My Bastard Husband
Hallo, terimaksih karena telah memilih My Bastard Husband sebagai bacaan kalian. Kembali diingatkan, ini karya hanya menurut pandangan saya sebagai authornya ya, jadi kalau kalian punya pendapat sendiri juga ngga papa. Itu wajar karena isi kepala orang itu beda-beda.
Disini Author memang membuat si tokoh utama ngga main fisik, tapi menghadapi dengan tetap tennag hati, meskipun sebenarnya tetap sakit. Tapi, yaudahlah, selamat membaca aja. Semoga Suka.. ❤️❤️❤️
💞
...💞...
...💞...
"Hallo, Mas."
"Hey, sayang. Nanti sore Mas pulang, tapi harus mampir dulu ke kantor untuk urusan penting. Kita ketemu di rumah ya."
"Iya sayang, aku tunggu di rumah. Tapi, jangan mampir kemana-mana lagi. Isti rindu." goda Isti, pada suami tercintnya yang masih berada di seberang pulau sana.
Setelah memberikan kecupan dari jauh, Fikri langsung menutup teleponnya. Isti faham, Ia begitu sibuk dengan pekerjaannya. Apalagi dalam masa promosi sebagai seorang kepala cabang dari perkebunan sawit yang telah memperkerjakannya selama Sepuluh tahun ini.
Isti Wulandari, serang wanita berusia Tiga puluh Dua tahun, sekarang adalah kepala perawat di sebuah ruangan Anak Rumah sakit swasta di kotanya. Secara karir, Ia mapan. Iapun menikah dengan Fikri Ramdhan, seorang mandor perkebunan sawit yang telah memilik pabrik pengolahan sendiri. Mereka memiliki seorang anak perempuan, bernama Zalfa afanin husna. Gadis kecil yang ceria, dan perlu perhatian khusus dari mereka berdua sebagai orang tuanya.
Kehidupan mereka harmonis meski Rifki terkadang harus keluar kota untuk mengecek perkebunan yang lain milik pabrik tempatnya bekerja itu. Isti dan Zalfa sudah terbiasa, dan tak pernah mengeluhkan apapun yang terjadi. Mereka pun tak pernah kekurangan dari segi ekonomi, karena sama-sama memiliki karir yang bagus dalam pekerjaan yang kami jalani.
Selama Sepuluh tahun pernikahan, tak pernah ada gangguan yang begitu berarti. Hanya pertengkaran kecil, dan berselisih faham yang memang umum terjadi antar pasangan suami istri. Dan mereka juga bisa menanganinya dengan baik, apalagi Zalfa selalu menyejukkan hati dan selalu bisa mencairkan suasana yang sedikit membeku.
Hari ini tepatnya, adalah hari ulang tahun pernikahan mereka yang ke Sebelas. Isti ingin menyambut suaminya dengan spesial, setelah ditinggalkan selama hampir Dua minggu lamanya. Sebagai kepala perawat, Isti sudah tak mempunyai sift lagi, dan hanya bekerja pagi hari untuk mengontrol semua pekerjaan yang ada. Isti pulang sesuai jadwal, mampir ke toko kue langganannya, dan mampir sebentar ke salon untuk perawatan.
Untungnya, Zalfa pun kini sedang di rumah Neneknya (Nenek dari pihak ayah) dan menginap disana karena esok Ia libur sekolah. Semakin melapangkan jalan Isti untuk menyambut suami tercintanya, dan melepas rindu padanya nanti.
Dengan perasaan berdebar, seperti ketika baru awal menikah. Kini Ia telah ada di rumah, dan menunggu Sang suami pulang. Ia pun sudah membelikan makanan kesukaannya, dari restaurant langganan mereka. Bukan karena tak bisa memasak, Ia hanya tak ingin bau asap lagi ketika memeluknya nanti.
"Mana? Udah mau jam Sembilan malem, tapi belum sampai di rumah." gumamnya, yang terus menatap jam tangan hadiah ulang tahun pernikahan mereka Dua tahun lalu yang dibelikan Sang suami, Dan masih ku jaga dengan baik hingga sekarang.
Kreek... Pintu terbuka perlahan. Isti yang tadinya mengantuk, matanya kembali terbuka lebar dan berlari menghampiri suaminya dan memeluknya dengan erat.
"Hey, Mas masih bau keringet ini. Nanti aja, Mas mandi dulu." ucap Fikri, yang dengan lembut berusaha melepaskan pelukan sang istri.
"Nanti aja, kita tiup lilin dulu." Istti menyeret tangan Fikri, dan membawanya ke tempat kue itu berada.
"Happy, Aniversary sayang...." ucap Isti pada Fikri, setelah menghidupkan kembali lilin diatas kue itu.
Fikri dengan wajah terharu, bahkan tampak mengeluarkan air matanya, meniup lilin itu hingga habis. Ia pun memeluk erat Isti dan mengecup keningnya dengan hangat.
