Ardy turun dari mobil tanpa menoleh ke kanan dan ke kiri. Ardy berlari kecil menuju sebuah kamar apartemen mewah.
Apartemen itu milik Elis anak dari Tuan Adam pemilik perusahaan perhotelan yang saat ini dijalankan oleh Ardy.
Dulu Ayah Ardy dan Tuan Adam adalah teman dekat yang bagaikan saudara. Kemudian mereka bersama-sama membangun perusahaan dengan nama Adam Karya.
Ardy dan Elis saat masih kecil sering menghabiskan waktu bersama-sama.
Apalagi saat ayah Ardy meninggal dunia maka Tuan Adamlah yang membimbingnya sehingga menjadi sukses seperti sekarang.
Ardy merasa berhutang Budi pada Tuan Adam. Tadinya jika Ardy belum menikah maka akan dijodohkan dengan Elis.
Tapi saat itu Elis juga tidak menyetujuinya karena Elis lebih suka menghabiskan waktu di Luar Negeri.
Sehingga Elis enggan untuk menikah diusia muda.
Kemudian Ardy juga menemukan tambatan hatinya saat duduk dibangku kuliah. Nadiya adalah gadis cantik, sederhana dan pandai dalam akunting sehingga membuat Ardy jatuh cinta.
Namun entah apa sebabnya sekarang tiba-tiba Elis berubah pikiran dan kembali ketanah air.
Setahu Ardy saat terakhir mereka chatting Elis mempunyai seorang kekasih, Tapi tidak lama kemudian Elis sudah tak terlihat bersama dengan kekasihnya lagi.
Bahkan postingannya juga sudah dihapus dan tak terlihat lagi.
Pintunya tidak terkunci. Seseorang tahu bahwa yang dia tunggu akan datang. Dia sengaja tidak menguncinya.
Seorang wanita dengan rambut acak-acakan menoleh kearahnya. Beranjak dari tempat tidurnya dan berlari langsung memeluknya erat.
"Maaf..Aku mengganggumu." Desahnya seperti berbisik.
Pelukannya begitu erat sehingga Ardy kesulitan untuk bernafas. Ardy pelan-pelan melepaskan pelukannya dan memapahnya duduk.
Elis adalah sahabat kecilnya. Ayah mereka punya hubungan dekat. Elis menempuh pendidikan di Luar Negeri sehingga komunikasi mereka hilang.
Dan saat kembali ketanah air keadaan mereka sudah berbeda.
Ardy sudah menikah, dan bahagia. Sedangkan Elis masih lajang dan menderita penyakit yang sulit terdeteksi. Itulah yang menyebabkan Elis kembali ke Jakarta dekat dengan keluarganya.
Tiba-tiba dia menggigil kedinginan, dan cemas yang berlebih. Tapi jika ada seseorang didekatnya emosinya mudah stabil dan cepat pulih.
Jika dia sendirian, sulit untuk mengendalikan kecemasannya dan rasa dingin yang tiba-tiba muncul.
Ardy mengambil air hangat dan menenangkannya. Tangannya menggenggam tangan Elis dengan begitu erat.
Kehangatan mulai mengalir dalam darah Elis. Matanya yang tadi sayup mulai bersinar dan bercahaya.
Ardy menatapnya hangat dan sedikit khawatir. Elis mengangguk dan memberi isyarat bahwa dia sudah baik-baik saja.
Ardy pun tersenyum dan mengangguk padanya. Dia merasa tenang karena Elis baik baik saja.
Ardy merebahkan dirinya di kasur sahabatnya. Dan menghela nafas panjang. Kelelahan tadi malam masih dirasakanya.
Sehingga ingin rasanya dia tidur dan memejamkan matanya sesaat. Akhirnya dia benar-benar tertidur.
Elis berdiri dan menyelimutinya. Mereka tidak berselingkuh. Mereka sahabat sejak kecil dan bagaikan kakak adik. Sehingga kedekatan seperti ini terasa biasa saja.
Tidak canggung.
Apalagi Elis pernah tinggal di LN, hal-hal semacam ini tentu sudah biasa baginya.
Dua jam telah berlalu.
Elis duduk memandangi Ardy yang lelap tertidur. Ardy pun terbangun, dan mata mereka bertemu.
Ardy tersadar dan terkejut karena suatu hal, entah apa yang dirasakanya. Sedangkan Elis menyadari hal itu, langsung menunduk dan beranjak bangun.
Berjalan menyiapkan sarapan untuk sahabatnya. Sepagi ini datang, Ardy pasti belum sarapan. Mereka sarapan bersama. Ardy pun teringat sesuatu. Dia mengambil ponselnya dan menelpon istrinya.
"Ada masalah kecil ma, tapi semua baik-baik saja." Ardy menjelaskan kepergiannya.
"Tidak apa pa. Yang penting papa baik-baik saja."
"Maaf ma, baru kasih kabar, mama pasti khawatir tadi papa buru-buru berangkat." Ardy merasa sedikit bersalah.
"Iya ga papa."
"Mama udah sarapan belum?" Tanya Ardy. "sudah."
