Nadiya mengambil hpnya dan mencoba menghubungi Ardy tapi tetap masih tak ada jawaban.
"Kamu kemana aja sih Ar?" Gumam Nadiya. "Sepi....Bosan....dan takut. Sendirian membuatku sedih. Please angkat telepon nya." Gumam Nadiya lagi. Air matanya tiba-tiba jatuh menetes membasahi layar hp. Entah apa sebabnya hatinya jadi trenyuh dan sedih. Apa karena Ardy tak kunjung datang padahal dia sangat membutuhkanya?
Datanglah Ar. Gue butuh kehadiranmu saat ini. Gue takut disini. Gue juga bosan ngga ada yang menemani dan gue ajak ngobrol. Keluh Nadiya bergumam.
Terdengar Hp berbunyi, Nadiya kaget karena melamun, tapi ternyata Riko yang menelepon.
"Kamu dimana Nad?"
"Masih disini Rik."
"Ada suamimu disana?"
"Ngga."
"Jadi kamu sendirian dari tadi?" Riko mengkhawatirkannya.
"Gapapa Rik. Gue baik-baik saja. Sebentar lagi Ardy juga datang. Mungkin sedang dalam perjalanan."
"Ok Nad. Kalau ada apa-apa kasih kabar gue ya. Gue pasti datang. Gue tutup ya." Kata Riko.
"Ya." Nadiya menutup teleponnya dan mengubah posisi tidurnya, perlahan mencoba berdiri. Tapi terasa sekali badanya masih sangat lemah, dan kepalanya juga berat. Akhirnya Nadiya mengurungkan niatnya, dan berbaring kembali.
Sarah terbangun dan melihat sekeliling. "Dimana aku?" Tanya Sarah dan matanya bertemu dengan Ardy yang sedang mengamati leher dan dadanya. Sarah kemudian menarik selimut dan menutupi badanya.
"Kamu ada dirumah sakit."
"Ohh. Aku ingin pulang." Kata Sarah
"Dokter bilang kamu harus menginap semalam."
"Aku ngga mau. Aku mau pulang saja."
"Jangan! Keadaanmu masih lemah sekarang." Cegah Ardy.
"Aku ngga bisa bermalam disini Ar. Aku takut sendirian disini. Lebih baik aku tidur dirumah saja." Sarah mulai mencopot selang infusnya. Tapi tangan Ardy menghentikannya.
"Aku akan menemanimu." Sarah terperanjat. Menatapnya seakan tidak yakin dengan apa yang didengarnya barusan.
"Kamu...?"
"Iya aku akan menemanimu disini." Ardy mengulangi ucapannya tadi dan meyakinkan Sarah.
"Tapi...."
"Tenang saja. Nadiya pasti mengijinkannya. Kamu kan tetangga dekat kami apalagi kamu adalah sahabatnya. Nadiya pasti ngga keberatan."
"Kamu yakin?" Sarah masih ragu-ragu.
"Ini hanya semalam. Aku akan memberitahunya, istirahatlah."
Sarah tidak jadi mencopot selang infusnya. Dan sesekali matanya melihat kearah Ardy. Dalam hatinya, sebenarnya sangat memgagumi sosok Ardy. Sejak pertama kali bertemu entah kenapa Sarah mengagumi Ardy secara berlebihan dari laki-laki lain yang biasa ditemuinya. Dalam hati kecilnya berbisik kekagumannya tidak masuk akal, karena yang dia kagumi adalah suami sahabatnya.
Tapi tetap saja rasa kagum itu sulit dienyahkan dari jiwanya. Apalagi bersamanya seperti ini, begitu dekat, dalam satu ruangan seperti menciptakan rasa yang berbeda. Dan rasa itu malah semakin tumbuh dan mengembang.
Hal yang sama juga dirasakan Ardy. Sejak melihatnya pertama kali didalam rumahnya dengan pakainya yang tipis dan menggoda, entah kenapa bayangan Sarah sering nampak di langit-langit kamar tidurnya. Sering membayang kemolekanya dan keinginan untuk dekat dan menyentuhnya. Banyak wanita yang ditemuinya. Tapi ini adalah kegilaan yang berbeda. Keinginan yang berbeda. Mungkin karena rumah mereka dekat jadi sulit melupakan dirinya. Juga karena seringnya mereka berpapasan apalagi setiap pagi sarah menyiram tanaman masih menggunakan baju tidur yang mengundang laki-laki untuk melihat dan menatapnya.
