"Kita jadi makan malam kan?" Dara berbicara ditelepon.
"Yuukkk. Sudah lama kita ngga nongkrong bareng." Wanita karir selalu sibuk." Suara dari temanya.
"Okey. Sampai ketemu nanti malam ya."
Dara berjalan menyusuri taman. Dia baru saja akan pulang dari rumah Tuan Adam. Tapi tiba-tiba terdengar Tuan Adam memanggilnya.
"Ya pak. Apa tadi bapak memanggil saya?" Jawab Dara dan menghampiri dengan berlari kecil.
"Tolong kemari sebentar." Tuan Adam masuk keruanganya.
"Kemarilah." Sedikit canggung Dara berjalan menghampiri Tuan Adam. Setelah Dara masuk Tuan Adam menutup pintu dan duduk di meja kerjanya.
Tidak biasanya mereka berada dalam satu ruangan berdua. Canggung sekali. Kebetulan Asisten Rumah Tangganya sedang cuti dua hari.
Menjadi sekretaris Tuan Adam adalah pekerjaan yang baru dilakoninya. Tadinya dia pengangguran alias ibu rumah tangga.
Kesepian menjadi alasanya bekerja. Anaknya dititipkan ke Ibunya diluar kota. Saat libur akhir pekan Dara baru mengunjungi putrinya. Gaji suaminya juga pas-pasan. Sehingga kebutuhan memaksanya bekerja.
"Tolong kesini sebentar. Kepala saya pusing. Bisakah kamu memijatnya." Dara terbelalak. Tak bergerak, dan tak bergeser dari tempatnya berdiri. Aku? memijat kepala? Dara membatin.
"Kepala saya pusing sekali. Hanya kamu yang ada saat ini. Biasanya bibi yang memijit kepala saya." Kata Tuan Adam melihat Dara tak beranjak dari tempat duduknya.
"Ya, baiklah pak." Saya akan memijit kepala bapak."
Pelan-pelan dara mulai memegang kepala Tuan Adam. Sebenarnya Tuan Adam bukanlah orang yang buruk. Selama bekerja Tuan Adam memperlakukanya dengan baik.
Untuk lelaki seusianya, badanya masih terbilang kekar. Ada sedikit uban yang tumbuh di kepalanya. Uang, kekayaan, tentu itu yang membuatnya awet muda.
"Pelan Dara." Dara tersentak dari lamunannya. Rupanya Dara memijat terlalu keras, tanpa disadarinya.
"Ohh. Iya pak, maaf saya tak bermaksud....." Belum selesai dara meneruskan kalimatnya.
"Tidak apa-apa. Pijatan kamu sangat hangat. Sakit kepala saya sudah mulai berkurang."
Tuan Adam merasakan sesuatu yang keras menempel di bahunya. Darahnya berdesir.
Dada Dara tanpa sengaja menyentuh Tuan Adam.
Dara juga berdesir. Dara merasa adanya kehangatan dan mungkin itu adalah efek kesepian yang dia alami. Dara berbicara pada dirinya sendiri.
Dengan cepat Dara mundur satu langkah. Menyadari apa yang baru saja terjadi.
Dara juga menyadari rasa kesepian yang bergejolak, saat bersentuhan dengan lawan jenisnya.
"Ohh Tuhan....Semoga tidak terjadi hal yang buruk". Bisik Dara dalam hati.
"Sudah. Kepala saya sudah mendingan. Kau boleh pulang." Dan...."Terima kasih."
Tuan Adam mempersilahkan Dara pulang. Jantungnya masih berdegup kencang akibat sentuhan tadi. Begitupun Dara. Darah mengalir cepat dan terasa bergejolak di setiap sendi.
Dengan cepat diraihnya tas dan bergegas pergi.
Gejolaknya masih belum hilang padahal Dara sudah sampai dirumahnya.
Dara mencari saklar. Lampu mulai menyala, menerangi ruangan yang begitu sepi dan dingin. Tuan rumah sepertinya jarang menghabiskan waktu dirumah, sehingga tidak terasa ada kehangatan di setiap ruanganya.
Dara bergegas pergi ke kamar. "Mungkin Joan sudah pulang". Dia berkata kepada dirinya sendiri. Hanya dinding tembok yang mendengarnya. Tak ada siapapun.
Saat hendak menuruni tangga, Ada suara motor yang berhenti didepan rumahnya.
