Acara telah selesai. Nadiya menghampiri Dara.
"Ikut gue Nad?"
"Ngga"
"Ya udah gue pulang duluan ya?"
Dara pulang terlebih dahulu. Nadiya kembali ketendanya. Tapi Ardy ngga ada disana. Nadiya mencarinya kesana-kemari tapi tak juga menemukanya.
Akhirnya Nadiya membuka ponselnya dan terlihat ada pesan masuk.
Dari Ardy. "Maaf sayang kita ngga bisa pulang bareng. Mendadak ada urusan kantor".Isi pesan Ardy.
Nadiyapun kecewa. Mana Dara tadi ngajak pulang bareng gue malah ngga mau. Nadiya berjalan ketendanya dan mengambil sesuatu.
Seseorang memanggil namanya. Orang itu dari tadi memperhatikanya.
"Nad! Tunggu!" Nadiya mengenal suaranya. Riko? Ternyata Riko belum pulang?
Nadiya menoleh dan tersenyum padanya. Riko berlari kecil kearah Nadiya.
"Pulang bareng yuk?" Ajak Riko karena tapi sempat melihat suaminya pergi terlebih dahulu saat mereka asyik memasak.
Nadiya mengangguk."Iya."
Merepun berjalan kearah mobil Riko dan Riko membukakan pintu untuk Nadiya.
Riko melihat wajah Nadiya yang dari tadi bengong aja. Mereka diam tak banyak bicara. Nadiya masih kecewa karena Ardy pulang terlebih dahulu.
"Nad. Kok diem aja si? Ada apa?"
"Ngga papa."
"Aku antar kamu pulang apa kamu mau mampir dulu kemana gitu?" Kata Riko sengaja mencari kesempatan untuk lebih lama bersama Nadiya. Hatinya masih sangat mencintainya. Yang ada dalam benaknya saat ini dia sedang bersama wanita yang dikasihinya.
Riko memutar lagu kenangan saat masih bersama Nadiya. Nadiya mendengarkan tapi kepalanya tiba-tiba pusing dan berputar. Pandanganya menjadi samar-samar. Karena ngga tahan akhirnya Nadiya pun bersandar pada bahu Riko.
Riko pikir Nadiya tertidur karena kelelahan. Riko masih menyetir mobilnya dan kepala Nadiya bersandar pada bahunya. Kearah rumah Nadiya.
Riko ingin menanyakan nomor rumahnya. Tadi Nadiya sempat bilang tapi Riko lupa. Mereka berhenti di persimpangan jalan masuk komplek itu.
Riko membangunkan Nadiya. Dan saat memegang dahi Nadiya terasa sangat panas. Pasti Nadiya demam pikirnya. Riko membangunkanya, tapi Nadiya tetap diam ngga mau bangun. Seperti orang pingsan. Riko mulai khawatir. Akhirnya karena badan Nadiya terasa sangat panas dan ngga bangun meski sudah dibangunkan. Riko berputar arah menuju Rumah Sakit terdekat.
Mereka tiba dirumah sakit. Riko menggendong Nadiya yang masih lemas terkulai. Dan mencari dokter untuk segera menanganinya.
Nadiya diperiksa oleh dokter sementara Riko menunggu diluar ruangan. Berjalan mondar-mandir mengkhawatirkan Nadiya. Istrinya menelpon.
"Ada urusan kantor. Nanti sore Ayah pulang."
Jawab Riko dan langsung menutup teleponnya.
Sesekali Riko memegang dahinya dan duduk diruang tunggu. Melihat kelantai. Matanya sayup karena kurang tidur dan kelelahan tadi malam tidur dibawah pohon.
Dokter keluar dan memberitahukan bahwa pasien baik-baik saja. Dokter mempersilahkan Riko untuk masuk.
"Gue khawatir Nad. Gue pikir Lo kenapa? Sekarang gimana? Apa ada yang sakit?"
Nadiya menggeleng. Nadiya tahu ada yang sakit dalam perutnya. Itulah yang menyebabkan dia tak sadarkan diri. Tapi tadi Nadiya sudah berbicara dengan dokter untuk merahasiakan penyakitnya dari Riko. Dan mengatakan Nahdi dia baik-baik saja.
"Gue udah baikan. Kamu pulang aja Rik. Terimakasih sudah anterin aku kesini."
"Terus kamu gimana?"
"Jangan khawatiran aku. Nanti aku akan hubungi Ardy."
"Tapi Nad....."
"Gapapa....Pulanglah." Nadiya tersenyum meyakinkan Riko.
Akhirnya Riko pun pergi meninggalkan Nadiya dalam ruangan sendirian.
Nadiya mencoba menghubungi Ardy. Tapi sepertinya hp Ardy lowbat. Nadiya melihat keluar jendela dan terlihat daun-daun yang tertiup angin seperti sedang menari.
