Mau tidak mau, bik Imah terpaksa mengikuti apa yang Zia katakan. Ia mengikuti langkah kaki Zia menuju ruang keluarga dengan langkah berat.
Sementara itu, Rama dan Laila baru saja sampai di depan rumah. Mereka segera tutun saat mobil berhenti. Laila yang melihat rumah besar nan mewah yang ada di hadapannya, kini benar-benar merasa kagum dengan rumah besar itu. Mata Laila menyapu setiap sudut rumah mewah tersebut.
"Ya ampun, Mas. Jadi ini rumah kamu sama mbak Zia?" tanya Laila tanpa mengalihkan pandangannya dari rumah tersebut.
"Ya. Ini tempat tinggal aku sama Zia. Tapi, rumah ini di beli atas nama Zia, bukan aku."
"Lho, kenapa atas nama mbak Zia? Kenapa gak atas nama kamu aja, Mas?"
"Yah, gimana mau atas nama aku, orang ini memang hasil kerja kerasnya Zia. Bukan uang dari aku. Ya sudah, ayo masuk! Katanya kamu mau lihat rumah ini. Selesai lihat, kita langsung pulang," kata Rama berjalan duluan mendahului Laila.
Laila tidak bisa menjawab apa-apa. Ia awalnya berpikir, rumah ini hasil dari kerja keras Rama, yang dibelikan atas nama Zia. Taunya, ini hasil kerja keras Zia sendiri.
Melihat Laila yang tidak beranjak dari tempatnya, Rama kembali menghampiri Laila.
"Lho, kok malah diam di sini? Katanya mau lihat rumah aku. Ayok!"
"Iya, Mas."
Laila berjalan bergandengan dengan Rama. Sampai di depan pintu, Rama membunyikan bel untuk meminta bik Imah membuka pintu buat mereka berdua.
Bik Imah yang baru saja ingin duduk di sofa tak jauh dari Zia, membatalkan niatnya setelah mendengarkan bel berbunyi. Ia beranjak ingin membuka pintu, namun Zia menghalanginya.
"Gak usah, bik. Biar aku aja," kata Zia sambil bangun dari duduknya.
"Tapi, Nya .... "
"Udah bik, gak papa. Biar aku saja. Aku yakin, itu pasti mas kurir yang mengantar pesanan aku," kata Zia sambil tersenyum, lalu berjalan meninggalkan bik Imah.
Bik Imah tidak punya pilihan lain selain membiarkan Zia melakukan apa yang ia inginkan. Zia membuka pintu dengan cepat, tanpa tahu apa yang sedang menanti dirinya di depan pintu tersebut.
Saat pintu terbuka, mereka semua terlihat sangat kaget. Terutama, Rama. Ia sampai tidak bisa menutup mulutnya saat melihat Zia yang membuka pintu tersebut, bukan bik Imah.
"Zi--Zia. Ka--kapan kamu pulang?" tanya Rama dengan wajah pucat pasi juga perasaan yang sangat gugup dan panik. Sampai-sampai, ia bicara dengan nada gelagapan.
"Baru aja, mas. Kamu, kamu dari mana? Ini siapa?" tanya Zia sambil menahan perasaan sakit hati saat melihat Rama membawa pulang istri sirinya.
"Oh, ini, ini pembantu baru yang aku carikan buat mama. Aku kasihan lihat mama yang tinggal sendirian. Makanya, aku carikan pembantu buat dia. Setidaknya, mama tidak akan merasa kesepian jika ada seseorang yang bekerja di rumahnya," ucap Rama berbohong.
Mendengarkan dirinya dikatakan pembantu, Laila melotot kaget, marah, juga kesal. Tapi, ia tidak mungkin mengatakan siapa dirinya yang pada Zia. Karena Rama pernah bilang, jika ia bicara kalau mereka adalah suami istri pada Zia, maka Rama akan menceraikan dirinya tanpa memikirkan apapun lagi.
"Be--benarkah, Mas? Dia pembantu yang mas carikan untuk mama?"
"Iya, sayang. Kapan aku pernah bohong sama kamu, sayangku," kata Rama sambil menyentuh pelan pundak Zia.
"Kamu yakin, mas?" tanya Zia sambil menatap kedua mata Rama.
"Sayang, coba kamu ingat-ingat baik-baik. Kapan aku pernah bohong sama kamu. Ya Tuhan, aku gak tahu kamu pulang hari ini. Aku benar-benar kangen sama kamu, sayang," kata Rama sambil menarik Zia ke dalam pelukannya.
Zia membiarkan apa yang ingin Rama lakukan. Ia membiarkan Rama menarik tubuhnya ke dalam pelukan Rama yang selama ini selalu membuat hati Zia merasa nyaman. Tapi sekarang, pelukan itu terasa hambar juga menyakitkan.
'Kamu tanya kapan kamu pernah bohong sama aku, mas Rama? Sekarang saja kamu bohong padaku? Dan aku tidak pernah tahu, kebohongan-kebohongan seperti apa lagi yang telah kamu lakukan padaku selama ini,' kata Zia dalam hati.
'Aku tidak menyangka kalau kamu berani membawa istri siri mu pulang ke rumah aku. Namun, aku tidak percaya, kalau kamu menyebut dia pembantu yang kamu carikan untuk mamamu dihadapan aku dan dia. Aku tidak tahu, seperti apa rasa sakit yang ia rasakan saat kamu sebut dirinya pembantu untuk mamamu. Aku yakin, itu pasti sangat sakit. Tapi pastinya, tidak lebih sakit dari pengkhianatan yang kamu dan dia lakukan padaku,' kata Zia dalam hati sambil menatap wajah Laila yang sangat tidak enak untuk dilihat.
"Sayang, kamu gak kangen ya sama aku?" tanya Rama dengan nada manja.
"Kangen kok, Mas. Kangen banget malahan. Aku itu merasa sebaliknya malahan, kamu yang gak kangen sama aku, Mas," kata Zia berusaha bersikap seperti biasa padahal, hatinya sedang mendidih saat ini.
"Ya Tuhan, aku bersumpah demi langit dan bumi, aku sangat merindukan kamu, sayang. Setiap detik, setiap menit, yang aku harapkan itu adalah, kamu cepat pulang," ucap Rama sambil membelai rambut Ziana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
❄️ sin rui ❄️
ngomong dalam hati terusssss
2021-11-25
0
Yunia Abdullah
paling males bca novel cwe y pura2 kuat d saat suami y berhianat Dan cwe y diem dlu pdhal bukti dah ada bukan y d labrak tuh pelakor SM suami laknat
2021-11-16
1
Sulati Cus
gombal bgt km rama
2021-11-15
0