Joan sudah pulang. Itu suara motornya.
Krakkkk!!!!!! Pintu terbuka. Ya itu Joan Suaminya.
"Ra...sudah pulang?" Joan melihat Dara menuruni tangga.
"Iya." Dara mengambil ransel suaminya dan menyimpannya.
Joan bergegas ke kamar dan terdengar suara air mengalir. Dia mandi rupanya. Berganti baju dan akan pergi lagi.
"Mau kemana Pa?" Tanya Dara.
"Mau ketemu teman Ra. Siapa tahu ada kerjaan yang lebih baik. Yang penghasilannya lumayan." Kata Joan sambil memakai kaos hitam dan jaket Abu-abu.
Dara mendekat. Memeluknya dari belakang. Gejolak dalam darahnya masih terasa hangat. Ingin rasanya Dara menghabiskan waktu bersama suaminya.
Tapi diapun segan untuk memintanya.
"Aku kangen Pa." Ucap Dara sambil menaruh kepalanya di punggung suaminya.
Joan membalikan badannya. Menatapnya.
"Aku lelah." sambungnya. "Capek sekali dengan pekerjaan tadi siang." Kata Joan menjelaskan.
Dipegangnya pundak Dara. Dan kemudian memapahnya duduk disampingnya. Apa yang terjadi dan yang tersimpan sebelumnya.
Sehingga hubungan mereka menjadi dingin hanya mereka berdua yang tahu.
Saat malam pertama Joan terkejut dan marah. Setelah menghabiskanya dengan Dara, ternyata dia sudah tidak perawan. Perdebatanpun terjadi dimalam itu.
Dan setelah kejadian itu lahirlah putri semata wayangnya. Yang sekarang tinggal bersama orang tua Dara diluar kota. Joan sangat menyayangi putrinya.
Mungkin itu alasanya mereka masih bersama, Dara sering berkata pada dirinya sendiri. Dan dia menyadari kesalahannya. Tidak jujur. Dan Kenakalan remaja yang telah merenggut keperawanannya.
Dara memejamkan matanya. Air matanya menetes, menyesali perbuatannya dimasa lalu. Sehingga sikap Joan berubah dan menjadi dingin.
Apakah aku telah menipunya? Aku hanya tak ingin kehilangan dirinya. Jika aku jujur maka kita tidak akan pernah menikah.
"Siapa yang mendahuluiku?" Tanya Joan dimalam itu masih terngiang begitu jelas. Matanya merah dan menatap tajam wajah Dara.
Kemarahan sangat jelas terlihat dari suaranya yang berat dan gigi yang bergetar.
*Aku tertunduk. Menyesal. Dan tak tahu harus menjawab apa. Rasa malu dan tak berharga langsung menyelimuti seluruh tubuhku.
Aku bahkan tak berani menatap wajah suamiku. Hadiah terindah hak suamiku telah hilang sebelum pernikahan.
Dan telah direnggut oleh orang lain. Wajar jika suamiku sangat marah dan harga dirinya merasa terluka.
Apalagi aku menyimpanya dan tidak memberitahukan kekuranganku sebelum kita menikah*
Kejadian itu hanya sekali. Tapi menghancurkan harga diri Dara dan merendahkan martabatnya, karena tidak bisa menjaga kehormatannya.
Kebanggaanya sebagai seorang wanita sudah tidak dimilikinya.
Lalu apa yang masih tersisa jika seorang wanita sudah merasa tidak punya harga diri lagi? Terutama didepan suaminya.
Apa yang mampu dia tuntut dari suaminya karena bahkan hak suaminya tak mampu dia jaga dan dia berikan.
Sekarang Dara hanya bisa pasrah menerima sikap dan perlakuan suaminya tanpa mempertanyakannya.
"Seorang teman SMA menjebaku. Aku diberi minuman hingga tak sadarkan diri. Dan dia melakukanya, saat aku tidak sadarkan diri." Akhirnya dengan badan gemetar Dara menjelaskan kronologinya.
Bagaimana keperawanan itu terenggut darinya bukan atas kehendaknya.
Dan bukan karena tidak mampu menjaga diri tapi apalah gunanya meratapi nasibnya yang malang.
Sekuat hati dia berusaha bangkit dari keterpurukannya saat itu sendirian.
