Bersenggolan bahu

Arkan terbangun pukul tiga subuh. Wajah bantalnya terlihat masih menunjukan rasa lelahnya. Alarm baru saja berbunyi ketika Arkan sudah sadar sepenuhnya dari kantuknya. Turun dari kasur Arkan melangkah ke kamar mandi.

Arkan melihat wajah didepan kaca wastafel. Menyikat gigi lalu mencuci muka dengan air biasa saja.

Keluar kamar mandi dengan wajah segar. Mengambil alat sholat yang tiap hari di pakainya untuk ibadah.

Selesai Sholat Arkan membereskan semua yang berantakan di kamarnya. Lalu mengambil kotak obat di bawah laci nakas, lemari nakas yang kecil. Lampu tidurnya di matikan di ganti dengan lampu putih menerangi satu ruangan kamarnya.

Duduk di tepi kasur mengambil sekotak cermin di letakan nya di atas nakas. Mengambil salep di dalam kotak obat memakaikannya di luka sudut bibir dan juga kebiruan di pelipisnya.

Selesai. Arkan kembali membereskan semuanya dan pergi ke arah berlawanan masuk kedalam ruangan dengan alat olah raga dan juga pakaiannya.

Tidak terasa Jam enam pagi sudah tiba Arkan sudah siap dengan seragam sekolahnya sekarang. Pintu terketuk ketika Arkan sedang menggunakan dasi untuk melengkapi seragam SMA.

Pintu Terbuka Nenek dengan Pelayannya ternyata.

"Arkan sarapan bubur ayam dulu ya, ini bubur nenek buat sendiri, kebetulan kakek kamu lagi pengen bubur ayam jadi pas kamu juga suka nenek buatin buat kamu juga, di makan ya.. nenek tungguin sampe habis," ucap Nenek dengan lembut.

Arkan selesai dengan dasinya berbalik menatap neneknya dan duduk di kursi depan neneknya mengambil semangkok bubur ayam dan menyuapnya perlahan kedalam mulutnya.

Nenek merasa senang karena Arkan masih mau makan di rumah ini dengan tenang tanpa banyak masalah lagi.

Arkan selesai dengan sarapannya dan minum segelas air hangat hingga habis.

Tidak lupa Arkan mencium punggung tangan neneknya.

Beralih pada tas Sepatu kaos kaki Setelahnya pada Helmnya di samping akuarium.

"Assalammualaikum." Suara Arkan sebelum pergi keluar kamarnya.

Arkan melangkah menuruni tangga perlahan tanpa suara.

Kakeknya baru saja masuk bersama seseorang di sampingnya.

Langkah Arkan melambat seketika.

Melihat Kakek di hadapannya.

Arkan menyalimi, mencium tangan kakeknya sama dengan yang ia lakukan pada neneknya.

Tanpa suara apapun Arkan berlalu begitu saja. Kakeknya menoleh mengikuti langkah Arkan yang berlalu keluar menuju pintu depan.

"Anak kurang ajar, tidak sopan, Main pergi saja," ucap Kakeknya kesal.

Motor sudah siap di depan garasi dengan warna yang mengkilap dan hitam. Bersih tanpa debu.

Arkan memakai helemnya menaiki motornya. Seketika motor dinyalakannya. Suara deru mesin motor KLX hitam Arkan langsung di tanggapi Satpam. Pintu gerbang besar di buka untuk Arkan.

Segera melaju keluar dari gerbang Arkan mengklakson untuk pintu gerbang yang Pak Joko bukakan untuknya.

Pak Joko melambai menanggapi dengan tangan terangkat sedikit dan tersenyum.

Perjalanan ke sekolah hanya beberapa menit. Arkan akan berjalan santai karena waktu di perjalanan masih sangat banyak. Ini masih terlalu pagi.

Akhirnya gerbang sekolah menyambut Arkan dengan terbuka lebar beberapa siswa siswi yang sudah datang sudah meramaikan sekolah pagi ini.

"Selamat pagi pak Ketua," sapaan Lorenzo pada Arkan karena Arkan adalah ketua di gengnya.

Justin terkekeh melihat aksi Lorenzo dan Bagas seperti ada sesuatunya mereka inginkan dengan alasan sapaan pagi.

"Pak Ketua... Contekannya boleh!" ujar Bagus dengan memelas. Arkan terdiam menatap dengan sebelah alis terangkat.

"Hahaha.. Arkan males ngasih contekan. Hancurlah kalian bersama hukuman Pak Udin," ucap Justin menakutkan. Bagus dan Lorenzo berdecak malas.

