Terjun bebas

Sekolah dengan suasana mendung memang nyaman dan jika sekolah membuat libur maka akan lebih bagus dan baik.

Dinda sedang sibuk dengan membereskan buku di perpustakaan karena tugasnya sudah selesai dan jamkos untuk mapel setelah istirahat. Lebih baik Dinda ke perpus bersama dengan Kiran. Lagi pula, guru mapel yang jamkos itu juga ada rapat.

"Dinda, lo sama kak Arkan gimana?" ucap Kiran.

Kiran menatap Dinda yang sedang membersihkan buku dari kartu pinjam kembali perpus yang lama di ganti.

"Ngapain lo tanya," kata Dinda dengan menoleh menatap Kiran. Kiran duduk disamping Dinda menghentikan gerakan Dinda.

"Yaa gak juga lah kan tanya aja, masalahnya waktu itu di mini market waktu itu gue gak sengaja liat kak Syifa di turunin sama kak Arkan trus kak Arkan pergi denger gue pas kak Arkan pergi kalo Kak Syifa bilang, Dinda beruntung banget awas aja, gitu!" kata Kiran dengan menatap Dinda.

Dinda terdiam.

"Udahlah biarin aja, lagi pula gue gak tahu... kalo kak Arkan sendiri yang nawarin gue masa gue nolak rezeki... yaa gak dong... heheh," kata Dinda dengan terkekeh kecil.

Tiba-tiba bu Ayu datang.

"Gimana Dinda Kiran udah?" katanya menyapa Dinda dan Kiran sambil tangannya meraib beberapa buku.

"Baru segini Bu," ucap Kiran.

Bu Ayu mengangguk meletakan buku itu di tumpukan yang semula.

"Ya udah istirahat aja, ini buat jajan," Kata Bu Ayu sambil senyum Dinda dan Kiran terdiam lalu saling menatap dan menatap Bu Ayu.

"Hehe.. kita cuman iseng aja bu," kata Dinda.

"Gak papa, lima tumpuk buku itu gak sedikit apa lagi udah ada dua kardus besar yang kalian selesain. Makasihya, kalian ngeringanin tugas Bu Yeni, soalnya saya kasihan liatnya dia lagi hamil besar," ucap Bu Ayu.

Dinda dan kiran tersenyum mengangguk, tangan Dinda terulur mengambil uang pemberian Bu Ayu.

"Terimakasih Bu," ucap Dinda dan Kiran bersamaan.

Bu Ayu mengangguk. Dinda dan Kiran pergi keluar perpus karena sudah waktunya jam pelajaran berikutnya dan itu bukan jam kos.

"Aduh.. bentaran gue mau ke toilet," ucap Kiran seketika menarik Dinda untuk minta di temankan.

Dinda langsung saja tertarik Kiran dan mengikuti Kiran ke toilet.

Menunggu Kiran di toilet di depan wastafel. Dinda mencuci tangan dan menatap cermin lalu menghela nafas.

Suara langkah kaki. Syifa ternyata bersama teman-temannya yang selalu menjadi dayangnya juga teman perusuhnya.

"Eh.. eh.. liat ada siapa ini," ucap Teman syifa. Seketika Syifa menoleh karena suaran Arinda.

Syifa tersenyum lembut tapi, matanya memancarkan rencana buruk.

"Ngapain disini," ucap Syifa.

Dinda tidak menjawab dan berpura-pura Tuli.

Kiran yang sudah selesai ingin keluar ketika mendengar suara Syifa Kiran mengurungkan niatnya.

"Aaak..."Syifa menarik rambut Dinda hingga rasanya sakit seperti semua rambutnya tercabut dari kulit kepalanya.

"Lo yang udah malu-maluin gue. Lo... gara-gara lo gue jadi di turunin sama Arkan di depan mini market, sekarang lo harus terima pembalasan gue."

Kiran keluar dari toilet dan melihat Syifa menjambak Dinda.

"Ih.. Lepasin apaan sih lo," ucap Kiran kesal.

Syifa mendorong Kiran hingga jatuh ke lantai dan seketika semua teman-tan Syifa membantunya dan memegangi Kiran.

"Lo.. Kurang ajar yaa," ucap Dinda kesal. Seketika Dinda memukul tangan Syifa.

"Aw.." Syifa menatap Kiran dan Dinda. Kiran menatap Dinda dengan senyuman.

