Arkan datang ke sekolah dengan switer hitam. Dinda yang menyadari Arkan lewat didekatnya seketika menutup wajahnya menarik Kiran untuk masuk kedalam kelas.
"Ih.. ih.. kenapa lo kenapa?" ucap Kiran kesal. Melihat gelagat Dinda, Kiran benar-benar curiga.
"Ih.. semalem gue ngirim pesan ke kak Arkan pas itu gue sedih banget dan kebiasaan gue kalo sedih deket hp pencet apa aja." Dinda menjelaskannya pada Kiran.
Seketika Kiran menepuk jidatnya. Mengambil ponsel Dinda yang disodorkan Dinda padanya.
"Aaa...DINDA... YA ALLAH.. LO NGAPAIN, PLISS.. DINDA. hmmmp." Seketika Dinda membekap mulut Kiran.
Kiran langsung berteriak heboh ketika membaca semua pesan Dinda pada Arkan.
"Sumpah Dinda.. hmm.." Membekap mulut Kiran lagi.
"Ih.. lo jangan teriak liat tu semua anak-anak ngeliatin kita." Kiran mengangguk ketika Dinda menatap tajam Kiran.
"Haah.. terus gimana?" ucap Kiran dengan berbisik. Dinda lemas Dinda berjongkok.
"Gue gak tahu... gue harus gimana?" Dinda malang. Kiran menarik Dinda untuk berdiri lagi.
"Udahlah baik-baik aja semuanya, tenang aja," ucap Kiran menyemangati.
Dinda mengangguk.
Kiran dan Dinda pergi ke bangku mereka duduk dan tak lama bel berbunyi.
Di dalam kelasnya Arkan dengan santai duduk dan tidak lama duduk Bu Siska masuk.
Pelajaran dimulai dengan salam.
Di kantin, setelah jam pelajaran pertama kedua semua pergi ke kantin untuk sekedar nongkrong atau makan camilan.
Dinda dan Kiran duduk tidak jauh dari kursi Arkan dan teman-temannya. Dinda berusaha biasa saja. Dinda ingin meminta maaf tapi, Dinda malu.
Pura-pura tidak tahu saja.
*
Di luar kelas Dinda berjalan melewati lorong kelas. Dinda melangkah pelan hingga sampai di akhir lorong. Dinda ingin berjalan seketika hujan deras turun Dinda melihat Arkan baru saja keluar dari kelasnya dengan jaket hodie hitamnya.
Hanya melihat saja hingga Arkan pergi melewati pagar sekolah.
Seperti ini rasanya mengagumi dalam diam Dinda bisakan tahan sampai Arkan noleh ke Dinda dengan sendirinya. Tapi, kayaknya gak mungkin.
Dari ruang guru fisika Arkan baru saja mendapat tugas membuat makalah. Arkan murid teladan jadi Guru fisika ingin melihat bagaimana Makalah Arkan. Jika sudah selesai maka Makalah Arkan akan menjadi contoh.
Arkan juga tidak keberatan.
Keluar dari ruangan guru fisika Arkan langsung melihat ke atas ternyata awan hitam terlihat nanti ketika sampai di halaman mungkin akan hujan.
Ternyata benar, hampir sampai di halaman depan hujan deras turun, beruntung Arkan sudah menggunakan jaket hoddie hitamnya.
Mata Arsen melihat Dinda berdiri kedinginan. Membelokan langkahnya cuek saja berpura-pura tidak tahu. Lagi pula siapa yang ingin membawa anak gadis orang ke hujanan Arkan sendiri saja kehujan dan jas hujannya ada di motor. Tentu dirinya yang gunakan.
Mulai rintik Dinda melangkah dengan meletakan tas di kepalanya agar hujan tidak langsung mengenai kapala.
Dinda sampai di luar gerbang Dinda fokus berjalan cepat menghindari hujan agar tidak basah.
Di halte depan sekolah Dinda berhenti di bawah atapnya.
Menoleh kesamping, Arkan. Dinda tidak salah lihat Arkan ada disampingnya.
Dinda pura-pura tidak tahu hingga Angkot datang Dinda ingin melangkah naik. Seketika tangan Arkan menahannya.
"Biar ibu sama anak ini dulu," ucap Arkan datar pada Dinda. Dinda yang awalnya terkejut dan kaget seketika mengangguk mundur dan mempersilahkan ibu dan anak-anaknya naik. Ketika Dinda akan naik tempat penuh depan juga.
Dinda tidak jadi naik.
"Gak jadi pak," ucap Dinda pada sopir angkot itu. Angkot langsung berjalan pergi. Arkan seketika menyodorkan jas hujan untuk Dinda.
"Buat apa kak?" ucap Dinda.
"Gue yang anter lo pulang, karena gue lo gak bisa dapet angkot," ucap Arkan.