Mereka berdua sebenernya bisa mengerjakannya tapi, malas. Mereka juga tidak sepintar Arkan atau Justin tapi, Mereka masih di kuasai rasa malas.

"Dikelas." Arkan bersuara membuat raut wajah Bagus berubah dengan cepat dan Lorenzo mengangkat tangannya dan mengucap rasa syukurnya.

Arkan turun dari motornya melangkah duluan seketika tubuh seorang gadis menabrak bahu kirinya dengan keras, tasnya yang hanya di cangklong sebelah kiri saja jatuh ke tanah.

Justin Bagus dan Lorenzo terdiam. Bersiap-siap dengan kemarahan Arkan.

*

Dikelas sedang ada piket. Gadis rusuh menurut teman-teman sekelasnya. Dinda Alea dengan semua tingkah sembarangan tanpa mau melihat dan berpikir dulu sebelum melakukannya, contohnya kelas. Yeni dan Lia baru saja selesai menyapu lalu mengepel kering. Dinda datang dengan sepatu kotor meninggalkan jejak.

"DINDA.... BERENGSEK LO." Teriakan Yeni menggema satu kelas dan Lorong dekat kelasnya.

Dinda menoleh santai tanpa dosa sambil menutup telinganya. Malah berjalan lagi menambah jejak sepatu kotor.

"Emang mau mati tu bocah," ucap Yeni, Lia segera menahan Yeni.

"Apa sih Yeni pagi-pagi udah berisik." Dinda masih belum merasa bersalah Menoleh pada Yeni yang sangat Kesal.

Lia menghela nafasnya dan menatap Dinda tajam.

"Liat lantai," ucap Lia. Seketika Dinda menatap ke bawah lantai.

Dinda menatap terkejut, malu dan merasa bersalah sekarang.

Dinda pergi keluar kelas dengan berjalan jinjit.

Yeni makin emosi. Jejak baru terbuat lagi dari sepatu Dinda.

"Maaf ya Yeni," ucap Dinda sudah sampai di depan pintu kelasnya.

Yeni melepaskan pegangan tangan Lia kasar.

Memegang sapu bersiap memukul. Dinda mundur perlahan.

"Yeni, kan enggak sengaja. Gu-gue enggak tahu kalo lo lagi..."

"DINDA ALEA LO ITU GAK LIAT ITU EMBER ITU PEL-PEL LAN." Kesal Yeni sudah mencapai ubun-ubun. Menunjuk pel-pellan dan ember di depan pintu

Dinda menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan tertawa kecil.

Yeni semakin marah. Ketika sapu melayang ke arah Dinda, Dinda menghindar, sapu meleset. Yeni semakin kesal.

"Gu-guee.. Aaaduh meleset lagi," ucap Dinda mengejek Yeni, semakin marah Yeni mengambil sapu yang meleset, terjatuh di lantai.

Dinda ketakutan seketika berlalu berlari kencang. Yeni juga mengejar dengan membawa sapu.

Sampai di depan koridor sekolah Yeni berhenti. Lelah Yeni berbalik sambil membawa sapu kembali. Dinda yang masih tetap berlari tidak tahu jika Arkan baru saja melangkah akan memasuki koridor.

Tas Arkan jatuh di tanah suara retakan terdengar.

Dinda juga terjatuh dan merasa jika dirinya menyenggol bahu seseorang. Dinda bangkit dengan lututnya yang terasa nyeri Dinda mengambil tas yang tergeletak di atas tanah, mengulurkannya pada orang yang juga mengulurkan tangannya.

Seketik wajah Dinda terangkat menatap wajah datar dan tatapan mata tajam didepannya.

Ya, ampun Kakak kelas yang di idolakan Dinda ada didepannya dan dekat dan tas Arkan. Dinda yang pegang.

"Tas." Suara Arkan mengagetkan Dinda, buyar lamunan menikmati wajah tampan Arkan didepannya.

Dinda memberikannya dengan senyuman. Arkan menerimanya. Membuka tasnya dan melihat ponselnya retak dengan layar bergaris.

Dinda melotot kaget.

"Ah. Aaa.. maaf kak, aku enggak sengaja, aku tadi di kejar sama.. sama.. "ucapan Dinda berubah lebih sopan dan mencari Yeni untuk kambing hitamkan, tapi, Yeni tidak ada. Arkan menatap layar ponselnya mengusapnya dan menyalakannya.

Dinda yang celingak-celinguk mencari Yeni seketika jadi terdiam mematung takut didepan Arkan.

"Kak Arkan maaf kak," ucap Dinda lagi dengan bahasa yang sopan pada kakak kelasnya.

