Arkan tidak langsung pulang kerumah Arkan memilih pergi ke tempat lain lebih dulu untuk mendinginkan pikirannya. Jika pulang sekarang otaknya akan kembali panas dengan ucapan kakek dan tuduhan kakeknya.
"Kan." Sekaleng bir melayang di lempar Justin pada Arkan yang duduk di sofa buluk dan rusak.
Arkan menangkapnya tepat dan membuka sekarang bir untuknya minum.
"Lama banget lo gak minum ini, muka lo beda? abis minum bir," ucap Justin Melihat wajah Arkan sedikit mengekerut seperti baru pertama meminum bir.
"Hem."
Arkan mengedikkan bahu sambil berdehem.
Arkan bangkit dari duduknya pergi ke ruangan lain dan mengambil sesuatu di laci meja.
Rokok.
"Taraa.. gue bawa pizza. Kita makan besar hari ini," ucap Bagus yang baru saja datang bersama Lorenzo. Arkan menghidupkan korek dengan warna silver.
"Lah.. Kan lo ngerokok?" ucap Lorenzo kaget ketika Arkan menggigit rokok menyamping. .
"Hem." Arkan menanggapi lagi dengan deheman.
Arkan menatap semua temannya dan menghembuskan asap rokok dari mulutnya dengan perlahan ke bawah.
Semuanya merokok hanya Arkan yang terlihat jarang bahkan temannya sampai hapal jika Arkan sudah merokok pasti ada masalah berat.
Justin Bagus dan Lorenzo hanya diam saja selagi Arkan merokok. Arkan yang sekarang tidak bisa di ganggu gugat, Arkan sedang banyak pikiran. Jika Arkan di panggil atau di ganggu ketika sedang merokok liat saja orang itu akan kembali dengan tidak normal.
"Iblis Arkan lagi berkuasa," ucap Justin berbisik pada Lorenzo dan Bagus yang sedang memakan Pizza mereka.
Arkan dengar itu tapi, tidak peduli karena memang jika dirinya sedang merokok berarti iblis sedang bersamanya.
*
Dinda baru saja datang dengan pakaian santai seragam sekolahnya sudah di ganti kan dengan pakaian berwarna coklat dan celana jeans.
"Eh.. Dinda lo dateng juga nih anterin pesan ini ke alamat ini, tadi pesen tapi lupa di bawa karena antrean panjang banget dan dia telpon tadi," ucap temannya Dinda yang bekerja sebagai kasir.
"Oiya... nih kunci motor," ucap Temannya lagi. Menyerahkan kunci dan box minuman.
Dinda pergi dengan mengendarai motor dari tempat kerjanya. Mendatangi Alamat yang di tuju. Ternyata tempat yang Dinda datangi adalah bengkel.
"Permisi." Dinda masuk melangkah kaki tanpa melepas helemnya. Motornya terparkir didepan.
"Permisi maaf apa... loh," ucap Dinda sambil menoleh kanan kiri lalu seseorang menoleh ketika membelakanginya. Dengan pakaian bengkel yang kotor dan bau oli, wajah di hadapannya tidak asing Dinda terkejut terdiam seketika. Wajah yang ada di depan Dinda ini tidak salahkan, kalo dia, Arkan.
Kok ada disini dan pakaiannya dari atas sampai bawah. Pikiran Dinda sudah penuh dengan pradugaan tentang Arkan.
"Zo lo pesen?" Ucapnya memanggil temannya yang ada di belakang. Lorenzo keluar dan menghampiri Dinda.
"Nih uangnya." Dinda menerima uluran uang dari Lorenzo.
Seketika Lorenzo sadar.
"Loh.. lo kerja.. wah." Seperti begitu senang Lorenzo kembali ingin mengajak bicara menatap motor yang Dinda kendarain kaos dan helm yang di pakai Dinda. Tidak salah lagi jika Dinda bekerja paruh waktu tapi, tatapan Dinda menatap Arkan yang sedang membongkar mesin motor. Lorenzo menatap Dinda dan Arkan bergantian. Ketika akan memanggil Dinda.
Dinda kembali sadar dari menatap Arkan. Mengangguk pamit pergi. Arkan menatap kepergian Dinda dengan wajah datar tidak perduli.
Dinda yang sudah menaiki motor dan menyalakan mesinya, langsung bergegas pergi.
*
Malam yang gelap dengan bintang yang bersembunyi di balik awan hitam.
"Gue balik," ucap Justin pada Arkan yang masih sibuk dengan mesin mobil yang sedang di benarkannya.
Arkan menatap Justin dengan anggukan.
Tidak lama Justin pergi hujan lebat turun.
Arkan masih terus berkutat dengan kunci-kunci mesin. Lalu beberapa kain lap kotor untuk membersihkan sedikit oli di tangannya.
Mencoba menyalakan mesin mobilnya. Mobil menyala dengan suara yang lumayan halus suara mesinnya.
"Terimakasih ya," ucap Orang itu. Bangkit dari duduk tersenyum pada Arkan dan melihat hasil kerja Arkan.
Setelah membayar lalu Mobil itu pergi, bersama dengan hujan yang mulai rintik gerimis kecil.
