Arkan Dinda
Sorotan lampu motor menyilaukan gerbang besar berwarna merah kecoklatan. Seorang Satpam yang mendengar suara kendaraan mendekat segera membukanya.
Sebuah motor KLX hitam dengan pengendaranya masuk dan langsung terparkir di dalam garasi rumah.
Satpam langsung menutup gerbang kembali setelah motor tersebut masuk.
Menghampiri dengan langkah cepatnya.
"Aden perlu sesuatu seperti biasa," ucap Satpam itu yang hafal dengan majikannya yang baru saja datang dengan motor KLX hitam.
"Enggak usah pak, biarin Kakek Tahu," ucapnya turun dari motor menatap Satpam sambil membuka pengait helmnya.
Wajah tampan dengan beberapa luka kecil terlihat dan kebiruan lebam di pelipisnya.
"Beneran ini den, nanti kalo kakek marah gimana?" Satpam itu sangat khawatir. Biasanya Satpam akan membantunya masuk tanpa di ketahui orang rumah.
"Pak Joko ke pos saja," ucapnya dengan wajah datar nada suara yang sopan.
Satpam itu mengangguk.
*
Arkan anak laki-laki tunggal dari keluarga terkaya nomor dua di Indonesia yang pertama adalah kakeknya.
Arkan Tinggal dengan Kakek neneknya sejak umur lima tahun tanpa, orang tua.
Arkan melangkah keluar dari garasi sambil menenteng helmnya sekaligus. Menaiki tangga rumah yang terdapat lima tingkat tangga yang muat empat orang berdiri sejajar
Langkah Arkan terhenti di tingkat keempat dari bawah.
Seseorang dengan wajah tegas dan menyeramkan berdiri melipat tangannya di depan Arkan. Tanpa sapa tanpa senyum, hanya berdiri diam disana.
"Baru kelas 12 SMA aja kamu udah banyakkan tingkah gini, mau jadi jagoan kamu," ucap Kakek.
Kakek Arkan orang yang disiplin dan tegas. Ia merasa marah karena Arkan pulang larut malam.
Jari-jari tangan yang menggenggam helm mulai mengeratkan pegangannya. Arkan terdiam dengan semua yang kakeknya katakan sekarang.
Kakek masuk kedalam tanpa memperdulikan Arkan. Arkan masih menatap lurus kedepan dengan wajah datarnya. Perlahan langkahnya masuk dengan langkah tenang teratur Arkan hampir sampai di tangga menuju kamarnya lantai dua.
Nenek datang tiba-tiba menarik tangan Arkan dan memeluknya. Arkan hanya diam tanpa kata apapun.
"Mandi air hangat dan minum susu hangat mu nanti nenek buatkan," ucap Nenek penuh kasih.
Arkan masih diam melepaskan pelukannya. Membalik tubuhnya berjalan menuju kamarnya. Membuka pintu dan masuk kedalam kamar.
Meletakkan helmnya di atas meja dekat akuarium ikan hiasnya yang cantik dengan lampu berwarna biru.
Kamar yang di terangi cahaya putih itu seketika di matikan Arkan dan di ganti dengan lampu tidur di atas nakas. Arkan melepas jaket dan sepatu juga kaos kakinya. Mandi, rasanya Arkan harus mendinginkan tubuh dan kepalanya.
Terdengar suara ketukan pintu. Arkan sedang ada di kamar mandi, seketika pintu terbuka, Nenek dengan pelayannya.
"Taruh saja disana." Nenek memberi perintah pada pelayan meletakkan segelas susu hangat di atas nakas dan juga roti gandum.
Nenek dan pelayan beralih keluar Mereka tidak akan menyentuh apapun di kamar Arkan karena Arkan tidak suka barangnya di sentuh siapapun.
Nenek juga sudah hafal dengan Arkan sejak berumur tujuh tahun.
Arkan yang berumur tujuh tahun hanya ingin melakukan semuanya sendiri. Nenek sebenarnya tidak ingin Arkan sendirian melakukannya tapi, Kakek Arkan sangat keras orangnya. Nenek mau tidak mau harus mengikuti perintahnya dan membiarkan Arkan dengan sendirinya belajar mandiri tapi, tetap diawasi.
Baru berusia lima belas tahun Kakek meminta Arkan untuk bisa mencari uang sendiri. Arkan melakukannya. Walaupun anak seumurannya harus bersenang-senang di masa itu tapi, Arkan malah bekerja keras. Nenek awalnya menolak tapi, Kakek tetap pada keras kepalanya hingga Arkan berumur tujuh belas tahun Arkan bisa membuka tokonya sendiri.
Masa kecil yang penuh tekanan hingga menginjak masa remaja masih dengan tekanan kakek yang sama yang selalu keras pada Arkan. Hanya nenek, neneklah yang selalu lembut pada Arkan.
Keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap Arkan mengambil ponselnya di dalam saku jaketnya dan meraih laptopnya di atas meja. Lalu duduk diatas kasurnya Arkan juga menoleh ke atas nakas, segelas susu hangat dengan uap samar yang terlihat keluar dari gelas susu.
Arkan kembali bangkit dari duduknya mengambil buku tebal dan juga buku tugas lainnya. Tugas sekolah yang belum terselesaikan harus Arkan rampungkan sekarang.
Setengah jam berlalu segelas susu tadi sudah berkurang setengah lebih banyak roti gandum tanpa tambahan apapun alias tawar sudah habis.
Di samping kanan atas ponselnya dekat gulingnya. Tiga tumpukan buku tugas selesai.
Arkan beralih pada susu di gelas dan menghabiskannya.
Meletakannya kembali ke atas nakas. Beralih pada buku laptop dan juga tugasnya
Arkan sudah selesai sekarang.
Menyiapkan buku untuk sekolah besok, Melangkah ke atas nakas untuk membereskan bekas makannya.
Arkan keluar kamar menuruni tangga perlahan tanpa membuat langkahnya berbunyi. Sampai di dapur Arkan mencuci bekas makannya dan gelas susunya.
Beralih ke dispenser, Menuangkan air putih hangat untuknya. Di minumnya dengan duduk di kursi dekat meja pantry.
Selesai Arkan mencuci gelasnya dan kembali kekamarnya.
Sampai didalam kamarnya Arkan menutup pintu dan menatap lekat pada pintu putih didepannya.
Arkan melangkah berbalik ke kasurnya duduk di tepi, membuka laci nakasnya Foto wanita cantik dan pria yang begitu tampan di sampingnya.
Arkan mengusap Foto itu. Seketika air mata yang tidak di izinkankan muncul, menetes membasahi kaca bingkai.
Arkan yang sendiri Arkan yang butuh pelukan ibu sekarang. Arkan tidak merasakannya Pelukan itu hanya seperti angin yang berlalu tanpa ingin berlama-lama.
...Hanya ingin tenang untuk saat ini~Arkan Prawira...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Rosa Rosiana
menarik
2023-04-13
0
Ratna Setyaningsih
awal cerita yang menarik
2022-11-09
0