Malam sudah berlalu. Pagi harinya Dokter mengizinkan Sarah untuk pulang, karena keadaanya sudah membaik. Hanya perlu istirahat dan minum obat dirumah.
Ardy memapahnya dan tanganya memeluk Sarah sambil menuntunya berjalan meninggalkan rumah sakit.
Sarah merasa senang dan tak menolak Ardy yang memeluknya erat dan memegang pinggangnya yang seksi. Malah Sarah merasakan kehangatan, kenikmatan, dan fantasi yang menyenangkan hatinya.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Ardy, moment dan kesempatan yang ditunggunya. Mereka seperti sedang memanfaatkan moment ini untuk saling berdekatan dan memuaskan halusinasinya masing-masing.
Ardy mengantarkan Sarah sampai ke kamarnya. Dan mbaringkan Sarah diatas kasurnya yang empuk. Rumah itu begitu sepi, maklum karena Sarah tinggal sendirian. Tak ada siapapun. Hanya mereka berdua. Tentu yang ketiga adalah setan yang telah bersemayam dalam halusinasi mereka berdua. Menggeser iman dan menguasai jiwa yang tak bertuan. Membujuk untuk memuaskan hasrat dan keinginan. Apalah artinya badan yang sedang dikendalikan setan? hatinya mati, akalnyapun tak terkendali. Hanya rasa ingin, ingin dan ingin yang menguasai sanubari.
Ardy membaringkan kepala Sarah pada bantal yang dekat dengannya. Wajah mereka begitu dekat bahkan nafasnya pun terasa hangat pada kulit wajah mereka.
Ardy masih menatapnya dengan begitu dekat, kulit mereka nyaris bersentuhan karena saking dekatnya. Mata mereka bertemu dan berpandangan sangat lama. Mata mereka seperti memberi isyarat yang sama. Keinginan yang sama. Kerinduan yang sama. Sarah tersenyum dan membuat Ardy tak kuasa untuk menahanya lagi.
Ardy langsung mendekatkan badanya dan memeluknya erat. Yang terasa sekarang adalah kegangatan tubuh mereka yang saling bersentuhan. Sarah diam saja bahkan tak menolaknya. Hal ini semakin membuat jiwa Ardy yang sudah gelap menjadi semakin tenggelam dalam angan-angan nya.
Ardy masih memeluknya lama. Sarah masih diam saja. Tak bergerak dan malah seperti menikmatinya. Jiwanya mungkin juga sudah terkontaminasi oleh setan yang terus menggodanya. Ardy mulai merabanya, dan tanganya mengusap lembut kulit Sarah yang halus terawat. Sarah juga membiarkannya. Lampu hijau yang diberikan Sarah membuat Ardy semakin gila. Tanganya meremas sesuatu dan mulai menciuminya. Bahkan saat tangan Ardy bergerilya mengelus muka, leher dan daging sensitif lainya Sarah malah seperti menikmatinya.
Melihat hal itu, Ardy mulai melancarkan aksi lainya. Karena Ardy adalah laki-laki normal yang suka kehangatan dan kesempatan yang ada membuat batangnya keras dan tak mampu dikendalikan olehnya.
Udara yang sejuk di pagi hari berubah menjadi hangat, panas dan membara dalam diri keduanya. Ranjang dan dinding menjadi saksi darah yang mengalir deras Sampai terasa di ubun-ubun mereka.
***** yang bergolak telah menghilangkan akal sehat mereka. Akal yang meninggalkan kesadaran hanya tersisa ***** dan setitik keinginan.
kehangatan dan kenikmatan yang luar biasa dirasakan membuat mereka lupa diri. Ardy terus bergerak membuat Sarah melayang ke udara seperti kapas. Tiba-tiba Sarah menahan tangan Ardy saat pertahananya hampir saja jebol oleh keliaran Ardy. Dadanya masih menderu dan nafasnya tersengal-sengal.
Ardy sontak tersadar dan cepat meraih baju kemudian memakainya. Wajahnya masih memerah karena panas darahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 290 Episodes
Comments
Uthie
istri sakit malah nenemin wanita lain.. dan malah berbuat gila pula.. bukannya cari kabar istrinya 😡
2022-06-04
0
Nissa Mahbub Mazin
astaghfirullah iku bojomu nang rumah sakit ardy😤
2021-11-06
1