*Bab 11

"Laila, jangan lakukan hal yang aneh-aneh seperti itu. Jangan egois. Sekarang, kamu itu gak sedang sendirian. Ada calon anak kita dalam perut kamu."

"Kamu yang egois, mas. Kamu yang gak mikirin anak yang ada dalam kandungan aku ini. Bagaimana jika nanti anak ini lahir? Apa kamu juga akan bilang sama istri pertama kamu, kalau anak ini bukan anak kamu? Tapi, anak pembantu."

"Ya Tuhan, La. Jangan ngomong seperti itu. Aku gak mungkin bilang anak aku anak pembantu. Kamu jangan mikir yang nggak-nggak Laila."

"Kalo gitu, kamu harus berikan keadilan buat aku dan calon anak kita mas, mulai dari sekarang. Jangan tunggu anak ini lahir dulu baru kamu mau bilang sama istri pertama kamu itu."

"Atau .... "

"Atau apa, La?"

"Atau kamu akan kehilangan anak kamu, mas."

Rama kaget dengan apa yang Laila katakan. Ia tak menyangka kalau Laila akan berkata seperti itu padanya. Sebelum ia menikahi Laila, ia pernah berpikir kalau Laila adalah gadis kampung yang sangat lembut. Tidak banyak minta juga gampang di atur. Tapi kenyataannya, Laila malah sebaliknya. Lebih menakutkan dari pada gadis metropolitan.

"Laila, beri aku waktu untuk bicara pada Zia apa yang sebenarnya terjadi antara kita. Aku akan cari waktu yang tepat untuk mengatakan semuanya," kata Rama sambil tertunduk pasrah. Ia tidak punya pilihan lain selain mengikuti apa yang Laila minta. Soalnya, ia sayang pada calon anak yang ada dalam kandungan Laila.

"Aku akan kasi kamu waktu, Mas Rama. Tapi jangan lama-lama. Aku gak bisa nunggu kamu ngomong sampai anak ini lahir. Karena aku gak mau anak ini lahir nantinya dalam ancaman dari orang-orang yang iri, yang mungkin akan mencelakai anak ini."

"Ya, aku janji akan secepatnya bicara pada Zia. Kamu tenang aja. Jangan banyak pikir. Jaga kandungan kamu baik-baik."

"Itu tergantung kamu, mas. Jika kamu selalu memperhatikan aku, maka aku tidak akan banyak pikiran."

"Ya. Aku janji akan memberikan ketenangan pada kamu."

Laila tersenyum manis. Ia bahagia dengan apa yang Rama katakan. Ternyata, Rama sangat menyayangi anak yang ada dalam kandungannya ini.

'Ternyata, Tuhan sangat menyayangi aku. Dia berikan aku senjata ampuh untuk menaklukan mas Rama. Aku akan gunakan senjata ini untuk memiliki mas Rama seutuhnya,' kata Laila dalam hati.

______

Rama kembali dari rumah Laila setelah hampir dua jam ia meninggalkan Zia. Saat ia kembali, Zia sedang tidak ada di rumah. Ia sedang keluar.

"Di mana Zia, bik? Kok gak ada di kamar?" tanya Rama pada bik Imah yang berada di dapur.

"Nyonya gak ada di rumah tuan. Nyonya baru aja pamit beberapa menit yang lalu."

"Pamit? Pamit ke mana bik?"

"Katanya, nyonya mau ke rumah orang tuanya, tuan."

"Lho, kok gak nunggu aku pulang dulu baru dia pergi? Kan Zia baru pulang. Harusnya ajak aku jika mau ke rumah mama papanya."

"Itu ... saya gak tau tuan."

"Ya udah bik. Saya mau nyusul Zia dulu."

"Lho, tuan Rama kan baru aja pulang. lagipula, tadi nyonya Zia pesan, kalo Tuan gak perlu nyusul dia. Karena dia pergi gak lama"

"Oh, dia bilang gitu ya bik."

"Ya, tuan Rama."

"Ya sudah kalo gitu, aku akan dengarkan apa yang Zia katakan."

Rama meninggalkan bik Imah. Ia berjalan menuju kamar untuk beristirahat. Sementara itu, Zia sedang berada di depan rumah Laila. Ia mengetuk pintu rumah tersebut.

"Ya, tunggu sebentar!" kata Laila dari dalam rumah.

Laila yang sedang duduk sambil menonton televisi, bangun dengan cepat. Ia berjalan menuju pintu untuk melihat siapa yang telah mengetuk pintu rumahnya.

Saat pintu terbuka, ia kaget ketika melihat Zia yang berada di depannya. Zia tersenyum manis sambil menatap tajam ke arahnya.

"Ka--kamu?"

"Hai, selamat sore. Aku gak ganggu waktu kamu kan ya?" tanya Ziana.

"Dari mana kamu tahu alamat rumah aku. Apa kamu membuntuti mas Rama tadi?" tanya Laila agak cemas.

"Gak kok. Aku gak mengikuti mas Rama. Aku tahu sendiri. Untuk tahu alamat rumah ini gak sulit buat aku. Sangat gampang," kata Ziana terus menatap Laila.

"Tunggu! Untuk apa kamu datang ke rumahku? Apakah kamu sudah tahu siapa aku?"

"Tentu saja aku tahu siapa kamu. Kamu pembantu yang mas Rama katakan tadi siang bukan? Pembantu, yang ia carikan untuk mamanya yang tinggal sendirian."

"Aku bukan pembantu! Asal kamu tahu, aku ini istri mas Rama. Istri kedua mas Rama!" kata Laila berkata dengan nada tinggi.

"Istri kedua!" Zia pura-pura kaget sambil menutup mulutnya dengan tangan.

"Ya, aku istri kedua mas Rama. Kenapa? Kamu kaget bukan?" tanya Laila dengan wajah puas.

"Uh, aku kaget banget. Ya ampun, ternyata mas Rama punya istri kedua tanpa minta persetujuan dari aku. Eh, tapi tunggu, istri kedua atau istri siri, kamu ini? Atau juga, seorang pelakor yang gak punya urat malu lagi." Zia bicara dengan wajah santai.

"Kamu!"

"Sssttt. Jangan bicara dengan nada tinggi seperti itu padaku. Aku gak suka, pelakor," kata Zia semakin membuat Laila sakit hati.

Mendengar Zia yang mengatakan dirinya pelakor beberapa kali, amarah Laila tidak terbendung lagi. Ia tidak terima jika dirinya disebut perebut suami orang. Ia ingin memberikan pelajaran pada Zia dengan bersiap-siap menampar Zia. Namun sayangnya, Zia bukan perempuan lemah yang bisa ia tindas.

Terpopuler

Comments

Masiah Firman

Masiah Firman

aku sukaw sama.zia ....jangan langsung mundur....beri dulu pelajaran......enak banget kalau langsung di tinggalkan pasti dia.merasa menang Krn tujuannya tercapai

2021-11-23

0

Khansa Salsabila

Khansa Salsabila

Yg kuat zia 💪💪💪💪💪

2021-11-17

0

Ar Syaina Syaina

Ar Syaina Syaina

sorry laila,kmu melawan seorang ceo

2021-11-16

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!