"Jangan mas! Aku gak mau kamu kenapa-napa. Aku gak mau jauh-jauh dari kamu sekarang. Tolong," kata Laila sambil menatap wajah Rama dengan tatapan mengiba penuh harap.
"Tapi, bagaimana jika bayangan hitam yang kamu lihat itu adalah maling? Kita bisa bahaya."
"Tapi aku gak mau kamu kemana-mana. Kalau memang itu maling, bagaimana jika maling itu menyerang kamu, Mas? Lalu, maling itu menyerang aku. Apa yang akan terjadi dengan kita?"
"Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanya Rama bingung juga kesal.
"Biarkan saja. Selagi kamu ada di rumah ini bersamaku, aku yakin tidak akan ada siapapun yang berani menyerang mengganggu kita."
"Tapi .... "
"Mas. Jangan bilang kalo kamu keberatan tinggal di sini malam ini. Aku .... " Laila menggantung kalimatnya. Ia tertunduk sedih.
"Aku tahu aku tidak berarti buat kamu. Aku minta maaf karena sudah menyusahkan kamu, mas. Sekarang, kamu boleh pergi. Aku sudah baik-baik saja sekarang," kata Laila sambil menyeka air matanya.
"Laila, bukan gitu. Aku .... "
"Aku tahu apa yang kamu rasakan. Sudah, jangan di bahas lagi. Kamu boleh pergi sekarang," kata Laila memotong perkataan Rama.
"Laila, cukup. Aku akan tinggal di sini malam ini. Kamu tidak perlu memasang wajah sedih seperti itu," kata Rama sambil menyentuh kedua pundak. Laila.
"Benarkah?"
"Ya. Aku akan menemani kamu malam ini."
"Terima kasih banyak mas Rama," kata Laila kembali menghambur ke dalam pelukan Rama.
"Ya sudah kalo gitu, sekarang, kamu masuk ke dalam duluan. Aku akan memarkirkan mobilku ke garasi sekarang," kata Rama sambil membelai rambut Laila dengan lembut.
"Aku tunggu kamu di sini."
"Jangan dong. Kamu masuk duluan saja. Kamu itukan lagi hamil muda. Mana boleh terlalu kena angin malam. Gak bagus buat kesehatan kamu dan calon anak kita," kata Rama sambil menyentuh perut Laila.
"Ya sudah kalo itu yang mas Rama katakan, aku akan dengarkan perkataan Mas Rama," kata Laila sambil memperlihatkan senyum termanis yang dia punya.
"Gitu dong. Ya sudah, sekarang kamu masuk, dan tunggu aku di dalam."
"Ya mas."
Laila masuk ke dalam, sedangkan Rama, ia segera menuju mobil yang ia parkir kan di jalan depan rumah.
"Dasar bajingan! Jadi ini penyebab mbak Zia terluka akhir-akhir ini. Kurang ajar banget mas Rama. Jika aku turut kan rasa hati ini, mungkin aku sudah menghajar mas Rama sampai dia babak belur. Sayangnya, aku tidak punya hak sedikitpun untuk melakukan hal itu," kata Restu sambil memukul stir mobil yang ada di depannya.
Sementara itu, Rama yang sudah masuk ke dalam mobil, segera mengambil ponselnya. Ia merasa sangat bersalah pada Zia. Ia memutuskan sambungan telepon hanya karena rasa paniknya.
"Ya Tuhan, semoga saja Zia tidak memikirkan hal yang tidak-tidak tentang aku. Semoga ia mau mengangkat panggilan dari aku," kata Rama sambil memanggil nomor Ziana.
Terdengar suara yang mengatakan kalau nomor yang ia tuju sedang tidak aktif, atau berada di luar jangkauan saat ini. Hal itu membuat hati Rama merasa kecewa. Juga ada rasa bersalah yang muncul dalam hatinya.
"Ya Tuhan. Kenapa aku begitu bodoh. Apa yang telah aku lakukan barusan? Aku sudah melukai hati Zia sekarang. Bodoh, bodoh, bodoh," kata Rama sambil memukul-mukul kepalanya dengan kesal.
Sementara Rama masih terdiam di dalam mobil, Laila mengintip Rama dari jendela. Ia menggenggam tangannya dengan erat. Rasa kesal menjalar ke seluruh tubuhnya.
