Tok.. tok..
"Gendut," panggil Ron dari luar kamar tamu tempat Thrisca tidur.
Mendengar suara Ron yang mengganggu telinga, gadis itu memilih menutup telinganya dengan bantal.
"Thrisca.."
Ron terus memanggil istrinya dengan sebutan yang berbeda.
"Si gendut tidak mungkin mati kan?"
Ron mulai panik karena tidak mendengar jawaban dari sang istri.
"Sayang.."
Ron masih berusaha memanggil istrinya.
"Jijik! Jangan memanggilku seperti itu!" teriak Thrisca dari dalam kamar.
"Icha, buka pintunya!"
Ron mulai menggedor-gedor pintu setelah mendengar suara istrinya.
"Tidak ada yang namanya Icha disini!"
"Ayolah, Kakek tua itu memanggilmu dengan sebutan itu kan? Aku juga ingin memanggilmu dengan panggilan akrab."
"Panggil saja aku gendut,"
Thrisca membuka pintu kamar dan menampakkan batang hidungnya.
"Buka lebar-lebar pintunya!"
Ron mendorong pelan pintu yang hanya terbuka sedikit itu.
"Katakan saja disini, ada apa?"
Thrisca menahan pintu kamarnya kuat-kuat.
"Ayo ke rumah sakit. Cepat ganti bajumu," ajak Ron.
"Untuk apa?"
"Apa aku perlu menjawab pertanyaan bodoh seperti ini?!" ujar Ron jengkel.
"Aku baik-baik saja."
Thrisca bersiap kembali menutup pintu kamarnya. Sebelum pintu itu benar-benar tertutup, kaki Ron sudah siap mengganjal pintu kayu kamar itu.
"Sebaiknya kau menjaga jarak dariku!" ucap Thrisca dengan tatapan dingin yang menusuk.
"Kau marah karena aku menciummu?"
"Kau hanya asal mencium kan? Saat kau menciumku, apa kau merasakan sesuatu?! Kau pasti sudah mencium banyak wanita dan menjadikan hal itu sebagai sesuatu yang biasa, tapi aku tidak! Aku hanya ingin dicium oleh pria yang menyukaiku!"
Thrisca berbicara pada Ron dengan wajah menahan marah.
"Baiklah! Lain kali aku akan meminta ijin sebelum menciummu. Cepatlah bersiap untuk pergi ke rumah sakit,"
Ron mengalah dan mencoba untuk tidak memancing perdebatan.
Ron menunggu sang istri seraya bersandar di mobil berwarna hitam miliknya yang terparkir di halaman rumah. Thrisca keluar dengan mengenakan sweater oversize berwarna gelap dan rok pendek berwarna hitam.
Gadis itu nampak semakin imut dengan jepitan rambut kecil berbentuk bunga yang tertempel di rambutnya.
"Aku tidak menyangka aku bisa memiliki istri semanis ini.." puji Ron dalam hati.
"Lenganmu masih sakit?" tanya Ron seraya menyentuh lembut lengan istrinya.
Thrisca menyingkirkan tangan Ron dari tubuhnya dan berjalan sedikit menjauh dari suaminya itu.
"Aku sudah bilang aku akan meminta ijin dulu! Kau tidak perlu waspada seperti itu padaku! Aku ini suamimu, bukan orang lain!" gerutu pria berkaos tipis itu.
"Mana bisa aku mempercayai pria labil sepertimu?!" ejek Thrisca.
"Baiklah, terserah kau saja." ujar Ron tak peduli.
"Kau yang menyetir? Tidak memakai kursi roda?"
"Kenapa? Kau berharap bisa bertemu dengan Han? Kau pikir aku akan mengajak pria penggoda seperti Han itu?!"
"Aku hanya bertanya. Apa hubungannya dengan Mas Han?"
"Panggil dia Han!"
"Baiklah," jawab Thrisca malas.
***
Hari sudah gelap. Thrisca sudah selesai melakukan pemeriksaan di rumah sakit. Ron bahkan melakukan pemeriksaan menyeluruh pada istrinya itu.
"Kau mau makan sesuatu?" tawar Ron pada istrinya.
"Aku bisa memasak sendiri nanti," tolak Thrisca.
"Kenapa kau semakin ketus padaku? Kau masih marah padaku?"
"Tidak!"
"Lihat, kau masih marah! Kau marah tentang apa? Tentang aku yang tidak memperlakukanmu sebagai istri, atau mengenai aku yang menciummu tadi?"
"Sudah kubilang aku tidak marah!"
Thrisca berjalan cepat meninggalkan suaminya.
"Gendut, kau masih berharap padaku kan? Kau masih menyimpan perasaan untukku kan? Akui saja kalau kau ingin mendapatkan balasan dariku!"