"Aku harus dirawat dan tidak diijinkan pulang oleh dokter. Sementara sulit sekali menghubungimu Ar?" Bisik Nadiya dalam hati, dan hanya bergumam sendirian.
Sesaat Nadiya teringat sahabatnya Dara. Dan mencoba menghubunginya. Tapi rupanya Nadiya harus menelan kekecewaan nya, karena sahabatnya juga tidak bisa dihubungi. Mungkin sahabatnya sedang sibuk sehingga tidak bisa menerima panggilanya.
Nadiya perlahan berbaring kembali dan memejamkan matanya. Kesepian mulai membuatnya gila. Tak ada yang diajaknya bicara mulai membuatnya bosan.
"Sebaiknya aku pejamkan mataku dan tidur saja." Gumam Nadiya.
Saat dokter masuk Nadiya sedang tertidur pulas, sehingga tak menyadari keberadaannya. Dokter itupun kemudian menutup pintunya kembali dengan perlahan-lahan.
Hari menjelang sore, Ardy langsung berkemas pulang kerumahnya. Biasanya dari kantor dia akan singgah kerumah sahabatnya dulu. Seperti sudah menjadi rutinitas untuk singgah ke apartemen Elis sebelum pulang.
Tapi kali ini Ardy memutuskan untuk langsung pulang dan beristirahat. Nadiya pasti sudah menunggunya dirumah. Dan memasak makan malam yang lezat.
Ardy baru saja memarkirkan mobilnya didepan rumahnya.Tiba-tiba terdengar suara seseorang memanggilnya. Suaranya keras sekali dan sontak membuat Ardy menoleh kearah suara itu.
Sarah sedang memegang perutnya. Dan berjalan sempoyongan sambil tanganya melambai kearahnya.
"Sarah?" Kata Ardy terkejut dan berlari kearahnya.
Ardy dengan sigap memegangi badan Sarah yang nampak sangat lemah bahkan untuk berdiri nampak kesusahan.
Ardy kemudian menggendong dan membawanya kemobilnya.
"Tolong bawa aku kerumah sakit Ar." Pinta Sarah lirih.
Ardy mengangguk. Menghidupkan mobil dan membawa Sarah periksa kerumah sakit terdekat.
"Kenapa denganmu Sar? Apa yang terjadi?"
"Perutku Ar. Sakit. Sakit sekali. Sepertinya aku keracunan makanan." Ungkap Sarah sambil memegang tangan Ardy dan menahan sakitnya.
Kepalanya dia sandarkan pada bahu Ardy yang kekar.
Ardy menyetir dengan kecepatan tinggi. Akhirnya mereka tiba disebuah rumah sakit. Ardy menggendong Sarah karena tak mampu berdiri dan membawanya keruang perawatan.
Nadiya melamun sendirian dan terus melihat kepintu yang terbuka untuk menunggu suster yang akan membawakan minuman untuknya.
Tiba-tiba matanya seperti melihat seseorang yang sangat mirip dengan suaminya. Nadiya terus berpikir apa yang dilihatnya itu benar atau hanya halusinasinya. Apakah itu Ardy? Siapa uang dia gendong? Siapa yang sakit? Jika itu Ardy bukankah dia salah kamar? Harusnya dia masuk ke kamar ini? Kenapa hanya lewat?
Ardy berdiri diruang tunggu setelah mengantarkan Sarah masuk kedalam. Kebetulan sekali kamar dimana Sarah dirawat bersebelahan dengan kamar dimana Nadiya dirawat. Tapi tak ada yang menyadarinya.
Dokter kemudian memanggil Ardy dan menyuruhnya masuk. Meminta Ardy untuk menemani pasien. Karena rupanya sakitnya cukup serius tapi beruntung cepat ditangani dokter. Sehingga sakitnya cepat diobati. Hanya dibutuhkan istirahat saja.
Mata Sarah mulai terasa berat dan mengantuk. Mungkin obat yang baru saja dia minum mengandung obat tidur.
Sarah sudah tak kuasa lagi untuk menahanya. Akhirnya matanya terpejam dan dia tertidur.
Ardy duduk disamping Sarah. Menatap wajahnya kemudian turun ke leher dan dadanya yang padat berisi. Sarah tak menyadarinya. Apalagi saat ini Sarah mengenakan baju yang ketat dan tipis. Selalu baju yang sangat mempesona. Mungkin sudah menjadi kebiasaanya untuk memakai baju yang ketat dan menambah kemolekan badanya. Sehingga mengundang hasrat kaum pria untuk memandang dan menyentuhnya. Ardy bahkan tak henti menatapnya lagi dan lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 290 Episodes
Comments