"Kak.. lo kakak kelas... harga diri lo rendah banget ya," ucap Dinda. Seketika Syifa menahan emosinya.

Syifa yang tangannya sakit dan Dinda yang sudah lepas dari jambakan Syifa mulai menatap sengit.

"Jaga yaa.. mulut lo," ucap Syifa.

Seketika tamparan hampir melayang. Seketika itu Bu Ayu yang tidak sengaja lewat toilet perempuan dekat perpustakaan. Masuk dan membuat gerakan Syifa terhenti Kiran dan semua teman-teman Syifa menatap Bu Ayu.

"Syifa Dinda.. Kalian juga.. semua ikut saya," ucap bu ayu tanpa mau berlama-lama di Toilet menunggu menjelasan mereka.

*

Di ruang BK.

Arkan baru saja keluar untuk meletakan buku yang Bu Ayu berikan padanya untuk semua teman-teman kelasnya isi jamkos. Baru keluar seketika Bu Ayu datang bersama dengan Syifa geng dan Dinda juga Kiran.

Arkan hanya berhenti sebentar melihat laku berbalik lagi berjalan menjauh.

"Eh.. Arkan tunggu, kamu ikut saya, nasehat kamu kayaknya di butuhkan," ucap Bu ayu tiba-tiba.

Arkan berhenti berbalik lalu mengangguk.

Di dalam ruang Bk. Kiran dan Teman-teman syifa berdiri sedangkan Dinda dan Syifa duduk didepan Bu ayu. Di samping Bu Ayu ada Arkan berdiri diam.

Aneh sebenarnya.

"Apa masalah kalian sampai kalian ribut di Toilet dan kamu Dinda Kiran kenapa pergi ke toilet bukannya kalian mau masuk kelas."

"Iya.. Bu kita mau masuk kelas tapi, Kiran...dia minta teman buat nemenin dia ke Toilet, gak lama setelah itu Kakak Syifa sama-teman-temannya datang terus yaa yang ibu liat terakhir tadi," Kata Dinda dengan santai.

Memang santai, Dinda tidak salah. Lagi pula orang akan percaya pada apa yang dia lihatnya.

Arkan menatap Dinda tajam lalu Syifa.

Arkan membisikan telinga Bu Ayu. Lalu Arkan menegakkan kembali tubuhnya.

"Bu saya permisi," ucap Arkan.

"Iya.. Iya.. silakan kamu keluar, terimakasih ya," ucap Bu Ayu.

Analisa Arkan kadang membantu Bu Ayu.

Arkan berjalan keluar ruang Bk.

Setelah Arkan keluar Syifa langsung bersuara tidak terima.

"Liat bu.. Dinda yang mukul saya dan tangan saya rasanya sakit sekarang. Kalo ibu gak percaya ibu bisa periksa ini pukulan beneran," ucap Syifa di lebih-lebihkan. Bu Ayu memeriksa tangan Syifa. Dengan wajah senang seperti dirinya akan menang Syifa menatap Dinda dengan syuman lebar.

"Iya ini pukulan," ucap Bu Ayu.

Seketika itu Kiran menyela.

"Maaf bu sebelumnya Kak Syifa dorong saya sampe jatoh. Ibu Liat baju saya Kotor... Terus nih tangan saja pada merah-merah.. ini semua karena kak Syifa bu, masa Ibu gak bisa liat kalo orang bela diri.. Gini ya bu boleh saya cerita semuanya," Kata Kiran panjang lebar.

Bua Ayu diam duduk kembali dan mengangguk.

Kiran merasa menang semua teman-teman Syifa termasuk Syifa sendiri kesal.

"Awalnya saya sama Dinda ke toilet gak lama saya mau keluar dari sana eh..gak tahunya saya denger suara Kak Syifa terus terikan Dinda. Saya keluar liat ternyata Dinda lagi di jambak, Ibu bisa liat tangan Kak Syifa yang memar itu, itu memang Dinda yang mukul karena jambakan Kak Syifa sampe buat muka Dinda merah sakit banget bu rasanya saya yang liat sendiri aja ngilu. Terus saya mau nolongin eh malah di dorong trus pas mau nampar Dinda Ibu dateng," jelas Kiran panjang lebar.

"Enggak Bu. itu semua BOHONG... BOHONG BESAR YANG BENER ITU.. yang bener itu SAYA.. BU SAYA... IBU MASA BELAIN ANAK YANG SALAH SIH..." Kesal Syifa sambil menatap Dinda dan Kiran.

