Mereka berkumpul dan membuat beberapa api unggun. Dan mulai menyanyi sambil diiringi guitar yang mereka bawa. Setiap kelompok terdiri dari 15 Orang. Suasana hutan itu menjadi semarak dengan banyaknya api unggun yang menyala. Sangat indah dan tak ada kesedihan dari setiap yang hadir disana. Kehangatan menyelimuti dingin dan yang terasa hanya suasana gembira. Mereka semua menikmatinya.
Nadiya Keluar dari tendanya dan menuju kelompoknya. Tiba-tiba tanganya diraih oleh seseorang dari belakang. Jantungnya hampir copot saja. Riko tersenyum padanya. Dan melepaskan pegangan karena itu terjadi dari refleks nalurinya. Suasana ini mengingatkan akan kebersamaan mereka dulu, namun tiba-tiba Riko menyadari kalau semua tak sama lagi.
"Maaf." Kata Riko melihat sorot mata Nadiya.
Nadiya mengangguk.Dan berjalan untuk bergabung dengan teman-temanya. Jantungnya masih berdebar-debar karena shock dan kaget.
Riko berjalan dibelakangnya dan sesekali melihat wajah Nadiya.
Riko duduk dekat Dara dan mulai memainkan gitarnya. Menyanyi beberapa laku favorit nya. Dan setiap lagu yang dinyanyikan adalah lagu yang selalu menemani mereka berdua saat masih bersama. Sesekali Dara ikut bernyanyi, dan jari-jari Riko dengan lincah memetik setiap senar sambil sesekali matanya melihat tajam kearah Nadiya.
Kadang pandangan mereka bertemu dan Nadiya dengan cepat memalingkanya. Padahal jika Riko menunduk sesekali Nadiya mencuri pandang dan ingin terus melihatnya. Apalagi saat Riko bernyanyi dan bermain gitar, semua itu membuat kebahagiaan tersendiri bagi Nadiya. Riko memang sosok yang sangat romantis, dan Nadiya tahu benar hal itu. Pesonanya dan caranya berjalan, bernyanyi, duduk dan bercanda masih terukir jelas dalam benaknya.
"Nad sini" Dara memanggilnya.
Saat Nadiya akan beranjak tiba-tiba sebuah ranting dari pohon hampir jatuh menimpa dirinya. Riko yang melihat hal itu dengan cepat berlari kearahnya dan mendorong Nadiya. Merekapun berguling dan Riko memeluk Nadiya sangat erat. Ranting itupun jatuh ketanah dan untungnya tidak ada yang terluka.
Nadiya memandang lekat wajah Riko dari dekat. Ngga ada yang berubah dari raut wajah itu. Kamu masih Riko yang pernah disayanginya dengan sepenuh hati. Riko juga memandang erat wajah Nadiya. Rindu yang mendalam jelas terlihat dari pandangan matanya. Namun tak kuasa untuk menyatakan. Jelas dinding tinggi telah menjadi penghalang dan tak mungkin dapat diraihnya kembali.
Dara mendekat dan menyadari apa yang sedang dipikirkan mereka berdua. Tanganya meraih tangan Nadiya dan cepat membangunkan ilusinya. Nadiya bangun dan wajahnya memerah. Kemudian tangan Nadiya terulur dan meraih tangan Riko.
"Terimakasih, sudah menyelamatkanku. Jika tidak ranting itu mungkin......"
"Yang penting kamu baik-baik saja. Apakah ada yang terluka?" Tanya Riko. Senyum Nadiya saat ini terasa lebih hangat dan bersahabat.
"Ngga." Nadiya menggeleng. Tapi matanya kaget saat melihat siku Riko yang berdarah. Sepertinya terkena batu saat tadierwka menyelamatkan diri.
Nadiya meraih tangan Riko dan melihat lukanya. Kemudian menggandeng dan mengajaknya ketenda untuk mengobatinya. Lukanya cukup dalam. Riko menurut dan mengikutinya dengan terus melihat lekat wajah cantik Nadiya yang sesekali terkena cahaya bulan.
Nadiya mengobati dengan hati-hati dan penuh perasaan. Tanganya yang lembut mengoles kulit Riko dan membersihkan darahnya, kemudian memberinya obat merah dan memberinya plester. Riko sangat menikmati moment ini, kapan lagi bisa dekat denganya. Dan dalam hati dia merasa bersyukur karena tanganya sedikit terluka. Setidaknya bisa dekat dengan Nadiya meskipun hanya sesaat.
"Nad?"
"Ya."
"Apakah kamu bahagia?"
Nadiya mendongak keatas dan matanya melihat kewajah Riko. Riko membalas tatapanya kemudian Riko tertunduk sesaat.
"Aku sudah menikah. Begitupun kamu. Dan tentu kita berharap mendapatkan kebahagiaan dalam rumah tangga masing-masing."
"Aku menyesal Nad. Meskipun sudah berumah tangga, aku masih tak bisa melupakanmu." Riko memandang jauh keluar tenda yang pintunya terbuka.
"Kamu sangat berbeda dengan dia Nad. Perhatian caramu berbicara dan semua uang ada pada dirimu aku sangat menyukainya. Tapi apalah dayaku. Takdir menjauhkanmu dariku dan merenggut cinta dan kebahagiaanku."