" Tak terasa, hubungan kita sudah sejauh ini. Memiliki seorang anak, pekerjaan, dan semuanya sempurna. Keluarga kita sempurna, aku tak memerlukan apapun lagi sekarang. Hanya ingin membahagiakanmu, bersama Zalfa. Kita akan hidup bahagia selamanya." ucap Fikri, yang begitu membuat hati Isti berbunga-bunga.
Acara telah usai, Fikri pun pamit untuk membersihkan dirinya. Isti yang telah menunggunya ditemowt tidur, seolah tak sabar untuk kembali bercumbu dengan sang suami setelah sekian lama. Apalagi, ketika Fikri keluar dengan mengenakan handuk yang melilit di pinggangnya, semakin membuat jantung Isti berdesir kencang. Persis, seperti saat malam pertama mereka dulu.
Isti beranjak dari ranjangnya, dan menghampiri Fikri yang akan memakai pakaiannya.
"Mas, rindu..." ucap Isti, yang melingkarkan lengan di pinggan suaminya dari belakang.
Fikri tahu dan faham maksudnya, Ia pun membalik tubuhnya dan mengusap wajah Isti, "Kamu ngga capek?"
Isti menggeleng, dan terus saja memeluk suamimya dengan erat. Fikri akhirnya mengangkat tubuh Isti dan membaringkannya di ranjang. Permainan mereka dimulai, mereka saling melepas rindu satu sama lain, dengan gairah mereka yang sekian lama telah tertahan. Malam ini, mereka bagai sedang menikmati bulan madu untuk kesekian kalinya, tanpa gangguan dari Zalfa, anak tunggal mereka.
Saling cumbu telah usai, Isti memeluk suaminya dengan erat dan tidur bersama dengan berbantal tangan Fikri. Rindu yang mendalam, seolah membuatnya tak ingin sedetikpun berpisah lagi dari Sang suami.
"Andai bisa, aku akan ikut kemanapun Mas pergi. Meski harus bolak balik, lelah ngga papa." ucap Isti.
"Kasihan Zalfa lah. Kalau bolak balik terus, dia ngga fokus sekolahnya, kan sayang. Kariermu, yang selama ini kamu bangun, juga akan berantakan. Inget perjuangan kita, yang telah kita mulai dari titik Nol bersama-sama."
Nasehat yang begitu teduh diucapkan Fikri, dan dibenarkan Isti dengan anggukan darinya. Memang benar, mereka telah merintis semuanya bersama-sama dari titik terendah mereka. Sehingga, benar-benar sayang jika salah satunya ditinggalkan. Mereka akan menikmati berdua, jika sudah masanya nanti.
.
.
.
Pagi datang, mereka sarapan berdua di depan tv sembari menonton acara kesukaan mereka. Mengobrol santai dengan semua rencana hari ini.
"Jangan pagi ini, ya? Mas ada urusan sebentar. Nanti sore aja, Mas janji bawa kamu dan Zalfa jalan-jalan." bujuk Fikri padanya.
"Yasudah... Oh iya, mana baju kotornya biar Is cuciin."
"Walah, ketinggalan di mobil. Sangking kangennya, ngga inget bawaan." ucap Fikri, dengan menepuk jidatnya. Lalu beranjak pergi menuju mobil untuk mengambil sisa baju kotornya.
Tak lama setelah Fikri pergi, sebuah telepon memanggilnya. Terpampang foto gadis cantik dengan nama Kanaya di layar ponsel Fikri. Tanpa ragu, Isti mengangkatnya karena memang sudah terbiasa seperti itu selama ini.
Belum sempat Isti menyapa. Wanita itu sudah terlebih dulu berbicara dengan nada begitu manjanya.
"Sayang, nanti jadi kan ajak jalan-jalannya. Aku kangen loh, Dua minggu ngga ketemu. Yang kemarin rasanya belum cukup, karena ketemuan cuma sebentar banget. Eh iya, jangan lupa Hp yang ini khusus buat aku. Nomorku, fotoku, dan segala macamnya. Jangan dicampur sama yang lain. Bye sayang... Muuuaach."
Ucapannya yang tanpa jeda itu terhenti. Lalu Ia mematikan teleponnya sendiri.
Tangan dan kaki Isti gemetaran, jantung dan hatinya terasa begitu sakit. Terutama ketika tangannya mulai membuka semua isi Hp itu yang dari Warna, merk, dan semuanya sama dengan yang biasa dipakai Fikri. Jelas, suaminya telah menggandakan barang miliknya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Soraya
permisi numpang duduk dl ya kak👍
2023-04-24
0
Aas Azah
baru mampir thoor tapi udah bikin nyesek😭😭😭
2023-03-14
0
Alexandra Juliana
Mungkin krn LDR jd si Fikri merasa kesepian dan ga tahan godaan maka terjadilah perselingkuhan..Pasangan yg menjalani LDR harus sama² kuat iman
2023-02-10
0