Tanpa satu orangpun yang tahu dan membantunya. Dara berusaha seorang diri mengembalikan rasa percaya dirinya agar tumbuh kembali demi masa depanya.
Jika saat itu Dara tidak bangkit, mungkin sekarang hanya tinggal namanya saja. Raganya mungkin sudah menyatu dengan tanah karena bunuh diri.
Air matanya menggenang. Hampir jatuh. Dia mencoba menahanya. Agar menjadi kuat dan bisa menjelaskanya.
Tak ada yang tahu. Orang tuanya pun tak mengetahuinya. Tak seorangpun yang tau. Dia menyimpanya sendiri.
Malu.
Menyesal.
Dan takut nama baiknya tercemar. Itu alasanya mengapa Dara tidak melapor pada polisi.
Dia tak ingin orang tuanya menanggung malu. Dan tak ingin mencemarkan nama baik orang tuanya.
Apalagi bisik-bisik tetangga yang memberondong dan menghujani banyak pertanyaan, menyalahkan dan menghakimi.
Dia tak siap dengan semua itu. Dara pun menyimpanya hingga hari ini tiba.
Hanya suaminya yang tahu, tentang kejadian yang merenggut keperawananya.
Karena kadang orang begitu iba didepannya tapi malah menyalahkanya dibelakangnya.
Tetangga juga begitu ingin tahu apa yang terjadi padanya tapi setelah itu mereka mulai bergosip dan menghakiminya.
Jadi lebih baik Dara menyimpanya sendiri.
Karena tak ada yang Dara percaya selain dirinya sendiri yang akan menjaga rahasia itu hingga hari ini tiba.
Setelah menjelaskan pada Joan. Dara mengambil handuk dan membersihkan diri di kamar mandi. Semuanya berubah sejak saat itu.
Dara masih mengingat keheningan, kecanggungan, dari tragedi malam pertama.
Joan hanya diam. Hingga saat ini tak pernah lagi membahasnya.
Hanya ranjangnya yang hangat menjadi dingin.
"Aku pergi dulu Ra." Joan berpamitan. Dara tersadar.
"Ya hati-hati pa. Mama juga mau ketemuan sama Nadiya. Papa nanti makan diluar kan?"
"Iya. Ngga usah masak ma."
Dara mengangguk. Joan melangkah pergi.
Dara menghela nafas panjang dan berat. kemudian menahanya. Dan menghembuskanya perlahan.
Ada yang tertahan dan terasa berat dalam setiap nafasnya. Beban perasaan dan gejolak yang teredam.
Dara menggenggam selimut yang sudah seperti sahabat yang selalu menemaninya di setiap malam yang menyimpan kesunyian. Malam sudah seperti teman.
Terang bulan dan hiasan malam tak membuat hatinya menjadi senang.
Rasa sepi dan terbiar sendirian kadang melukai hati dan merobek harga diri.
Rasa tercampakan dan terbuang seperti sampah dijalanan. Merasa diri tak berharga dan ternoda oleh noktah hitam.
Dan tanpa Dara ketahui ternyata suaminya bekerja pada PT Alexander yang mempunyai anak gadis bernama Karina.
Karina adalah saudara tiri Nadiya.
Tapi Nadiya bahkan sudah lama tidak berhubungan dengan ayahnya juga keluarganya.
Karena ada duka dimasa lalu yang sampai saat ini masih membekas dalam hatinya. Ardy juga tidak tahu jika Nadiya adalah anak dari Tuan Alex pengusaha terkaya dan sukses.
Nadiya tidak pernah mengungkapkan siapa jati dirinya yang sebenarnya. Karena saat dia mengungkapkanya maka lukanya akan kembali terbuka.
Sehingga Nadiya memilih untuk menyimpan rahasia itu untuk dirinya sendiri.
Bersambung............
Hai, Kak! 😀😀😀
Pengumuman Karya Baru :
1001 Cerita Rumah Tangga
Judul :
Pewaris Yang Tersesat
Novel Pria dan Wanita,
Petualangan Seorang Pria bernama Khan Louise Malik, dengan tiga Istri, Semuanya hidup rukun, dan damai, tanpa konflik dan saling iri hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 290 Episodes
Comments
Allyafa'z Santi
sejauh iniceritanya menarik
2022-06-07
0
Tri Widayanti
Nyimak trs,semangat💪
2021-11-28
0