Ardy membuka pintu rumahnya. Seseorang mengantarkan makanan yang tadi dipesan. Kemudian Ardy langsung kemeja makan dan mulai menyiapkan makanan untuk mereka berdua.
Nadiya bangun dan berjalan kemeja makan.
"Istirahat saja ma. Nanti biar papa yang antar kesana." Cegah Ardy agar Nadiya tetap beristirahat.
"Tidak pa." Nadiya tetap bangun dan berjalan kemeja makan."Mama merasa sudah mendingan."
"Baiklah jika mama merasa sudah mendingan."
Ardy kemudian menarik kursi untuk tempat duduk Nadiya. Ardy memegang bahu Nadiya dan membantunya duduk.
Dengan penuh perhatian Ardy menyuapinya makan. Wanita mana yang tidak senang diperlakukan seperti itu? Dan jika ada temanya yang berbicara buruk atau mencurigainya mana mungkin Nadiya akan mempercayainya. Itu tak mungkin. Dan mustahil suaminya akan mengkhianatinya.
Bisik-bisik tetangga kadang sampai juga ke telinganya tentang nasib buruk jika punya suami ganteng dan sukses. Atau banyak akhir yang tragis dari ikatan rumah tangga saat suami ada dipuncak kekayaanya. Tapi Nadiya memilih tak mau mendengar apapun selain dia melihatnya sendiri, dengan matanya sendiri. Jika tidak, percuma orang berusaha menggoyahkan keyakinannya tentang ketulusan suaminya.
"Makan yang banyak ma."
"Nanti gendut." Jawab Nadiya manja
"Biarpun gendut papa tetap sayang ma."
"Papa hanya merayu kan?"
Ardy masih menyuapi Nadiya sampai makananya hampir habis.
"Nambah ya ma."
Nadiya menggelang. "Sudah kenyang. Cukup aja pa."
"Baiklah. Mama duduk aja. Biar papa yang beresin ini ma."
Nadiya mengangguk. "Nanti satu Minggu lagi periksa ke dokter ya ma?"
"Iya pa." Nadiya kemudian menandai kalender yang ada di dekatnya biar ngga lupa.
"Mama ngga tahu apa yang mengganggu kesehatan mama. Mama sebenarnya takut pa. Takut kalau ada apa-apa dengan kandungan mama. Sedangkan kita belum punya anak."
"Jangan takut ma. Semua akan baik-baik saja. Papa janji akan selalu menemani mama setiap kali mama periksa kedokter."
"Iya. Terimakasih pa."
"Jadi mama jangan khawatir yang berlebihan ya. Ingat kata dokter mama ngga boleh stress.Jadi mulai sekarang mama harus rileks dan jangan berpikir yang macam-macam."
Nadiya mengangguk sambil menatap mata Ardy penuh cinta. Nadiya sangat berterimakasih pada Tuhan karena memiliki teman hidup seperti Ardy.
Pagi hari. Ardy sudah berkemas saat adzan subuh berkumandang. Sebelum matahari menampakkan sinarnya Ardy sudah keluar dari jalan rumahnya. Hari ini ada jadwal bertemu klien diluar kota.
Nadiya mengantarkan Ardy sampai keteras rumahnya. Setelah Ardy pergi Nadiya segera akan masuk kembali kedalam rumahnya. Tapi matanya singgah pada beberapa bunga kesayangannya yang nampak layu. Kemudian Nadiyapun mengurungkan niatnya untuk langsung masuk kedalam rumah. Matanya mencari selang dan langsung menyirami beberapa bunga yang menghiasi taman diteras rumahnya.
Diseberang sana Sarah juga nampak keluar dari rumahnya untuk menghirup udara segar di pagi hari. Masih menggunakan baju tidur tanpa jaket, seperti biasanya, nampak seksi.
"Nad!" Sarah memanggil dari depan rumahnya. Nadiya menoleh kearah suara itu. Dan melihat Sarah berdiri dan berjalan kearahnya.
Beruntung Ardy sudah berangkat kekantor. Jika tidak pasti akan terpesona melihat pemandangan yang menakjubkan itu. Gumam Sarah dalam hati.
Sudah lama Nadiya merasa terganggu dengan baju-baju yang dipakai Sarah. Yang jelas karena baju itu sangat menggoda para pria. Terlebih Sarah adalah wanita yang telah bercerai. Sedangkan rumahnya berseberangan dengan rumah Nadiya. Lebih tidak nyaman lagi jika ada Ardy disampingnya dan melihat hal itu tentu membuat aneh dan canggung.