Arkan juga pergi untuk mengganti pakaiannya dan membereskan toko alat motornya dan bengkel yang menjadi satu. Toko alat motor yang Arkan buka memang sederhana tapi, pelanggan yang datang cukup banyak dan berasal dari beberapa kalangan kadang ada yang dari luar kota hanya untuk mendapatkan alat motor terbaik dari toko Arkan.
Arkan sudah bersih dan berganti pakaian. Bagus dan Lorenzo juga.
Bagus dan Lorenzo saling menyikut. Bingung, Arkan menatap keduanya dengan tatapan tajam. Seketika Lorenzo maju melangkah mendekat pada Arkan mengatur degup jantungnya. Benar-benar seperti menghadapi kematiannya, Lorenzo benar takut pada Arkan karena wajah Arkan yang terlihat begitu tegas dengan tatapan tajamnya.
"Barusan Haris bilang kalo orang kemaren enggak terima salah satu anak buahnya masuk penjara dan masuk rumah sakit karena lo," ucap Lorenzo.
"Iya... Katanya salah satunya berusaha gangguin Justin lagi tapi, kalo kemaren sasarannya kakak perempuan Justin sekarang Justin sendiri." Jelas Bagus.
Bagus dan Lorenzo terdiam Arkan segera mengunci semua dan mengambil helmnya.
"Tapi, jangan sekarang, dari tadi ada yang ngawasin lo di bengkel." Suara Bagus berbisik berdiri didepan Arkan, Menghalangi wajah Arkan dari depan Wajah Bagus seketika datar, Mata Bagus melirik kearah belakang. Arkan mengerti.
"BRENGSEK. Kenapa tadi Justin keluar sendiri," ucap Arkan emosi. Berbalik lalu menatap Lorenzo dan Bagus lagi, Lorenzo menatap Arkan lagi.
Bagus dan Lorenzo saling berpandangan.
"Beruntung Juno sama temen-temennya pas lewat ada Haris juga disana. Pas Justin di kepung, pas Juno ama geng dateng." Jelas Lorenzo.
Sedikit mereda emosi Arkan. Bagi Arkan Justin Bagus juga Lorenzo mereka adalah teman sekaligus keluarga jadi jika salah satunya terluka Arkan akan membuat pelajaran untuk orang yang melukai teman-temannya termasuk geng yang ia pimpin sekarang.
Walaupun nakal dan punya geng, selalu di katai kurang ajar oleh kakeknya Arkan selalu ingat yang namanya ibadah, karena Arkan juga manusia biasa yang butuh Tuhan.
Arkan mengangguk menepuk bahu Bagus lalu bahu Lorenzo.
"Gue balik duluan, kasian nenek," ucap Arkan. Lorenzo dan Bagus mengerti.
"Iya hati-hati," ucap Bagus.
Arkan mengangguk menatap mereka berdua. Arkan keluar dari bengkel menaiki motornya. Tak lama setelah Arkan menjalankan motornya menjauh Bagus dan Lorenzo juga pergi menaiki motornya.
Di tempat lain tepatnya didepan bengkel Arkan. Mata-mata kakeknya juga pergi menaiki mobil.
"Tuan Muda pergi, ikuti Tuan Muda dan lainnya ikuti temannya," ucap seseorang seperti tangan kanan Kakeknya.
Mereka langsung terbagi dua.
Di jalanan yang ramai padat lalu lintas, Lampu merah semua kendaraan yang lewat terjebak macet jika tidak mendapatkan lampu hijau.
Seseorang dengan mobil sport hitam dan memiliki bak di belakang.
"Alihkan perhatian mereka," ucap Arkan di angguki orang yang menggunakan kaca mata hitam dengan jenggot putih. Berteman mereka sedang bersebelahan jadi mereka bisa bicara dengan jarak dekat.
Lampu kembali hijau. Arkan membelokkan kendaraannya ke arah berlawanan. Mobil sport hitam dengan bak di belakangnya. Dengan orang yang sama yang mengemudi didalamnya. Mengikuti Arkan berusaha menutupi Arkan dari pandangan mata-mata kakeknya.
Arkan sebenarnya sempat melihat mobil yang biasa di gunakan tangan kanan kakeknya. Arkan terlalu pintar untuk di bodohi. Mereka tidak tahu saja jika semua mobil yang mereka gunakan dan juga bergonta-ganti mobil agar mengecoh Arkan padahal itu tidak bisa dan percuma.
Di depan jalan tiba-tiba kendaraan ramai berhenti, macet karena sebuah truk besar memasang dan ingin belok tiba-tiba. Seketika Arkan bertukar tempat dengan motor yang sama dan pakaian yang sama dengannya tapi, sebenarnya orang lain.
Orang yang menaiki KLX hitam yang sama dengan Arkan terlihat memiliki logo tengkorak di punggung tangan kirinya. Orang dengan jenggot putih mengemudikan mobil, orang yang di kepang jenggotnya, diajak Arkan bicara di lampu merah, itu juga punya logo atau gambar tengkorak di punggung tangan kiri nya.
Arkan sekarang pergi untuk memastikan Justin baik-baik saja. Menambah kecepatannya agar mata-mata kakek tidak segera menemukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments