejek wanita itu melalui telepon.
"Kau salah! Selera Bos selalu bagus, kecuali kau!"
Han menjawab wanita itu dengan ketus.
"Sayang sekali pria tampan itu lumpuh. Sebagai wanita normal, tentu aku lebih memilih pria sehat sepertimu.."
"Jane, kau benar-benar murahan!"
"Katakan pada Bosmu, Lilian sudah kembali dari pengobatan. Pria itu pasti merindukan kekasih lamanya,"
"Ron sudah mempunyai istri! Jangan usik kehidupan bosku lagi!" ujar Han.
Pria itu menutup telepon dengan kasar dan mengamati meja bosnya dari kejauhan.
"Lilian sudah kembali.. Kenapa waktunya pas sekali? Apa Bos benar-benar akan menceraikan Nona Thrisca untuk Lilian?" gumam Han pada dirinya sendiri.
Dari kejauhan, dua orang wanita muda berjalan memasuki restoran dan hendak memilih meja.
Salah satu wanita itu adalah wanita muda yang baru saja menelepon Han, bernama Jane. Dan wanita yang satu lagi, adalah wanita yang baru saja menjadi bahan perbincangan Jane dan Han. Wanita bernama Lilian.
"Apa itu benar Ron?"
Lilian menatap pria yang dicintainya dari jauh.
"Benar. Ron mengalaminya kecelakaan enam bulan yang lalu." terang Jane.
"Dia benar-benar lumpuh?" tanya Lilian seraya menatap Ron dengan tatapan tak tega.
"Seperti yang kau lihat. Pria itu sedang duduk di kursi roda."
"Lalu wanita itu?" tanya Lilian seraya menunjuk Thrisca.
"Tidak usah pedulikan! Wanita itu tidak penting! Kau tidak perlu khawatir, Ron dipaksa menikah oleh kakeknya. Wanita itu tidak akan menjadi penghambat bagimu. Lihat saja tubuh gempalnya itu," ejek Jane.
"Jane, Ron bukan pria seperti itu. Menjadi penghambat atau tidak, status wanita itu lebih tinggi dariku. Dia sudah menjadi istri Ron, sedangkan aku masih menjadi wanita asing."
Jane dan Lilian duduk tidak jauh dari meja Ron. Han terus mengamati meja Ron serta meja Jane dengan gusar. Han sudah tidak bisa lagi mencegah pertemuan antara Ron dengan Lilian.
Ron yang tengah duduk di meja makan dengan bosan, mengedarkan pandangan ke sekeliling restoran. Pria itu tanpa sengaja mendapatkan pemandangan yang tak terduga.
Lilian yang tengah menatap meja Ron, bertemu pandang dengan sang penghuni meja. Ron dan Lilian saling memandang dari jauh tanpa berkedip.
"Ron! Apa yang kau lakukan?! Kau sedang melihat hantu?!"
Tuan Hasan memukul kepala cucunya dengan tongkat untuk menyadarkan pria yang sedari tadi mengabaikannya itu.
"Bunuh saja aku dengan tongkatmu itu!!" Ron berkata dengan suara rendah nan menyeramkan.
Tuan Hasan menoleh ke arah tempat Ron melirik. Lilian langsung menyembunyikan wajahnya begitu kakek Ron melihat ke arahnya.
"Kau sedang menatap wanita-wanita itu?!! Kau tengah duduk bersama dengan istrimu disini, tapi kau berani mencuri pandang ke arah wanita lain?!" omel kakek Ron seraya menyodok perut cucunya dengan tongkat.
"Pak tua!! Kau benar-benar ingin menyiksaku?!"
Thrisca melirik ke arah meja yang dipandangi oleh Ron. Dilihatnya sosok wanita yang begitu familiar.
"Bukankah itu.. wanita yang aku temui di minimarket tadi?" batin gadis itu.
Thrisca memperhatikan Jane dari jauh.
