Dinda kembali ke kelasnya setelah dari membersihkan beberapa tempat yang pak Yoyo beritahu.
*
Arkan kembali kekelasnya setelah meletakan buku-buku yang Bu Siska suruh taruh di perpustakaan.
"Kan, lo keknya kusut amat. Ada masalah apaan," ucap Lorenzo duduk menghadap Arkan yang ada di sampingnya. Arkan tetap diam menatap kedepan.
Tidak lama bel istirahat terdengar.
Arkan dan Lorenzo juga Bagus, Justin. Mereka pergi ke kantin.
Siapa yang tidak heboh ketika Arkan masuk kantin. Semua tahu siapa Arkan.
"Arkan..." Suara itu adalah suara Asyifa yang biasa di panggil Syifa. Asyifa yang pernah melabrak Dinda karena membuat hp Arkan berlayar petir.
"Weh.. cewek jablay datang," ucap Bagus.
Seketika Justin menyikut perut Bagus. Walaupun Syifa seperti itu setidaknya jaga ucapan di depan perempuan itu lebih baik. Syifa juga perempuan.
"Lah.. bener kok," ucap Bagus lagi. Justin menatap dengan kesal.
"Iyaa.. tapi, jangan gitu inget Arkan gak suka kita kasar sama cewek. Mau di hajar lo, walaupun dia anti cewek, kasar ama cewek jarang dia... lebih baik diem."
Bagus mengangguk malu menatap Justin kesal. Lorenzo sejak tadi diam dan hanya berdecak kesal dan menghadapkan wajah malasnya ke arah lain agar Sifa tidak perotes.
"Enzo.. lo kalo gak suka jangan liatin gue," ucap Syifa. Ketika melihat Lorenzo benar-benar tidak suka padanya.
Nahkan...
Apa lorenzo bilang mak lampir pasti gitu cemprengnya tak terhingga.
Syifa seketika memeluk lengan Arkan dengan cepat Arkan melepaskannya. Arkan melepasnya dengan penuh tekanan tangan karena Syifa terlalu posesif memeluk lengannya.
Arkan langsung berjalan begitu saja meninggalkan Siyfa disana. Arkan dan lainnya duduk di kursi dekat dengan kantin jajanan kering.
Syifa berbalik.
Tar...
Mangkok bakso Dinda pecah dan bakso tumpah mengenai pakaian Syifa dan Dinda. Kiran yang masih mengantri bakso menatap dengan malas. Kenapa harus bertemu Syifa geng disini.
"Maaf kak.. maaf," ucap Dinda sopan.
Syifa tidak bisa terima ini.
"Apa.. APA LO BILANG Maaf. ENAK YA LO MAAF -MAAF. Sekarang lo harus ikut gue." Syifa menarik tangan Dinda untuk membuat perhitungan dengan Dinda.
Seketika Dinda tidak bergerak. Syifa menatap Dinda aneh.
"Apa lo mau sok berani atau apa? Ikut gue sekarang!" Ucap Syifa lagi.
Dinda menghentakan tangan Syifa keras dan terlepas begitu saja. Kiran datang dan memberikan beberapa lembar tisu pada Dinda.
"Kenapa? kan udah minta maaf, makanya jalan pake mata. Jangan asal berbalik aja, lagian mata di dengkul," ucap Dinda kesal.
Syifa mengepalkan tangannya Syifa gengnya juga kesal. Mereka ingin membwa Dinda ke belakang sekolah tapi,tidak bisa. Memangnya mereka pikir Dinda begitu lemah, tidak. Beberapa murid di kantin ada yang berdecak kagum ada yang diam dan ada yang hanya acuh saja termasuk teman-teman Arkan.
Dinda tetap berdiri menatap Syifa.
"Lo anak..." Sambil menunjuk wajah Dinda.
"Apa... anak orang iya.. gue anak orang dan lo apa? masalah lo ama gue ini kuah bakso mangkok tukang bakso, ngapain lo bawa anak-anak haah..." ucap Dinda kesal, Bahasa Dinda sudah tidak sopan lagi. Syifa kira Dinda akan terus diam, tidak mungkin, Dinda akan bertindak jika itu harus. Dinda juga bisa melawan.
Beberapa anak yang melihat perkelahian itu ada yang tertawa kecil karena Dinda menjawab dengan kata yang tidak jelas. Syifa merasa malu di permalukan oleh Dinda.
Dinda menatap Syifa sengit. Syifa melangkah maju. Seketika mendekat dan membisikan sesuatu pada Dinda.
"Inget.. lo adalah tanggung jawab bokap gue sampe lo ada masalah habis lo sama ibu lo," ucap Syifa dengan berbisik di telinga Dinda.
Seketika Dinda terdiam Syifa merasa jika hal itu berhasil. Syifa menjauh dan menatap wajah Dinda. Kiran menatap Dinda. Dinda tersenyum tiba-tiba.