"Aku tahu apa yang mas Rama lakukan sekarang. Dia pasti sedang menghubungi istri pertamanya. Sudah bisa aku tebak dari awal, kenapa dia tidak membiarkan aku menunggunya di luar. Itu karena dia tidak ingin aku mengganggunya yang ingin berbicara dengan mbak Zia."
"Ih." Laila menghentakkan kakinya dengan kesal. Ia langsung meninggalkan ruang tamu.
______
Pagi ini, setelah sarapan, Laila meminta Rama menemani dia pergi ke rumah sakit untuk memeriksa kehamilannya.
"Mas, bisa minta tolong nggak?" tanya Laila sambil membereskan piring bekas sarapan mereka berdua.
"Minta tolong apa?" tanya Rama tanpa menoleh karena ia sibuk dengan ponselnya.
"Antar kan aku ke rumah sakit untuk periksa kehamilan. Aku malu kalo pergi sendirian. Mereka selalu menanyakan suamiku ke mana ketika aku datang ke sana."
"Selalu? Emangnya kamu udah pernah periksa kehamilan kamu sendiri ya La?" tanya Rama tak mengerti.
Laila terdiam. Ada rasa cemas juga malu dalam hatinya saat ini. Karena alasan yang ia berikan pada Rama itu salah. Ini semua diakibatkan ia bicara tanpa berpikir terlebih dahulu.
'Aduh, aku kan baru hamil beberapa minggu. Belum pernah cek kehamilan setelah dokter mengatakan kalau aku hamil kemarin,' kata Laila dalam hati sambil memikirkan alasan yang tempat untuk mengatasi rasa malu karena ia salah bicara.
"Maaf mas Rama, maksud aku, aku malu mas, jika nantinya aku datang sendirian. Mereka pasti bertanya di mana suamiku. Aku takut mereka berpikir, aku hamil tanpa suami," ucap Laila memasang wajah sedih.
"Kamu gak usah pikirin apa yang orang lain katakan. Yang penting itukan kamu gak seperti yang mereka katakan."
"Aku itu datang dari kampung mas Rama. Gak bisa mengabaikan apa yang orang lain katakan. Tapi, aku gak akan paksa kamu buat temani aku jika kamu gak mau."
Mendengar ada nada kecewa dari kata yang Laila ucapkan, Rama yang sedang fokus pada ponselnya, kini mengalihkan perhatiannya pada Laila. Ia pun bangun dari duduknya. Berjalan mendekati Laila yang tertunduk sedih karena keinginannya tidak di penuhi Rama.
"Ya sudah, aku akan temani kamu pergi ke rumah sakit nanti siang."
"Kok nanti siang sih, mas? Kenapa gak sekarang aja?"
"Sekarang gak bisa, La. Aku harus ke kantor. Di kantor ada rapat penting pagi ini."
"Oh. Ya sudah kalo gitu. Kita pergi nanti siang. Tapi kamu harus ingat, jangan lupa buat temani aku ke rumah sakit ya mas."
"Iya, La. Aku usahakan gak akan lupa."
"Lho, kok kamu ngomong gitu sih, Mas?"
"Ya sudah. Aku janji gak akan lupa."
"Nah, gitu dong mas Rama. Aku tunggu nanti ya," ucap Laila sambil tersenyum manis.
'Kenapa aku merasa ada perubahan dari Laila sekarang? Dia jadi semakin berani padaku,' kata Rama dalam hati sambil membalas senyum manis Laila.
'Mas Rama, aku gak akan biarkan kamu pilih kasih padaku, mas. Seperti yang mama Sinta katakan, aku dan istri pertama kamu itu, sama-sama istri kamu. Jadi, aku akan buat kamu adil padaku,' ucap Laila dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Erlinda
nama nya juga gadis kampung yg otomatis pola pikir nya dangkal dan gampang dihasut..kata nya gadis baik baik tapi kok mau dijadikan istri kedua dgn menghancurkan hati wanita lain .dasar jalang kampung
2023-01-05
0
Masiah Firman
sudah mulai.pusing ya Rama....itu belum seberapa ....tunggu ada saatnya di kamu akan menyesal seumur hidupmu
2021-11-23
0
ar💞
BINI KEDUA GA TAU DIRI 🤬 .
kok hayati jadi emosi iya baca nya 🙄
2021-11-17
0