"Han mengenal wanita itu. Wanita itu pasti ada hubungannya dengan Ron," pikiran Thrisca melayang kemana-mana.
Raut wajah gadis itu langsung berubah menjadi murung.
Ron melirik ke arah istrinya untuk melihat wajah cemberut gadis itu.
"Dasar gadis merepotkan! Kau juga tidak rela aku melihat wanita lain kan? Berani sekali mendekati pria kere seperti Han?! Memangnya Han pantas menjadi sainganku?!" batin Ron bersorak penuh kemenangan saat ia melihat wajah kusut istrinya.
Ron diam-diam meraih tangan Thrisca dan menggenggam erat tangan istrinya itu. Thrisca menatap suaminya dengan mata membulat lebar.
Hari ini sebenarnya Ron berencana membuat Thrisca menandatangani surat perceraian antara mereka di depan kakeknya. Namun begitu melihat wajah istrinya itu, Ron tidak mengingat lagi hal-hal yang berkaitan dengan perceraian.
Bahkan kehadiran Lilian justru membuat Ron semakin yakin untuk mempertahankan istrinya. Ron tidak ingin lagi dipermainkan oleh wanita yang sangat dicintainya itu. Meskipun Ron masih sangat merindukan Lilian, keinginan untuk bisa kembali bersama dengan kekasihnya itu sudah lama pupus.
***
Ron turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah Thrisca. Pria itu menarik tangan istrinya menuju kamar utama.
"Aku bisa tidur di kamar tamu," tolak Thrisca.
"Bukankah kau kesal karena aku terus mengabaikanmu? Aku minta maaf, gendut. Mulai sekarang aku akan tinggal disini bersamamu," ujar Ron seraya mengusap tangan istrinya.
"Kenapa kau harus tinggal disini?"
"Pertanyaan macam apa itu? Ini rumahku dan aku suamimu! Kau butuh penjelasan seperti apa lagi?" Ujar Ron jengkel.
"Tuan, kita langsung ke intinya saja. Kau akan menceraikanku kan?"
"Kenapa kau terus mendesak perceraian padaku?!"
"Aku tidak mendesakmu, aku hanya menanyakan kejelasan atas keputusanmu! Tempo hari kau bilang akan menceraikanku, tapi pagi harinya kau bilang tidak akan menceraikanku. Namun hari berikutnya kau kembali mengungkit perceraian di depanku, sekarang kau tiba-tiba tidak ingin membahasnya lagi?!! Siapa sebenarnya yang aneh disini?!"
"Aku hanya bingung! Aku tengah mempertimbangkan segalanya."
"Apa yang perlu dipertimbangkan?! Tidak terjadi apapun di antara kita. Kita tidak memiliki hubungan apapun!"
Thrisca makin kesal melihat tingkah suami labilnya itu.
"Gendut, bagaimana kalau aku tidak ingin menceraikanmu?" tanya Ron dengan wajah serius.
"Kau hanya tidak ingin menceraikanku untuk saat ini. Minggu depan pasti kau sudah berubah pikiran lagi!"
"Kalau aku bilang, aku tidak ingin bercerai darimu sampai kapanpun?"
"Mana mungkin hal itu terjadi," ujar Thrisca meremehkan.
Ron mulai jengkel melihat tanggapan tak serius dari istrinya. Pria itu mencengkeram pundak istrinya yang masih tersumpal kain.
"Bagaimana kalau aku bersungguh-sungguh?"
Ron menatap tajam ke arah Thrisca. Jantung gadis itu mulai berdegup kencang tak karuan mendapat tatapan tajam dari suaminya.
***
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Ufuk Timur
haduhhhh deg deg an aku, ,aku kira yang ditabrak Han pacarnya Han, ,slamet ternyata bukannn🤣🤣🤣🤣
2022-01-03
1
auliasiamatir
kuch kuch hotahai RON... kkkkkkk
2021-12-17
1
Emma The@
Benci jadi cinta,itu yang terjadi pada Ron...
2021-11-23
1