Syifa terkejut. Kenapa wajah Dinda tersenyum.
"Gak takut," ucap Dinda.
Syifa pergi dari sana dengan langkah kesalnya. Syifa pergi tanpa mengucapkan kata maaf. Dinda membereskan mangkok baksonya dan membayar ganti rugi pada tukang bakso itu.
Kiran segera membatalkan pesanannya dan memilih mengambil air mineral dua botol lalu roti.
Mengejar Dinda yang sedang berjalan meninggalkannya.
*
Toilet.
Dinda mengganti pakaiannya meminjam seragam milik Kiran yang sengaja Kiran simpan di loker jaga-jaga jika seragam yang di pakainya kotor.
"Maaf ya ran... gue ngerepotin lo lagi, besok gue balikin deh seragam lo," ucap Dinda menatap Kiran di cermin wastafel.
"Dah lah enggak usah lo pikirin lo pake aja sampe lulus. lagian gue ada di rumah nyokap nyiapinnya kebanyakan buat jaga-jaga. tapi, kebanyakan cadangannya, heheh." Kiran memakan permen loli bentuk bulat rasa seprit.
"Paskan bajunya?" melihat Dinda menatap dirinya didepan cermin wastafel setengah badan.
Dinda berbalik.
"Iyaa." Sambil mengangguk dan tersenyum.
Mereka keluar dari toilet dan melangkah pergi ke loker Dinda. seketika di buka Loker Dinda penuh dengan sampah kertas. Dinda memeriksa beberapa barangnya. Semua aman untungnya, tidak ada bau dan kotoran. Hanya sampah kertas.
Dinda menghela nafasnya.
Kiran hanya bisa terkejut menatapnya.
*
Arkan yang baru duduk mendengar suara berisik menoleh pada Syifa dan teman-temannya. Arkan juga melihat jika Dinda ada disana lalu Kiran datang.
Lorenzo terkekeh tertawa kecil sambil menerima estehnya. Bagus juga menoleh menatap sebentar lalu duduk dengan benar lagi menghadap meja. Justin hanya menoleh sebentar.
"Biasa... basi banget Syifa geng cari masalah. Untung dia gak sekelas ama kita. Oiya.. tuh si Dinda berani banget nunjuk muka Syifa," ucap Lorenzo yang kembali menoleh melihat Dinda marah didepan wajah Syifa dan beberapa tertawa karena Dinda membuat suasana yang tegang dan panas menjadi aneh dan membuat orang yang mendengar keributan mereka menggeleng malu.
Arkan dan mereka semua, yang Dinda katakan pada Syifa. melihat juga.
Bagus menatap Arkan seketika Arkan menurunkan matanya mengambil roti didepannya.
Ketika mengangkat wajahnya. Arkan menatap Justin Bagus dan Lorenzo menatap Arkan.
Lorenzo menatap Arkan lalu menatap Dinda keributannya dengan Syifa lalu menatap Arkan lagi.
"Hem.. hem.." Deheman Bagus mengusik Lorenzo untuk menggoda Arkan.
Arkan tidak perduli.
Arkan memakan roti dengan nyaman. Tidak lama Dinda dan Syifa berhenti sendiri.
Dinda yang menatap kedepan tidak sadar jika Arkan beberapa saat memandangnya.
*
Suasana lorong yang ramai seketika sunyi dengan sampah kertas seperti meledak di sebuah loker yang baru terbuka.
Syifa tersenyum berdiri dengan melipat tangannya diatas perut. Teman-temannya salinga bertos ria.
"Liat itu akibatnya lo jawab semua omongan gue."
Syifa dan gengnya pergi.
Kiran membantu Dinda memunguti sampah kertas yang banyak yang berserakan dilantai karena keusilan seseorang meketakan semua kertas sampah di loker Dinda.
Arkan pergi kekelasnya ketika selesai dengan makanannya di kantin.
Arkan menatap Apa yang sedang terjadi didepannya. Ketika Arkan akan lewat ternyata Sampah kertas berbentuk gumpalan bola menggelinding kearah sepatunya.
Dinda memungutnya.
Terkejut. Arkan ada didepannya menatap Dinda datar.
"Eh.. Kak.." Dinda menyapa Arkan Arkan tidak perduli dan berlalu pergi begitu saja. Dinda menatap biasa tapi, sebenarnya kecewa. kembali memunguti kertas yang sedang berhamburan di lantai yang cukup berjarak dari lokernya. Selesai... benar-benar selesai.
Dinda pergi meninggakan lokernya dan memilih membawa bajunya ke kelas memasukannya kedalam laci meja.
Arkan menghentikan langkahnya menoleh kebelakang.
...Kamu tidak sedih atau pun menangis, apa jika kamu di hina di hari yang sama, apa akan tetap tersenyum...
...~ Arkan....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments