Cinta Berduri
Ziana tersenyum manis saat pesawat yang ia tumpangi mendarat di bandara tanah air. Ia sangat bahagia ketika membayangkan, beberapa jam lagi, dia akan bertemu dengan suami yang sangat ia cintai, setelah satu bulan ia tinggalkan karena urusan bisnis ke luar negeri.
Sebelumnya, Zia sudah menghubungi Rama suaminya. Ia mengatakan pada Rama, kalau dirinya akan pulang ke tanah air satu minggu lagi. Namun nyatanya, dia pulang lebih awal.
Zia sengaja tidak memberitahukan pada Rama
soal kepulangannya ini. Ia ingin memberi kejutan pada Rama. Ia ingin melihat ekspresi bahagia Rama saat melihat ia kepulangannya.
"Aku udah gak sabar lagi ingin bertemu mas Rama. Ia pasti sangat kaget saat melihat aku pulang lebih cepat dari waktu yang aku katakan," kata Zia sambil menaiki taksi online yang ia pesat beberapa menit yang lalu.
Sepanjang perjalanan menuju rumah, Zia terus saja tersenyum. Bayangan Rama yang bahagia melihat kepulangannya, terus saja bermain-main di benak Zia. Membuat hati Zia semakin tidak sabaran untuk segera sampai ke rumah.
"Bisa lebih cepat sedikit lagi gak pak? Soalnya, saya buru-buru," kata Zia pada sopir tersebut.
"Sabar, mbak. Saya harus menjaga keselamatan kita berdua. Keselamatan itu hal yang paling utama dalam berkendaraan," ucap pak sopir menasehati Zia.
"Ya pak, saya tahu. Cuma saya sedang buru-buru nih."
"Sabar mbak. Sebentar lagi kita sampai," kata sopir itu seakan mengerti apa yang Zia rasakan.
Baru saja mereka ingin mencapai pintu gerbang rumah Zia, mobil hitam milik Rama keluar. Zia meminta sopir itu berhenti saat melihat Rama meninggalkan rumah mereka.
"Berhenti sebentar, pak!"
"Mau ke mana mas Rama?" tanya Zia pada dirinya sendiri.
"Ada apa, mbak? Kenapa kita harus berhenti?" tanya sopir itu heran.
"Saya melihat mobil suami saya meninggalkan rumah. Bisakah bapak mengikuti mobil yang berada di depan kita itu?" tanya Zia sambil menunjuk ke arah depan.
"Baik, mbak."
Tanpa membuang banyak waktu lagi, sopir itu langsung menjalankan mobil untuk mengikuti mobil Rama yang telah berjalan beberapa meter di depan mereka.
"Ikuti terus, pak. Jangan sampai kita kehilangan mobil suami saya itu," kata Zia terus melihat ke depan.
"Ya, mbak."
Mereka terus mengikuti mobil Rama hingga mobil itu memasuki sebuah perkomplekan, dan, mobil itu berhenti di depan sebuah rumah yang letaknya paling ujung dalam kompleks tersebut.
"Rumah siapa yang ingin mas Rama kunjungi? Aku tidak pernah ia ajak ke sini sebelumnya," kata Zia sambil terus memperhatikan mobil suaminya.
Rama memarkirkan mobilnya di garasi samping rumah tersebut. Lalu, ia keluar dari mobil sambil membawakan dua kantong plastik di tangannya.
Seorang perempuan menyambut Rama di depan pintu sambil tersenyum. Perempuan itu menyalami dan mencium punggung tangan Rama dengan sopan, layaknya seorang istri pada suami.
Rama tersenyum, ia menyerahkan kantong plastik yang ia bawa pada wanita itu. Lalu, yang sangat tidak bisa Zia terima adalah, Rama merangkul bahu wanita itu dengan sangat mesra.
Melihat semua itu, ada rasa sakit dalam hati Zia. Rasa sakit yang terlalu perih. Bagaikan tertusuk seribu duri tajam, yang merobek hancur hati Zia.
Zia berusaha tetap tegar. Ia tidak ingin berburuk sangka terlebih dahulu pada suaminya. Walaupun apa yang ia lihat barusan, sudah jelas kalau ada sesuatu yang tidak beres pada suaminya dan wanita barusan. Dia tidak punya bukti jelas, jika ingin mengatakan kalau suaminya sedang berselingkuh dengan wanita itu.
Untuk membuktikan apa yang sebenarnya terjadi. Zia mencoba menghubungi nomor suaminya. Namun sayang, Rama tidak menjawab panggilan dari Zia. Zia mengulangi beberapa kali, namun tetap saja. Rama tidak mengangkatnya.