"Ron, kau terlalu percaya diri!"
"Aku tidak akan mengejekmu atau menyalahkanmu. Kau istriku, tentu saja tidak ada yang akan melarangmu untuk mencintai suamimu sendiri."
"Tuan, aku hanya sedikit menaruh hati padamu. Itu hanya perasaan tertarik yang sangat kecil. Dan aku sudah bilang, meskipun aku menyimpanmu di hatiku, aku sudah tidak ingin bersamamu!"
Thrisca mulai merendam amarahnya perlahan.
"Aku Ingin mencobanya bersamamu, kenapa kau tidak memberiku kesempatan sedikitpun?"
"Apa kau akan melakukan hal ini jika Thrisca gendut berambut aneh itu adalah penampilan asliku?"
Thrisca menatap suaminya lurus-lurus.
"Apa?"
"Kau tidak pernah mengunjungiku karena kau tahu istrimu adalah wanita gemuk yang sangat tidak menarik kan? Tapi saat kau tahu semua itu hanyalah penampilan palsu, kau dengan mudahnya berkata ingin mengejarku? Aku tidak sudi hidup bersama dengan pria yang hanya menilai seseorang dari penampilan luar seperti dirimu!"
Thrisca berkata dengan suara rendah yang menusuk.
"Kau belum mengenalku, kenapa kau menuduhku seperti itu?"
"Itu bukan tuduhan. Kau sudah melakukannya! Siapa yang mau hidup bersama pria brengsek sepertimu? Kau bisa berkata kau akan mengejarku sekarang, tapi kau juga akan dengan mudahnya berpaling saat kau melihat wanita yang lebih menarik dariku!"
Ron mencerna dengan baik setiap kata yang diucapkan oleh istrinya.
"Jadi, kau tidak ingin bersamaku karena takut aku akan meninggalkanmu? Takut aku akan mudah berpaling darimu?" tanya Ron dengan mata berbinar.
"Aku tidak ingin membicarakan hal ini lagi,"
Thrisca berjalan menjauh dari suaminya, namun Ron langsung mengejar dan menarik tangan istrinya itu.
Pria itu mendekap erat sang istri di lorong rumah sakit yang sepi dari pengunjung.
"Aku sudah bilang jangan sentuh aku!"
Thrisca mencoba mendorong tubuh suaminya, namun ia tidak dapat meregangkan pelukan Ron sedikitpun.
"Sebentar saja. Aku hanya ingin memeluk istriku sebentar saja,"
Ron menenggelamkan kepalanya dalam-dalam.
Seorang wanita berjalan perlahan ke arah Ron dan Thrisca berpelukan. Ron langsung menyembunyikan wajahnya begitu ia melihat rupa wanita yang akan berjalan melewatinya itu.
Ron mulai berkeringat dingin saat langkah wanita itu semakin mendekat. Wanita itu tidak lain ialah wanita bernama Lilian. Wanita yang sangat dirindukan oleh Ron. Wanita yang sangat dicintai oleh suami Thrisca itu.
"Kenapa wanita itu bisa berada di sini?!" batin Ron panik.
"Lian tidak akan melihatku kan? Tidak mungkin Lian menyadari keberadaanku. Yang dia tahu sekarang, Ron hanyalah pria lumpuh!" batin Ron mencoba menenangkan diri.
"Bisakah kau lepaskan aku sekarang? Banyak orang berlalu lalang disini.." bisik Thrisca pada suaminya.
"Oh, tentu."
Ron segera melepas pelukannya begitu Lilian berjalan menjauh.
Ron dan Thrisca saling diam di dalam mobil selama perjalanan pulang. Kedua insan itu tenggelam dalam pikirannya masing-masing dan saling mengabaikan.
Begitu sampai di rumah, Thrisca langsung masuk ke dalam kamar tanpa mengucapkan apapun pada Ron.
"Gendut, makan dulu lalu minum obatmu."
Ron mengetuk pintu kamar Thrisca seraya membawa piring makanan.
"Aku akan meminumnya nanti.." jawab Thrisca lirih.
"Gendut, apa yang harus aku lakukan agar kau mau berbicara denganku? Aku lelah berdebat denganmu.."
Ron berbicara dengan wajah memelas.
Setelah melihat Lilian beberapa kali, pria itu tak lagi memiliki tenaga untuk berteriak, memaki dan memancing perdebatan.
Mendengar suara Ron yang begitu lirih dan tak bersemangat, Thrisca pun luluh dan menyudahi kemarahannya. Gadis itu mencoba menghilangkan segala bentuk perasaan yang ia simpan untuk suaminya itu.
Lagi-lagi pasangan suami-istri itu menikmati waktunya masing-masing dalam diam. Meskipun mereka berdua duduk bersama di satu meja, namun pikiran mereka sudah berlarian kemana-mana.
"Kau akan terus diam seperti ini?!" protes Ron pada istrinya.
"Bukankah kau juga diam saja sejak tadi?"
"Malam ini tidur di kamarku.."
"Tidak perlu--"
"Aku tidak akan menerima penolakan! Bagaimana kalau kau kesakitan di tengah malam?! Aku bisa memijat punggungmu. Kau juga tidak bisa mengoleskan salep ke punggungmu sendiri bukan?"
"Aku.. aku bisa mencobanya."
"Kau bahkan tidak bisa melihat lukanya, bagaimana kau bisa mengoleskan salep di tempat yang benar?!"
Ron masih memaksa istrinya untuk tidur bersamanya.
"Untuk apa kau melakukan semua ini? Hanya untuk menghilangkan rasa bersalahmu kan? Baiklah, Tuan Ron. Aku sudah memaafkanmu. Aku tidak akan mempermasalahkan kau yang mendorongku hingga terluka. Kau juga sudah mengobatiku dengan baik. Aku sangat berterimakasih atas perhatianmu."
"Malam ini tetap tidur denganku! Kalau kau tidak mau tidur di kamarku, aku yang akan menghampirimu di kamar tamu."
Sudah lelah berdebat dengan suaminya, Thrisca lebih memilih untuk diam. Begitu acara makan sudah selesai, gadis itu berniat berlari kencang menuju kamarnya dan mengunci ruangan itu rapat-rapat. Namun sayang, luka memar di punggungnya membuat gadis itu tidak bisa bergerak lincah seperti biasanya.
Thrisca berjalan pelan dengan merintih kesakitan.
"Gendut, kenapa? Mana yang sakit?"
Ron berlari menghampiri istrinya yang menahan sakit.
"Tulangku rasanya ingin rontok," ujar Thrisca seraya mengusap punggungnya sendiri.
Ron dengan sigap menggendong istrinya itu dan membawa gadis itu ke kamar utama. Thrisca tidak lagi memiliki tenaga untuk memberontak saat suaminya itu mengangkat tubuh mungilnya.
"Lepas bajumu. Aku bantu oleskan salep,"
Ron mengambil obat istrinya dan segera membantu istri sakitnya itu mengoleskan obat.
"Kau tidak akan melakukan.. sesuatu.. yang aneh kan?" tanya Thrisca dengan nada curiga.
"Melakukan hal aneh apa? Mau pakai obatnya tidak?!"
Ron mulai kesal dengan tatapan curiga dari sang istri.
"Tidak ada yang bisa menjamin kau tidak akan menyentuhku!"
"Kau milikku! Aku bisa melakukan apapun padamu! Punya hak apa kau melarangku melakukan ini itu?!"
"Ron! Jangan keterlaluan!"
Thrisca yang bersuara lemas sejak tadi, mulai berteriak kembali.
"Baiklah, aku hanya bercanda. Mana mungkin aku berbuat macam-macam saat kau sedang terbaring kesakitan seperti ini?! Kau pikir aku pria serendah itu?!"
Ron segera membantu istrinya melepas sweater yang menempel pada tubuh istrinya itu.
Pria itu mengoleskan obat dengan usapan yang lembut dan teliti. Sementara Thrisca sibuk menyembunyikan wajah tersipunya agar tidak terlihat oleh suaminya.
"Sudah selesai. Sini pakai lagi bajumu,"
Ron membantu memakaikan baju istrinya dengan sabar. Pria itu berusaha keras menahan diri dan membuang jauh-jauh pikiran kotor yang sejak tadi terngiang di kepalanya.
"Istirahatlah.."
Ron menyelimuti tubuh istrinya dan mengusap kepala gadis itu dengan lembut.
Tak membutuhkan waktu lama, Thrisca yang kelelahan langsung tertidur pulas dalam sekejap.
Ron duduk di ranjang kamarnya seraya menatap sang istri yang tidur dengan nyenyak.
"Haruskah aku mencoba bersamanya? Lagipula si gendut sudah menjadi istriku. Dan Lilian.. hanyalah wanita asing."
Pria itu mendekat ke wajah istrinya dan mengecup bibir gadis manis yang terbaring di ranjangnya itu.
Ron merebahkan diri disamping Thrisca dan memeluk istri cantiknya itu sambil perlahan memejamkan mata.
***
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 168 Episodes
Comments
Ufuk Timur
pas Ron manggil Istrinya Gendut kok otakku traveling ke Mahongjun di Soul Land yaaa🤣🤣🤣
2022-01-03
1
🍒 rizkia Nurul hikmah 🍒
ada apa dgn Han dan janni
2021-12-23
1
Pangeran Matahari
maksa ye...
2021-11-19
1