Nadiya mendengar tapi tak mau menatapnya. Ini sudah berlebihan. Harusnya kamu tidak mengatakan itu, yang akan menjadi beban saat Nadiya pulang kerumahnya nanti.
"Apakah kamu sama sekali tak mengingatku Nad? Kenangan kita?"
"Untuk apa kita mengungkitnya Rik. Kita sudah memilih jalan masing-masing. Menyesalinya hanya menjadi beban dalam kehidupan yang akan kita jalani nanti. Toh semua yang terlepas dari genggaman takkan pernah kembali." Nadiya menatap bibir Riko dan beralih ke matanya yang penuh penyesalan.
"Aku hanya bisa berdoa semoga kamu bahagia. Jika kamu bahagia aku juga bahagia."
"Apakah aku masih berarti bagimu?"
"Jangan Rik. Aku tak ingin masa lalu kita menjadi duri, dan menciptakan malapetaka dalam rumah tangga kita."
"Aku hanya ingin tahu Nad."
"Untuk apa? Semua sudah tak ada artinya sekarang." Nadiya membereskan dan memasukkan beberapa peralatan yang tadi digunakan untuk mengobati Riko.
Riko memandanginya dan kecewa karena Nadiya sudah berubah.
"Yuukkk!" Nadiya mengajak Riko keluar dari tenda dan menabrak seseorang. Nadiya hampir jatuh saat sebuah tangan yang kuat menangkapnya. Dia adalah Ardy suaminya yang tiba-tiba muncul dari luar tenda. Nadiya terlihat gugup dan bingung.
Riko menarik tanganya. Tadinya Riko ingin menangkap Nadiya yang tepat berdiri didepannya. Tapi seseorang telah menangkap nya lebih dahulu.
Mereka berpandangan. Ardy nampak bingung dan bertanya dalam hati apa yang dilakukan mereka berdua didalam tenda? Hanya berdua. Muka Ardy mulai memerah dan melepaskan pegangan nya karena cemburu.
Riko mengangguk dan jalan terlebih dahulu meninggalkan mereka. Dara menghampiri Riko dan memberitahunya jika itu adalah suami Nadiya.
Nadiya tahu apa yang dipikirkan Ardy dan menggandeng tangannya untuk duduk disampingnya didalam tenda. Ardy masih nampak kesal dengan apa yang dilihatnya.
"Aku hampir jatuh tertimpa ranting. Dia menolongku. Tanganya terluka kemudian aku mengobatinya." Nadiya memberikan penjelasan karena melihat Ardy yang masih kesal.
"Disini? Ditenda? Malam-malam? Berdua?" Rupanya masih ragu-ragu dengan jawaban Nadiya.
"Iya aku ngga berpikir yang lainya. Peralatan ku disini. Dan kuobati didalam."
"Bagaimana jika dia memperlakukanmu dengan tidak baik. Kalian hanya berdua? Malam-malam siapa yang tau apa yang akan dia lakukan karena kamu memberinya kesempatan?"
"Kesempatan? Maksudmu?"
"Ya. Bisa saja dia melakukan hal lainya. Kamu cantik dan tak kan ada yang mengetahuinya."
"Itu takkan terjadi karena aku sangat......" Nadiya tak melanjutkan perkataannya.
"Karena sangat apa?!" Ardy menjadi tertarik dengan kalimat Nadiya. Terlebih Nadiya tidak meneruskanya.
"Aku mengenalnya."
"Ohh. Aku tahu sekarang. Kamu sangat mengenalnya? Kalian pernah dekat? Berhubungan? Pantas saja aku curiga, jika kau tak mengenalnya mana mungkin kalian berduaan disini? Didalam tenda?"
Entah apa yang terjadi dengan Ardy. Sikapnya sangat aneh dan tidak seperti biasanya. Cemburunya melewati batasan karena menuduhnya macam-macam. Padahal selama ini hubungan mereka baik-baik saja dan tak pernah ada pertengkaran yang berarti. Tapi hari ini Ardy sangat berbeda.
Nadiya mulai menitikkan air mata. Sedih rasanya mendengar setiap pertanyaan Ardy yang seperti merendahkannya. Harga dirinya serasa tercabik, dan keyakinannya bahwa hubungan mereka pasti akan selalu baik-baik saja mulai goyah. Keyakinannya mulai ditumbuhi keragu-raguan.
Nadiya membenamkan wajahnya pada kedua lututnya dan menutupi dengan sikunya. Tak menjawab pertanyaan Ardy dan tak ingin memperpanjang perdebatan mereka. Malu rasanya bila sampai terdengar oleh teman-temanya. Dia takan berani menatap mata mereka jika apa yang terjadi hari ini terlihat dan terdengar oleh mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 290 Episodes
Comments
Endang Priya
kenapa nadya tak mau mengatakan sangat mencintai Ardy.
2022-04-10
0
Yunia Abdullah
umur dwasa tpi pmikiran msih PDA labil knp jg s nadya GA ngajak s dara JD bertiga d tenda y
2022-02-01
0