Setelah menutup teleponnya, kemudian Ardy
melanjutkan sarapannya.
Elis mendengar percakapan mereka. Ada rasa trenyuh dalam hati. Rasa kagum pada Ardy karena kepedulian dan perhatiannya yang ia tunjukan pada istrinya.
"Dia pasti sangat beruntung." bisik Elis
Ardy menatapnya. menelaah pertanyaan sahabatnya. Dan tersenyum simpul.
"Aku yang beruntung memilikinya." Jawab Ardy.
"Dia pasti sangat istimewa." lanjutnya masih dengan suara pelan.
"Iya berada disisinya membuatku merasa tenang. Dia melengkapi banyak kekuranganku." Jelas Ardy.
Ohh. Elis memainkan sendok ditanganya. Dia tidak menghabiskan makanannya. Entah apa sebabnya seleranya menjadi berkurang.
Elis dan Ardy masuk ke mobil menuju suatu tempat. Ardy tidak jadi berangkat kekantor. Dia mendapat pesan mendadak, dari atasanya yang tak lain adalah Ayah dari Elis.
Ardy bekerja di perusahaan ayah Elis. Dialah yang menjalankan perusahaan Tuan Adam.
Tuan Adam banyak menghabiskan waktu di Villa sejak istrinya meninggal.
Yang tak lain adalah ibu dari Elis.Tuan Adam hidup sendirian, tapi ada sekretarisnya yang mengurusnya.
Sekretaris itu bekerja di kantor dan mengurus semua keperluan Tuan Adam.
Saat itu Dara sekretaris Tuan Adam sedang menemaninya minum teh sambil membawa beberapa berkas kantor.
Mereka bersamaan menoleh dan mata mereka berpapasan. Terutama Dara dan Ardy yang sama-sama kaget karena pernah bertemu, meskipun tidak saling mengenal. Dara adalah teman istrinya.
Ardy melangkah beriringan dengan Elis. Dara masih menatapnya dengan tertegun dan tak menyangka akan bertemu dengan suami Nadiya dirumah Tuan Adam.
Terutama karena Ardy datang bersama Elis yang tak lain adalah anak dari Tuan Adam.
Elis memeluk ayahnya. Diikuti dengan Ardy yang melangkah dibelakangnya. Merekapun bersalaman.
Dan berpelukan, karena Ardy juga jarang bertemu dengan Tuan Adam, rasanya sudah banyak yang berubah dari sejak terakhir mereka bertemu.
"Apa kabar paman?" Sapa Ardy.
"Baik. Gimana kabarmu?" Sambung Tuan Adam ramah.
"Baik paman."
"Ternyata kalian sudah bertemu?"
"Benar paman. Elis menelepon saya, dan saya menjemput nya di bandara."
"Baguslah kalian sudah bertemu."
Mereka masih bercerita panjang lebar. Tentang keluarga dan bisnis tentunya. Gelak tawa memenuhi seisi ruangan.
Mereka nampak akrab dan dekat. Sesekali Dara memperhatikan apa yang mereka bicarakan.
Dan tangannya tetap sibuk dengan pekerjaannya. Matanya melihat komputer didepannya tapi telinganya mendengar percakapan mereka.
Apakah Nadiya tahu tentang teman lamanya yang bernama Elis. Apakah mereka juga saling mengenal?
Dara melamun.
Dan tersadar saat Elis dan Ardy berpamitan.
Mereka sangat dekat dan akrab. Elis dan Ardypun beranjak pergi.
Tanpa sengaja Elis tersandung kaki meja dan melesat. Brakkkkkk!!!
Mejanya sedikit tergeser. Dengan cepat Ardy menangkapnya.
Mata mereka saling bertemu dan dunia serasa terhenti untuk beberapa saat.
Ooooo mulut Dara melongo begitu lama. Karena Elis masih terus memeluk erat Ardy. Sesaat kemudian Ardy melepaskan pelukan Elis.
"Hati-hati;" Biarkan aku memapahmu." Ardi membawa Elis kemobil.
"Badanku terasa lemah." ucap Elis.
"Ya gapapa. Sini biarkan aku membantumu"
Saat shock atau kaget, rasa sakit itu mulai terasa di sekujur badan Elis. Entah apa sebabnya. Itu terjadi belakangan sejak ibunya meninggal.
Ardi yang merasa berhutang Budi pada keluarga yang telah membuatnya sukses menganggap Elis seperti adiknya sendiri.
Namun tidak dengan Elis, dia mulai menaruh hati pada Ardy meskipun tahu bahwa Ardy sudah berkeluarga.
Bersambung..............
🌸🌸🌸
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 290 Episodes
Comments
Vivi Bidadari
Tidak ada persahabatn yg sejati antara wanita dan pria jika salah satunya menyimpan rasa yg akhirnya menimbulkan rasa cinta
2023-01-08
0
Nur Janah
banyak banget wanita di sekitar Ardy, Ardy juga g bisa jaga matanya jelalatan
2021-12-23
0
Tri Widayanti
Ardy tdk bisa menjaga batasannya sbgi seorg suami
2021-11-28
2