Dinda menoleh kesana kemari tidak ada angkot lewat karena semua angkot yang lewat adalah angkot yang tidak melewati jalan dekat kompleks rumahnya.
Ketika ada Arkan yang mendorong motornya Dinda terkejut. Berdehem Dinda. Arkan tetap berjalan mendorong motornya dan meninggalkan Dinda yang masih menatapnya dengan berharap jika Arkan menoleh.
Dinda menoleh ke jam tangannya. Masih ada waktu.
Dinda turun dari Halte mendekati Arkan dengan lari kecil.
"Kak mau Dinda temenin gak," ucap Dinda dengan wajah riang.
Arkan tetap diam dengan wajah Datar dan dinginnya.
Dinda mengangguk.
"Motornya mogok ya kak," ucap Dinda lagi.
"Oiya. Kak semalem keganggu ya sama pesan Dinda. Maaf ya kak, soalnya ada sepuluh atau beberapa pesan gak kakak bales, tapi, kakak bales kalo kakak gak suka sama Dinda, it's okay tidak masalah kak, kan Dinda cuman menyatakan jadi kalo kakak gak mau bales gak papa, Suka nya Dinda ke kakak ikhlas kok jadi gak usah di pikirin ya.."
Dinda diam ikut-ikutan menemani Arkan yang masih berjalan mendorong motornya.
Dinda merasa canggung semakin lama semakin sunyi diantaranya dan Arkan.
"Ehm.. kak... kakak kok kenapa gak dianterin aja atau minta mobil? kakak kan bisa," ucap Dinda.
Tiba-tiba Arkan menghentikan motornya dan menatap Ke jalanan.
Arkan diam saja ketika Dinda menatapnya. Arkan menengok kanan kiri lalu melihat ada taksi. Arkan langsung menghentikannya.
Dinda masih memperhatikannya.
"Naik taksi." Kata Arkan datar.
Dinda terdiam lalu menggaruk kepalanya dengan jari telunjuk.
Arkan yang berdiri membelakangi taksi dari samping menatap Dinda.
"Eh..itu, uang Dinda gak cukup kak," ucapnya malu dengan pelan sambil berbisik.
"Jadi gak dek," ucap pengemudi taksi yang di berhentikan.
"Ah.. enggak deh pak maaf, makasih ya pak," ucap Dinda.
Seketika Arkan mengambil dompetnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang.
"Naik taksi," ucap Arkan lagi untuk kedua kalinya dengan tatapan tajam.
Sopir taksi itu bingung.
Seketika Dinda menarik Arkan dan tersenyum pada sopir.
"Enggak pak, saya mau nemenin pacar saya jalan kaki masa ia saya naik taksi sedangkan dia jalan kaki, kasihan pak," ucap Dinda.
Arkan yang mendengar ucapan aneh Dinda melajukan mendorong motornya lagi setelah memasukan dompet dan kembali menenteng helm di lengannya.
Taksi itu pergi. Dinda melambai bersamaan dengan kelakson mobil itu, Dinda menghela nafasnya. Beruntung sopir itu tidak sensitif jadi sama-sama enak deh.
Dinda berbalik melihat Arkan sudah tiga langkah menjauh Dinda dengan lari kecilnya langsung mengejarnya.
"Kok aku di tinggalin sih kak," ucap Dinda dengan nada tersendat karena lelah. Dinda kelelahan hanya berlari kecil mengejar Arkan.
"Ngapain lo mau jalan, pom bensin masih jauh," ucap Arkan sarkas.
Dinda berhenti menatap dengan bahagia sekaligus tersenyum senang.
Dinda berpindah tempat di samping Arkan yang tadinya di samping motornya.
"Oh... berarti motor kakak ke habisan bensin," ucap Dinda santai.
Arkan diam.
"Gak papa deh kak Dinda temenin sampe pom bensin."
Dinda tersenyum sambil berjalan disamping Arkan rasanya senang. Ternyata tidak terlalu buruk bicara dengan Arkan.
"Kak makasih ya waktu itu, beberapa kali kakak nolongin aku, dan tentang hp kakak? Ehm maaf ya sekali lagi," ucap Dinda.
Arkan tetap diam mendengarkan.
"Yaah... Dinda tahu tuh hp pasti mahal banget harganya hp kentang kayak punya Dinda yang batunya bisa lepas ini mah murah kalo cuman layarnya retak tutup bodynya aja pelastik, kalo hp kek kak kan semua kaca."
Arkan masih diam saja.
Dinda menoleh sejak tadi Dinda yang bicara. Haah... tidak masalah Dinda nanti Arkan akan bicara.
"Kak, kok kakak orangnya ganteng sih, kalo kakak jawab pertanyaan Dinda kalo gak, jelek banget kakak," ucap Dinda berusaha memancing Arkan bicara. Tidak kunjung Bicara Arkan, Dinda kesal, pokoknya Dinda harus buat Arkan bicara.
"Wah.. itu tuh kak pom bensin iya.. itu pom bensinkan kita hampir sampai, yaah.. bentar lagi kita pisah, eh gak papa deh nanti di sekolah kita bareng lagi," ucap Dinda kegirangan.
Tatapan Arkan perlahan Terangkat ternyata benar hampir sampai pom bensin.
Arkan mendorong motornya sampai di antrian panjang Dinda menghela nafas di samping Arkan menoleh kekanan lalu kiri.
"Kakak Haus... aku beliin minum ya," ucap Dinda tanpa ada tanggapan atau Arkan menoleh padanya.
Dinda melangkah pergi. Membeli minuman dingin di mini market. Dua botol air mineral Dinda beli satu untuknya satu untuk Arkan.
Dinda melihat. Arkan disana, seketika ada motor lewat tanpa memperhatikan Dinda terserempet tapi, hampir karena botol mineral satunya terlempar dan satunya aman.
"Yaah.. ada satu.. gak papa deh buat kak Arkan aja."
Dinda kali ini berjalan dengan fokus sampai di tempat antrean Arkan, Dinda memberikan satu botol air mineral.
"Nih buat Kakak."
Arkan menerimanya dan membukakanya setelah itu memberikan pada Dinda.
"Minum."
Dinda diam menatap heran.
"Ini buat kakak," ucap Dinda lagi menolaknya. Seketika orang didepan Arkan pergi. Arkan maju mendorong motornya.
Setelah meminta untuk isi ful. Arkan mengambil tangan Dinda dan memberikan botol air mineral pada Dinda.
Arkan menatap Dinda. Tidak lama pengisian bensin selesai.
Arkan membayarnya dan menunggu kembalian.
Dinda memegang botol itu dan pergi seketika melewati Arkan Dinda di minta naik ke motor Arkan. Niatnya Dinda ingin pergi setelah memberikan botol air mineral dingin ini eh... malah di ajak debat.
"Eh.. gak kak. Dinda naek angkot dari sini aja," ucap Dinda menolak.
Seketika Arkan turun dan menarik Dinda untuk naik. Dinda yang tadinya sudah melangkah sedikit jauh di tarik Arkan lagi.
Dinda lupa ini keramaian, Dinda akhirnya menurut sambil membenarkan duduknya yang menggunakan rok.
"Udah kak," ucap Dinda. Arkan mulai melajukan motornya meninggalkan pom bensin.
"Maaf ya kak," ucap Dinda. Arkan diam saja.
"Nanti kakak bisa turunin Dinda di depan aja gak usah sampe rumah," ucap Dinda. Arkan tidak menggubris.
Seketika mereka berhenti di toko helm. Arkan menghentikan motornya Dinda juga turun lalu Arkan juga.
"Ngapain kak kita kesini?" Arkan tidak menjawab pertanyaan Dinda.
Dinda diam memilih dan memperhatikan lalu mengambil yang warna hitam helm standar keamanan yang dinda pilih belakang helmnya ada gambar tengkorak dan mawar.
"Yang itu mb," ucap Arkan menunjuk Dinda yang mengenakan helm dengan warna hitam dan juga ada gambar tengkorak dan mawarnya.
"Eh.. enggak kak.. aku gak niat, Mb.. aku gak jadi beli," ucap Dinda yang mendengar Arkan meminta helm itu dan langsung di bayar.
Dinda meletakan helm itu di tempat semula dan keluar toko.
Arkan mengikuti Dinda sambil membawa helm yang Dinda pakai tadi.
"Pake." Kata Arkan sambil mengenakan helm itu di kepala Dinda dengan pelan.
"Ih.. kak, nanti Dinda dikira morotin kakak, kitakan bukan siapa-siapa nanti kalo ada yang liat kakak beliin Dinda helm gimana, kakak gak takut gak malu," ucap Dinda panjang lebar. Arkan menatap sambil mengancingkan helm Dinda lalu menggunakan helmnya.
"Urusan gue," ucap Arkan.
Dinda terdiam. Singkat padat dan jelas Kak Arkan menjawab semua ucapan Dinda.
"Naik kak?" tanya Dinda ketika Arkan sudah di motor siap menunggu Dinda naik.
Tidak ada sahutan Dinda naik saja.
*
Sampai Dirumah Dinda turun dari motor Arkan dan memberikan helmnya pada Arkan.
"Makasih ya kak," ucap Dinda. Arkan mendorong Helm itu pada Dinda.
"Buat lo, Bawa kalo lo mau naek motor sama gue kalo gak gak usah di bawa," ucap Arkan singkat datar dan dingin.
Dinda melongo.
"Lah.. masalahnya kitakan gak tahu kapan kak bisa pulang bareng berangkat bareng." Arkan diam mendengar celoteh Dinda.
"Iya kan Kak." Kata Dinda.
Arkan mengedikkan bahu.
Dinda menghela nafasnya. Seketika Dinda mengulurkan tangannya.
Arkan menatap uluran tangan.
"Mau salim kak, kakak gak mau ya udah gak papa," ucap Dinda menarik tangannya lagi.
Dinda tersenyum. Dinda melambai.
"Dah kak... makasih ya kakak." Arkan mengangguk kecil menanggapi lambaian dan ucapan makasih Dinda.
Arkan menyalakan mesin motornya dan pergi berlalu. Dinda melangkah masuk sambil melihat helm yang baru di belikan Arkan.
"Hihi.. lumayan helm dong aja ini seneng banget. Pake aja buat naek ojek tiap hari."
Senangnya Dinda hingga tersandung dan hampir jatuh seketika air mineral yang di pegangnya.
Dinda langsung teringat botol air itu. Sambil berjalan masuk kedalam rumah Dinda tersenyum membayangkan hari ini dan juga botol dan helm.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Winsulistyowati
cwonya Diiem..cwe nya Cerewet..he he...Kya Aku ae Thor..hhhh😀🤭
2022-05-17
0
mila
arkan cool bgt jd cowok,si dinda udah baper bgt😁
2022-03-13
0