Dinda ragu menerimanya seketika Asyifa datang dan menarik jas hujan itu dari tangan Dinda yang baru saja berpindah tangan dari Tangan Arkan. Dan Arkan sedang menjauh dan menggunakan helmnya tidak tahu jika Syifa berada didekatnya.
"Lo ya.. gue bilang sana jauh dari Arkan," ucap syifa dengan berbisik. Arkan menoleh ketika sudah menggunakan Helmnya. Seketika menoleh langsung menaiki motor. Arkan tidak tahu jika yang ada di situ adalah Syifa bukan Dinda.
Dinda sudah pergi dari sana dan yang menggunakan jas hujan adalah Syifa.
Sopir, Syifa bersama sopirnya tadi memang tapi, ketika melihat Arkan dan Dinda dekat Syifa langsung turun dan meminta sopirnya pulang duluan.
Sempat berdebat dan akhirnya sopir Syifa pergi.
Syifa datang dan mengacaukan semua momen Dinda dan Arkan.
Ketika Motor sudah berjalan mejauh Dinda keluar dari belakang Halte dan duduk ke dinginan disana. Dinda menoleh kanan kiri hingga waktu hampir sore.
Arkan berhenti di lampu merah.
Ketika Syifa memuk Arkan, Arkan langsung melihat ada yang melingkar di perutnya.
Tangan ini bukan tangan yang menerima jas hujannya. Kenapa Dinda langsung menggunakan rias kuku.
"Rumah lo dimana?" Suara Arkan dari helm.
"Jalan aja nanti gue kasih tahu," ucap Syifa.
Seketika Arkan terkejut tapi, tetap dengan ekspresi datarnya.
Arkan melajukan motornya ketika lampu kembali hijau. Menghentikan motornya didepan mini market. Arkan menghentikan motor dan mematikan mesinnya seketika turun dan Syifa juga ikut turun.
"Loh kok berhenti sih," ucap Syifa bingung.
"Jas hujan gue," ucap Arkan. Seketika Siyfa menatap tidak percaya dan heran.
"Kan masih hujan!" kesalnya
"Jas hujan gue," Arkan mengulang ucapannya. Tanpa menunggu arkan menatap lebih tajam Syifa sudah takut sebenarnya tapi, Syifa berusaha berani hingga semua jas hujan yang Syifa pakai lepas. Arkan langsung mengambinya menaiki motor tanpa bicara lagi dan pergi begitu saja.
"Arkan... Ih.. Arkan gue mau pulang kok lo ninggalin gue sih," ucap Syifa kesal.
Tidak mendengar terus saja berjalan dengan motor menambah kecepatannya sampai Arkan di halte Arkan tidak melihat Dinda. tapi, ketika melihat ke depan sana. Ternyata Dinda sedang berdiri seperti membersihkan kakinya dari tanah dan roknya.
Arkan mendekat.
Dinda terlihat sangat buruk. Sudah bau amis dan juga bau kotoran debu yang bersatu dengan kobangan air di jalanan.
"Lo kenapa?" tanya Arkan melihat Dinda dengan keadaan yang berbeda.
Dinda menoleh seketika.
"Eh.. kak Arkan, oh ini gak papa... biasa meleng jalannya jatoh terus pas jatoh mobil ngebut terus kecipratan." Jelasnya dengan wajah polos.
Arkan segera membuka jaketnya dan memakainya pada Dinda.
Dinda terdiam.
"Baju lo teransparan," ucap Arkan. Dinda seketika paham tadinya Dinda berpikir jika Arkan sengaja. Ternyata sengaja karena baju Dinda teransparan.
"Iya kak, tapi... kak ini jadi bau. Baju Dinda kan bau aneh aneh kalo hoddie kakak bau gimana?"
Arkan memakai helmnya dan menoleh sambil mengancingkan helmnya.
"Makannya itu udah terlanjur jadi lo bawa pulang cuci," ucap Arkan.
Apa bawa pulang! cuci? Dinda rasanya ingin berteriak kegirangan.
Dinda terdiam melihat Arkan naik keatas motornya.
Arkan menatap Dinda.
"Dinda... naik?" Tanyanya. Arkan berdecak malas. tidak terdengar karena tertutup helm fulfacenya.
"Eh.. iya kak iya," ucap Dinda cepat-cepat sambil menaiki motor klx Arkan. Melihat tatapan arkan tajam Dinda tidak bisa bercanda lagi, takut marah beneran dan kesempatan ini jadi sia-sia.
...Kesempatan, dekat dan satu waktu bersamamu rasanya aku ingin memperlambat waktu agar Kesempatan ini tidak hilang dan berakhir begitu saja~Dinda Alea....
...Cast......
...Kiran Rahmawati ...
...Asyifa Satyana...
...Sumber: Pinterst...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Winsulistyowati
Visual Dinda Cantik Thor..Sukaa...👍😊
2022-05-17
1