Kadang Nadiya ingin menegur Sarah apalagi jika ia bertamu kerumahnya dan memakai pakaian yang kurang sopan. Mau ditegur takut tersinggung. Tapi jika tidak ditegur kenyamanannya sangat terganggu. Memakai baju adalah hak dan privasinya, tak etis memang jika ia keberatan dengan baju yang dipakai sahabatnya.
"Tumben pagi sekali Nad, Lo udah nyiramin tanaman?" Sarah berjalan mendekat pada Nadiya.
"Iya Sar. Kebetulan Ardy berangkat pagi hari sekali jadi gue sekalian aja siraman nih bunga."
"Oh. Ardy sudah berangkat?" kata Sarah sambil melihat mobil Ardy yang sudah tak terparkir.
"Iya keluar kota."
"Oh. Kemarin gue lihat rumah lo sepi. Emang Lo ngga ada dirumah Nad?" Tanya Sarah.
"Iya. Gue reunian sama temen. Pas pulang gue malah sakit. Akhirnya gue menginap dirumah sakit."
"Ditemani Ardy Nad?" Tanya Sarah kemudian.
"Ngga. Gue menginap sendiri. Ardy ketiduran dikantor semalam. Jadi ngga bisa nemenin gue."
"Apa?!" Sarah meninggikan suaranya karena kaget.
"Kenapa sih si Sar. Lo sampai kaget gitu."
"Ngga sih Nad. Gue cuma bingung kok Ardy bisa ketiduran dikantor."
"Yaa. Mungkin banyak kerjaan dan kecapean." Kata Nadiya. "Sudahlah. Jangan mikir yang aneh-aneh."
Dalam hati Sarah masih bingung, ragu dan entah rasa apalagi. Bohong. kebohongan. Semalam Ardy bersamanya dirumah sakit. Tidur dikantor katanya? Ardy berbohong. Dan tidak mengatakan yang sebenarnya? Demi gue? Sarah bergumam dan melamun.
Jadi Nadiya tidak tahu tentang kejadian semalam. Ardy menyembunyikannya dari Nadiya? Sarah pun memilih untuk diam dan tidak bercerita apapun tentang Ardy yang diketahuinya.
"Ya udah ya Nad. Gue mau cari udara segar dulu." Sarah segera menjauh dari Nadiya karena takut keceplosan.
"Iya Sar."
Nadiya meneruskan kerjaannya untukenyiram tanaman. Dan beberapa koleksi bunga kesayangannya.
Sarah berlari-lari kecil dijalanan menuju taman. Sambil mukanya berbinar tanda dia sedang bahagia. Keringat mulai membasahi dahinya. Dan sesekali dia menyekanya dengan handuk dilehernya.
Tiba-tiba ada sebuah mobil berhenti didekatnya dan hampir menabraknya.
Seseorang turun dari mobilnya dengan kacamata hitam. Berjalan mendekatinya dan menarik Sarah untuk masuk kedalam mobil. Sarah menolaknya. Tapi akhirnya menurut karena tanganya dipegang erat dan dipaksa masuk kedalam mobil.
didalam mobil Sarah diam saja. Dia tahu orang ini sering saja membuat masalah dan bertengkar dengannya. Siapa lagi jika bukan mantan suaminya.
"Aku kerumah kamu kemarin, tapi kamu ngga ada dirumah. Kamu kemana?" Tanya Leo.
"Leo, aku mohon. Kita sudah bercerai. Kemana aku pergi dan dengan siapa, kamu sudah tidak berhak lagi bertanya?" Sarah berkata sambil menatap keluar jendela mobil Leo.
"Aku khawatir Sar. Sampai malam kamu tidak pulang. Kami menginap dimana?"
"Leo. Sudahlah. Jangan pedulikan aku lagi dan berhenti mencampuri urusan pribadiku. Aku akan pulang atau aku tidak akan pulang. Itu bukan urusan kamu lagi."
"Apakah kamu sudah tak mencintaiku?"
"Kita sudah bercerai Leo."
"Aku tahu! Apa sedikit saja tidak ada lagi rasa untuku?" Kata Leo menatap tajam kearah Sarah.
Sarah diam saja. Entahlah tadinya dia begitu sangat mencintai Leo. Tapi sejak kedekatannya dengan Ardy cintanya pada Leo mulai padam.
"Sar." Leo memegang pundak Sarah."Ayo kita balikan. Gue masih sayang elo Sar. Gue akan berubah. Gue janji." Leo menatap wajah Sarah lekat.
"Maafin aku Leo. Saat ini aku perlu menenangkan diri dulu."
Sarah melepaskan diri dari pegangan Leo, kemudian keluar dari mobil dan berlari kecil pulang kerumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 290 Episodes
Comments
Pertiwi Tiwi
Sarah mah kerjaya aja di club' MLM.makaya pake bajunya sexsi .kurang bhn
2021-12-10
0