Seorang ibuk-ibuk lewat tak jauh dari mobil yang Zia tumpangi. Karena rasa penasaran yang terlalu kuat, Zia memberhentikan ibuk-ibuk tersebut.
"Buk-buk, tunggu sebentar."
"Ya, mbak. Ada apa?" tanya ibu-ibu itu.
"Boleh nanya sesuatu nggak?"
"Boleh mbak. Mau nanya apa?"
"Ibu tahu gak, siapa yang tinggal di rumah yang paling pojok itu?" tanya Zia sambil mengarahkan telunjuknya ke arah rumah tersebut.
"Oh, iya mbak saya tahu. Mereka penghuni baru di kompleks ini. Pak Rama sama istrinya."
"Is--istri?" tanya Zia gelagapan karena menahan sakit.
Istri. Kata yang sangat menyakitkan buat hati Zia, sampai-sampai, dia lupa kalau saat ini dia sedang tidak sendirian. Ada orang lain di depannya. Zia menitikkan air mata sambil menutup mulutnya, membuat ibu-ibu yang berada di depan menjadi kaget.
"Mbak kenapa, mbak? Apa yang terjadi?" tanya ibu-ibu itu sambil menyentuh bahu Ziana.
"Ti--tidak ada. Terima kasih banyak, buk, sudah menjawab pertanyaan saya." ucap Zia sambil menyeka air matanya.
"Sama-sama," kata ibu-ibu itu dengan wajah aneh menatap Zia.
Zia tidak menghiraukan tatapan aneh tersebut. Yang ada dalam hatinya saat ini adalah rasa sakit yang teramat sangat. Sehingga ia lupa segalanya.
"Jalan, pak!" kata Zia pada sopir taksi online tersebut.
"Baik, mbak." Sopir itu menjalankan perintah tanpa banyak bertanya. Mereka meninggalkan perkomplekskan segera.
Ziana terus saja menangis membayangkan apa yang baru saja ia lihat. Dua tahun usia pernikahan mereka, Rama selalu membawakan rasa nyaman juga ketenangan dalam hatinya. Keluarga mereka bisa dikatakan keluarga harmonis selama dua tahun ini.
Selama ini, Ziana mempercayai semua yang suaminya katakan. Tidak terbesit sedikitpun rasa curiga dalam hati Zia. Apalagi terbesit kalau Rama akan menduakan cinta sucinya seperti saat ini. Hal itu lebih tidak terlintas sedikitpun dalam hati Zia.
Tidak ada sedikitpun masalah yang menjamah keluarga mereka selama usia dua tahun pernikahan. Soal mereka yang belum memiliki anak, itu bukan karena Zia tidak bisa hamil. Tapi karena Rama yang masih belum bersedia untuk memiliki anak. Alasannya, karena mereka sama-sama sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Rama kasihan pada Zia yang selalu sibuk dengan urusan kantor, sama seperti dirinya. Mereka berdua punya jabatan masing-masing. Ziana adalah pemimpin perusahaan. Dia seorang CEO yang handal dalam memimpin perusahaannya. Sedangkan Rama, dia juga seorang pemimpin di perusahaan keluarganya.
Dulu, mereka bertemu di sebuah perusahaan dalam rangka memperebutkan sebuah kontrak kerja sama dari satu perusahaan. Tentu saja Ziana yang mendapatkan kontrak penting tersebut.
Meskipun merasa kesal, tapi Rama tidak menyimpan dendam. Saat ia melihat Ziana berada dalam kesulitan, ia dengan senang hati menolong gadis itu.
Saat ingin kembali ke perusahaannya, mobil Zia mogok. Entah apa sebabnya, sehingga mobil itu tidak bisa ia nyalakan. Karena Rama hobi dalam bidang otomotif, tapi tidak mendapatkan dukungan dari orang tua, jadi dia mengerti sedikit tentang masalah mobil.
Rama berbesar hati menawarkan bantuan pada Zia. Yang awalnya, bantuan itu ditolak mentah-mentah oleh Zia. Tapi pada akhirnya, ia menerima juga bantuan dari Rama tersebut.
Kejadian itulah yang menyebabkan mereka bersatu, hingga ke pelaminan. Saling berjanji sehidup semati, dalam suka maupun duka. Saling berusaha melengkapi setiap kekurangan. Dan, semua itu berhasil berjalan dengan sempurna, hingga dua tahun usia pernikahan. Sampai, hari ini datang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
Rama nikah diam² dibelakang Ziana
2023-08-17
0
Ibelmizzel
masih nyimak.
2022-08-19
0
Sulati Cus
eh g tau nyabak ulang baca😂😂
2022-07-11
0