Arkan diam saja mengantongi ponselnya dan pergi begitu saja.

Lorenzo Justin dan Bagus segera ikut melangkah mengejar Arkan yang masuk koridor sekolah.

Bagas menatap Dinda mengintimidasi. Dinda langsung menunduk takut. Seketika rangkulan di leher Dinda terasa.

Kiran Sari. Teman Dinda dari Smp.

"Dinda, ngapain disini? cari apaan?" Ucap Kiran.

"Gue mau cari ketenangan," ucap Dinda kembali dengan bahasa santainya ketika bersama teman sebayanya.

Dinda pergi dengan wajah murung meninggalkan Kiran sendiri di halaman dekat parkiran.

Kiran menatap heran memiringkan kepalanya. Sedang ada apa dengan Dinda apa dia habis terjun dari lantai tiga. Tidak biasanya Dinda mengucapkan kata ketenangan dengan marah, malah sebaliknya mengucapkan kata ketenangan dengan berteriak lalu melompat kesana-kemari seperti anak monyet.

Kiran segera mengejar Dinda yang terus berjalan menjauh dan Kiran akan bertanya kenapa Dinda marah pagi-pagi .

...Ketidak sengajaan itu membuat kita bertemu, apa ini kebetulan atau takdir pertemuan kita....

...~Dinda Alea....

Episodes
1 Prolog
2 Bersenggolan bahu
3 Ponsel layar petir
4 Tidak perlu di ganti
5 Mengalihkan perhatian, dengan bantuan.
6 Memperhatikan
7 Masalalu Arkan dan Rian
8 Rasa Simpati
9 Diam saja.
10 Anggap saja tidak lihat
11 Tidak suka.
12 Salah kirim
13 Memalukan
14 Keras kepala
15 Pertemuan nya dan mereka.
16 Terjun bebas
17 Depan perpustakaan.
18 Hanya kali ini
19 Tumpangan gratis
20 Sorakan
21 Bukan perhatian
22 Tidak asing
23 Singgah
24 Guru les dadakan
25 Warung pecel
26 Perhatiannya Dan seorang Teman
27 Ingin mencapai sesuatu
28 Cafes's
29 Cafes's
30 Rencana
31 Rencana
32 Kesabaran Arkan
33 Kesabaran Arkan
34 Seperti biasa
35 Seperti Biasa saja
36 Seharian
37 Seharian
38 Pulang bersama
39 Penjelasan
40 Penjelasan
41 Kabar buruk
42 Sakit
43 Pura-pura Amnesia
44 Ada yang hilang
45 Dinda dan Rian
46 Cemburu
47 Perintah Kakek
48 Kemenangan
49 Kemenangan
50 Gantungan Kunci
51 When that night
52 When that night
53 The Day... that won't stop!
54 The day that won't stop
55 Dinda
56 Dinda
57 Waktu
58 Permainan Buatan!
59 Masih terlelap
60 Maaf
61 Menjauh
62 Cerita
63 Bukan pelaku Tapi,
64 Permainan berubah
65 Permainan berubah
66 Petunjuk
67 Tidak akan menjauh
68 Tidak bisa bertemu
69 Tanpa...
70 Berhenti terlalu berlebihan
71 Kasihan
72 Menjauhinya
73 Aneh, beda banget!
74 Mungkin ada pilihan lain
75 Kebahagian mereka
76 Apa bisa?
77 Tenyata! dan harus menghindar!
78 Pergi
79 Pergi
80 Jarak yang jauh
81 Tidak bisa mendekati lagi
82 Tidak sama sekali melihat
83 Menemukanmu
84 Mengajarkan penghianat
85 Kejutan!!!!
86 Menjaga
87 Masalah belum selesai
88 Hampir!
89 Sekolah
90 Pembasmi serangga
91 Terbunuh
92 Mimpi yang nyata
93 Uncomfortable feeling
94 Malam!
95 Kenyataannya (Epilog)
96 Prolog [Season 2]
97 Bertemu di supermarket
98 Dinda kali yang aneh
99 Keluar kota
100 Sendirian
101 Salah Paham
102 Very disappointed
103 Marahan
104 Gak bisa marahan
105 Terimakasih yang banyak
106 ISTRI baik atau ANAK baik
107 Kesepakatan
108 Markas atau Nyonya Prawira
109 Kekacauan
110 Singa betina
111 Kecelakaan
112 Arkan Adalah...
113 Sikap bar-bar
114 Keadilan
115 Arisan
116 Belajar dari sesuatu
117 Hotel
118 Brithday My Wife
119 Ini kan...
120 Belajar
121 Tentang Thaliya dan Dinda
122 Berenang
123 Atap gedung
124 Demam
125 Rumah Kakek atau Rayhan
126 Khawatir
127 Apa bisa bernafas lega
128 Bukan menantu yang baik?
129 Keluarga kalangan atas
130 Pantas atau Tidak pantas
131 Hadiah !?
132 Hamil
133 Tindakan Arkan
134 Dia?
135 Jangan sepelekan masalah kecil
136 Could Nine
137 Jangan ceroboh
138 Kenyataan yang asing
139 Pertemuan yang cukup
140 Hanya permainan
141 Bukan musuh
142 Hilang
143 Epilog [Season 2]
Episodes