Bu Ayu diam memperhatikan tingkah Syifa.

"Yaa.. Kamu Bener seharusnya saya bela anak yang benar bukan yang salah dan tidak benar mengaku benar, begitu," ucap Bu Ayu.

Seketika Syifa menoleh dan mengangguk dengan memasang wajah Sedih.

"Iya bu," ucap Syifa di lebih-lebihkan sedih dengan wajahnya.

"Kalo gitu Syifa kamu dan teman-teman kamu bersihkan perpustakaan dan semua buku dari debu," ucap Bu Ayu.

Syifa menatap Bu ayu tidak terima.

"Kenapa kamu natap saya gak suka kamu, Baik, saya telpon mamih kamu sekarang," ucap bu Ayu.

Syifa langsung pergi keluar ruang Bk dengan wajah kesal. Bu Ayu menggeleng.

"Kalian berdua segera masuk kelas," Kata tegas Bu ayu pada Dinda dan Kiran.

Dinda dan Kiran keluar ruang Bk dan langsung kekelasnya.

Melewati lapangan Basket. Seketika tidak sengaja ada bola yang keluar lapangan Arkan yang melihat Dinda akan lewat langsung bergerak cepat untuk menangkap Bola.

Tidak sempat.

Arkan memeluk Dinda dan punggungnya yang terkena bola.

Dinda terdiam dan Kitan juga menatap takjub sampai mulutnya bisa membuat lalat masuk.

"Lo gak papa," ucap Arkan.

Dinda terdiam seketika Arkan pergi.

Dinda langsung menoleh dan tiba-tiba pipinya memerah malu.

"Eh. enggak." Suara Dinda menatap Arkan yang menjauh.

Arkan melempar Bolanya lagi pada Teman-temannya dan bermain lagi.

Plak... Pukulan keras di bahu Dinda dari Kiran.

"BUSET.. SAKIT WOY..." Menatap kiran.

"TELAT WOY.. TELAT.. terpesona boleh tapi, JANGAN! KEK GITU! malu gue LIATNYA..." Kesal Kiran. Dinda menoleh pada Kiran.

Cengengesan Dinda menatap Kiran.

Kembali berjalan meninggalkan tempat itu.

*

Selesai Arkan dan teman-temannya latihan Basket untuk lomba. Arkan memilih pergi duluan bukannya pulang langsung atau kekelas mengambil tasnya Arkan ememilih Ke Atap.

Dinda yang baru keluar kelas seketika di tarik paksa oleh Syifa.

Di atap sekolah mereka sekarang.

"Ih. lepas Apaan sih sih Mau lo, lo mau Kak Arkan ambil gue gak iket Kak Arkan di tiang," ucap Dinda kesal.

"Gue mau lo abis disini, Lo mau lompat apa gue laporin lo ke bokap," Kata Syifa mengancam Dinda.

Dinda memundurkan langkahnya.

"Apaan sih lo.. gak cukup ambil Ibu Gue lo Ambil semua dari gue gak cukup ha... Lo tahu... Gue terpaksa ngelakuin semua hidup ini kalo gue gak kuat gua mending mati, Tapi, lo membuat semuanya berubah, gue pengen lo berhenti ganggu gue," ucap Dinda fustasi. Dinda menangis setelah mengungkapkan semuanya.

Syifa tersenyum. Hanya Syifa dan Dinda di Atap setahu mereka. Sebenarnya ada Arkan disana.

"Ya Udah.. lo lompat dari gedung sekolah dan semua masalah lo selesai, gue juga gak bakalan gangguin lo lagi," ucap Syifa.

"Gue gak sebodoh itu buat sia-siain hidup gue," ucap Dinda sambil menghapus air matanya.

Syifa mendorong Dinda.

"Lo pantes buat mati sia-sia... Lo anak haram," ucap Syifa sambil mendorong bahu Dinda.

"Lo udah hidup enak bareng bokap gue, Lo pantes mati," ucap Syifa sambil mendorong Dinda lagi.

"Anak kayak lo gak ada yang bisa di banggain selain Dosa doang ngurusin lo," ucap Syifa mendorong Bahu Dinda lagi.

Seketika di pinggir pagar Dinda terpojok. Syifa mendorong dengan dua tangannya. Seketika sebuah tangan Menarik Dinda.

Dengan cepat Seseorang itu memeluk dan memendamkan wajah Dinda dalam pelukannya.

"Lo Harus mati, Lo ganggu gue lo ambil semua dari gue," ucap Syifa mengulang ucapan Dinda. Menarik-narik Dinda agar segera terjun dari atap sekolah.

"CUKUP.. LEPASIN DIA ATAU GUE LAPORIN LO KE POLISI," Suara besar itu membuat Syifa menoleh menatap Ke atas. Wajah itu.

Syifa semakin sakit hati dan kesal.

"Lepasin dia," ucap Syifa tidak kalah kerasnya.

Seseorang itu menarik Dinda menjauh dari sana.

Dari tempatnya duduk seseorang juga mendengar dan melihat dari awal hingga akhir. Dinda pergi menjauh dengan orang itu. Syifa terkejut dengan orang lain lagi ada disana menatapnya dari tempatnya duduk.

Episodes
1 Prolog
2 Bersenggolan bahu
3 Ponsel layar petir
4 Tidak perlu di ganti
5 Mengalihkan perhatian, dengan bantuan.
6 Memperhatikan
7 Masalalu Arkan dan Rian
8 Rasa Simpati
9 Diam saja.
10 Anggap saja tidak lihat
11 Tidak suka.
12 Salah kirim
13 Memalukan
14 Keras kepala
15 Pertemuan nya dan mereka.
16 Terjun bebas
17 Depan perpustakaan.
18 Hanya kali ini
19 Tumpangan gratis
20 Sorakan
21 Bukan perhatian
22 Tidak asing
23 Singgah
24 Guru les dadakan
25 Warung pecel
26 Perhatiannya Dan seorang Teman
27 Ingin mencapai sesuatu
28 Cafes's
29 Cafes's
30 Rencana
31 Rencana
32 Kesabaran Arkan
33 Kesabaran Arkan
34 Seperti biasa
35 Seperti Biasa saja
36 Seharian
37 Seharian
38 Pulang bersama
39 Penjelasan
40 Penjelasan
41 Kabar buruk
42 Sakit
43 Pura-pura Amnesia
44 Ada yang hilang
45 Dinda dan Rian
46 Cemburu
47 Perintah Kakek
48 Kemenangan
49 Kemenangan
50 Gantungan Kunci
51 When that night
52 When that night
53 The Day... that won't stop!
54 The day that won't stop
55 Dinda
56 Dinda
57 Waktu
58 Permainan Buatan!
59 Masih terlelap
60 Maaf
61 Menjauh
62 Cerita
63 Bukan pelaku Tapi,
64 Permainan berubah
65 Permainan berubah
66 Petunjuk
67 Tidak akan menjauh
68 Tidak bisa bertemu
69 Tanpa...
70 Berhenti terlalu berlebihan
71 Kasihan
72 Menjauhinya
73 Aneh, beda banget!
74 Mungkin ada pilihan lain
75 Kebahagian mereka
76 Apa bisa?
77 Tenyata! dan harus menghindar!
78 Pergi
79 Pergi
80 Jarak yang jauh
81 Tidak bisa mendekati lagi
82 Tidak sama sekali melihat
83 Menemukanmu
84 Mengajarkan penghianat
85 Kejutan!!!!
86 Menjaga
87 Masalah belum selesai
88 Hampir!
89 Sekolah
90 Pembasmi serangga
91 Terbunuh
92 Mimpi yang nyata
93 Uncomfortable feeling
94 Malam!
95 Kenyataannya (Epilog)
96 Prolog [Season 2]
97 Bertemu di supermarket
98 Dinda kali yang aneh
99 Keluar kota
100 Sendirian
101 Salah Paham
102 Very disappointed
103 Marahan
104 Gak bisa marahan
105 Terimakasih yang banyak
106 ISTRI baik atau ANAK baik
107 Kesepakatan
108 Markas atau Nyonya Prawira
109 Kekacauan
110 Singa betina
111 Kecelakaan
112 Arkan Adalah...
113 Sikap bar-bar
114 Keadilan
115 Arisan
116 Belajar dari sesuatu
117 Hotel
118 Brithday My Wife
119 Ini kan...
120 Belajar
121 Tentang Thaliya dan Dinda
122 Berenang
123 Atap gedung
124 Demam
125 Rumah Kakek atau Rayhan
126 Khawatir
127 Apa bisa bernafas lega
128 Bukan menantu yang baik?
129 Keluarga kalangan atas
130 Pantas atau Tidak pantas
131 Hadiah !?
132 Hamil
133 Tindakan Arkan
134 Dia?
135 Jangan sepelekan masalah kecil
136 Could Nine
137 Jangan ceroboh
138 Kenyataan yang asing
139 Pertemuan yang cukup
140 Hanya permainan
141 Bukan musuh
142 Hilang
143 Epilog [Season 2]
Episodes

Updated 143 Episodes

1
Prolog
2
Bersenggolan bahu
3
Ponsel layar petir
4
Tidak perlu di ganti
5
Mengalihkan perhatian, dengan bantuan.
6
Memperhatikan
7
Masalalu Arkan dan Rian
8
Rasa Simpati
9
Diam saja.
10
Anggap saja tidak lihat
11
Tidak suka.
12
Salah kirim
13
Memalukan
14
Keras kepala
15
Pertemuan nya dan mereka.
16
Terjun bebas
17
Depan perpustakaan.
18
Hanya kali ini
19
Tumpangan gratis
20
Sorakan
21
Bukan perhatian
22
Tidak asing
23
Singgah
24
Guru les dadakan
25
Warung pecel
26
Perhatiannya Dan seorang Teman
27
Ingin mencapai sesuatu
28
Cafes's
29
Cafes's
30
Rencana
31
Rencana
32
Kesabaran Arkan
33
Kesabaran Arkan
34
Seperti biasa
35
Seperti Biasa saja
36
Seharian
37
Seharian
38
Pulang bersama
39
Penjelasan
40
Penjelasan
41
Kabar buruk
42
Sakit
43
Pura-pura Amnesia
44
Ada yang hilang
45
Dinda dan Rian
46
Cemburu
47
Perintah Kakek
48
Kemenangan
49
Kemenangan
50
Gantungan Kunci
51
When that night
52
When that night
53
The Day... that won't stop!
54
The day that won't stop
55
Dinda
56
Dinda
57
Waktu
58
Permainan Buatan!
59
Masih terlelap
60
Maaf
61
Menjauh
62
Cerita
63
Bukan pelaku Tapi,
64
Permainan berubah
65
Permainan berubah
66
Petunjuk
67
Tidak akan menjauh
68
Tidak bisa bertemu
69
Tanpa...
70
Berhenti terlalu berlebihan
71
Kasihan
72
Menjauhinya
73
Aneh, beda banget!
74
Mungkin ada pilihan lain
75
Kebahagian mereka
76
Apa bisa?
77
Tenyata! dan harus menghindar!
78
Pergi
79
Pergi
80
Jarak yang jauh
81
Tidak bisa mendekati lagi
82
Tidak sama sekali melihat
83
Menemukanmu
84
Mengajarkan penghianat
85
Kejutan!!!!
86
Menjaga
87
Masalah belum selesai
88
Hampir!
89
Sekolah
90
Pembasmi serangga
91
Terbunuh
92
Mimpi yang nyata
93
Uncomfortable feeling
94
Malam!
95
Kenyataannya (Epilog)
96
Prolog [Season 2]
97
Bertemu di supermarket
98
Dinda kali yang aneh
99
Keluar kota
100
Sendirian
101
Salah Paham
102
Very disappointed
103
Marahan
104
Gak bisa marahan
105
Terimakasih yang banyak
106
ISTRI baik atau ANAK baik
107
Kesepakatan
108
Markas atau Nyonya Prawira
109
Kekacauan
110
Singa betina
111
Kecelakaan
112
Arkan Adalah...
113
Sikap bar-bar
114
Keadilan
115
Arisan
116
Belajar dari sesuatu
117
Hotel
118
Brithday My Wife
119
Ini kan...
120
Belajar
121
Tentang Thaliya dan Dinda
122
Berenang
123
Atap gedung
124
Demam
125
Rumah Kakek atau Rayhan
126
Khawatir
127
Apa bisa bernafas lega
128
Bukan menantu yang baik?
129
Keluarga kalangan atas
130
Pantas atau Tidak pantas
131
Hadiah !?
132
Hamil
133
Tindakan Arkan
134
Dia?
135
Jangan sepelekan masalah kecil
136
Could Nine
137
Jangan ceroboh
138
Kenyataan yang asing
139
Pertemuan yang cukup
140
Hanya permainan
141
Bukan musuh
142
Hilang
143
Epilog [Season 2]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!