Updated 143 Episodes

1
Prolog
2
Bersenggolan bahu
3
Ponsel layar petir
4
Tidak perlu di ganti
5
Mengalihkan perhatian, dengan bantuan.
6
Memperhatikan
7
Masalalu Arkan dan Rian
8
Rasa Simpati
9
Diam saja.
10
Anggap saja tidak lihat
11
Tidak suka.
12
Salah kirim
13
Memalukan
14
Keras kepala
15
Pertemuan nya dan mereka.
16
Terjun bebas
17
Depan perpustakaan.
18
Hanya kali ini
19
Tumpangan gratis
20
Sorakan
21
Bukan perhatian
22
Tidak asing
23
Singgah
24
Guru les dadakan
25
Warung pecel
26
Perhatiannya Dan seorang Teman
27
Ingin mencapai sesuatu
28
Cafes's
29
Cafes's
30
Rencana
31
Rencana
32
Kesabaran Arkan
33
Kesabaran Arkan
34
Seperti biasa
35
Seperti Biasa saja
36
Seharian
37
Seharian
38
Pulang bersama
39
Penjelasan
40
Penjelasan
41
Kabar buruk
42
Sakit
43
Pura-pura Amnesia
44
Ada yang hilang
45
Dinda dan Rian
46
Cemburu
47
Perintah Kakek
48
Kemenangan
49
Kemenangan
50
Gantungan Kunci
51
When that night
52
When that night
53
The Day... that won't stop!
54
The day that won't stop
55
Dinda
56
Dinda
57
Waktu
58
Permainan Buatan!
59
Masih terlelap
60
Maaf
61
Menjauh
62
Cerita
63
Bukan pelaku Tapi,
64
Permainan berubah
65
Permainan berubah
66
Petunjuk
67
Tidak akan menjauh
68
Tidak bisa bertemu
69
Tanpa...
70
Berhenti terlalu berlebihan
71
Kasihan
72
Menjauhinya
73
Aneh, beda banget!
74
Mungkin ada pilihan lain
75
Kebahagian mereka
76
Apa bisa?
77
Tenyata! dan harus menghindar!
78
Pergi
79
Pergi
80
Jarak yang jauh
81
Tidak bisa mendekati lagi
82
Tidak sama sekali melihat
83
Menemukanmu
84
Mengajarkan penghianat
85
Kejutan!!!!
86
Menjaga
87
Masalah belum selesai
88
Hampir!
89
Sekolah
90
Pembasmi serangga
91
Terbunuh
92
Mimpi yang nyata
93
Uncomfortable feeling
94
Malam!
95
Kenyataannya (Epilog)
96
Prolog [Season 2]
97
Bertemu di supermarket
98
Dinda kali yang aneh
99
Keluar kota
100
Sendirian
101
Salah Paham
102
Very disappointed
103
Marahan
104
Gak bisa marahan
105
Terimakasih yang banyak
106
ISTRI baik atau ANAK baik
107
Kesepakatan
108
Markas atau Nyonya Prawira
109
Kekacauan
110
Singa betina
111
Kecelakaan
112
Arkan Adalah...
113
Sikap bar-bar
114
Keadilan
115
Arisan
116
Belajar dari sesuatu
117
Hotel
118
Brithday My Wife
119
Ini kan...
120
Belajar
121
Tentang Thaliya dan Dinda
122
Berenang
123
Atap gedung
124
Demam
125
Rumah Kakek atau Rayhan
126
Khawatir
127
Apa bisa bernafas lega
128
Bukan menantu yang baik?
129
Keluarga kalangan atas
130
Pantas atau Tidak pantas
131
Hadiah !?
132
Hamil
133
Tindakan Arkan
134
Dia?
135
Jangan sepelekan masalah kecil
136
Could Nine
137
Jangan ceroboh
138
Kenyataan yang asing
139
Pertemuan yang cukup
140
Hanya permainan
141
Bukan musuh
142
Hilang
143
Epilog [Season 2]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!