Matanya melihat satu persatu pasien yang mengantri. Perut mereka nampak besar dan wajah mereka berseri.
Sesekali terlihat salah satu dari mereka mengelus perutnya. Kadang dia juga melihat pasien itu berbicara dengan perutnya sambil membelainya.
Nadiya memperhatikan dan berdoa semoga kali ini Dokter memberikan kabar baik untuknya.
"ny. Nadiya." Terdengar suster memanggil namanya. Kakinya melangkah pelan dan jantungnya berdegup kencang.
Nadiya bangun dari tempat duduknya diikuti oleh suaminya.
Dokter mulai memeriksa, sementara Nadiya berbaring. Kemudian Dokter mengambil sampel darah untuk diperiksa. Satu jam kemudian baru keluar hasilnya.
Saat hasil tesnya keluar suami Nadiya dipanggil dokter untuk masuk keruanganya. Kemudian Ardypun masuk kedalam ruangan Dokter untuk menemuinya. Dan menerima hasil labnya.
Dokter menatap mata Ardy, menarik nafas sebentar dan mengatakan hasil labnya dengan pelan.
"Ini hasil labnya. Ada masalah dalam kandungan Nadiya. Dan harus dilakukan pengobatan berkelanjutan untuk mengobatinya."
"Apakah penyakitnya serius Dok?"
"Untuk saat ini, masih stadium awal. Semoga nanti setelah diperiksa lebih lanjut tidak ada hal yang mengkhawatirkan."
"Tapi mohon kerjasamanya untuk pemeriksaan tahap selanjutnya."
"Baik Dok."
Ardy keluar dan menemui Nadiya. Menjelaskan apa yang baru saja dikatakan Dokter. Nadiya mengangguk dan ngga banyak bertanya.
Kemudian mereka berjalan keluar meninggalkan ruangan dokter. Tiba-tiba terdengar bunyi panggilan telepon dari saku Ardy.
Ardy melihat dan mengangkat teleponnya.
Nadiya mengangguk dan berjalan lebih dulu kemobil. Lama menunggu didalam mobil dan Ardy belum juga kelihatan batang hidungnya.
Nadiya membuka jendela mobil dan menengok kebelakang. Dilihatnya Ardy masih berbicara dengan orang dalam telepon itu.
Tangan Nadiya melambai supaya Ardy cepat menyelesaikan pembicaraannya. Mulutnya monyong artinya dia sedang kesal.
Menunggu adalah hal yang paling tidak disukainya. Meskipun begitu menunggu malah seperti menjadi kebiasaanya.
"Sebentar." Ardy memberi isyarat. Nadiya mengangguk.
Dari jauh Nadiya melihat Sarah sedang berjalan keruang dokter.
"Sarah?" Gumam Nadiya."Apa aku ngga salah lihat? Apakah itu Sarah?" Untuk apa dia kesana? Apa dia sakit? Tapi itukan arah ke Dokter Mia?"
Ardy masuk mobil dan langsung menjalankan mobilnya. Sehingga Nadiya tak bisa lagi melihat Sarah. Mobilnya melesat menjauhi rumah sakit tersebut.
Nadiya langsung turun dan pulang kerumah. Sementara Ardy langsung pergi lagi karena ada urusan penting.
Sebenarnya Nadiya ingin membahas apa yang dikatakan Dokter Mia tadi. Dan menanyakan lebih detail pada Ardy.
Tapi apa boleh buat terpaksa Nadiya menunda niatnya meskipun sedikit kecewa.
Ardy tadi mengatakan tak begitu jelas dan Nadiya hanya mengangguk karena harus berganti sama pasien yang lain.
Sehingga dia terpaksa mengiyakan supaya tidak berlama-lama disana.
Ardy memarkir mobilnya dan masuk kesebuah Apartemen. Elis sudah bersiap dan mereka langsung berangkat. Mereka masuk kemobil dan menuju Rumah Sakit seperti permintaan Elis.
Mereka turun dari mobil dan langsung menuju tempat dimana Elis sudah biasa diperiksa. Elis dan Ardy tanpa banyak menoleh membuka pintu ruangan tersebut.
Tapi saat akan masuk ke dalam ruangan itu, Sarah menoleh ke arah mereka. Dan tanpa berpikir dua kali Sarah langsung mengenali jika itu adalah Ardy, suami Nadiya.
Pintu ditutup sehingga Sarah tak tahu apa yang mereka lakukan disana.
Tiba-tiba dari seberang pintu juga dibuka dari dalam. Elis dan Ardypun keluar dan berjalan meninggalkan ruangan itu.
Sarah mundur selangkah dan bersembunyi dekat pintu.
Setelah mereka menghilang Sarah baru keluar dan berjalan menuju mobilnya.
"Itu benar-benar Ardy. Dan wanita itu adalah wanita yang bersamanya saat makan di restoran pada waktu itu.
Ardy baik banget ya, sampai urusan kunjungan rumah sakit pun menemaninya.
Apa iya, tidak ada yang aneh dalam hubungan mereka.
Sementara Ardy adalah suami Nadiya tapi sering banget jalan bersama wanita itu.
Aneh memang.
Terlebih lagi jika Nadiya tidak mengetahuinya." Gumam Sarah
Ardy membukakan pintu untuk Elis dan mempersilahkan Elis masuk terlebih dahulu. Ardy kemudian menyusul dibelakangnya. Ardy langsung melaju kekantornya.
Semua pegawai tersenyum ramah kepada mereka berdua. Mereka menyapa dan sebagian ada yang berbisik-bisik.
"Elis masuk kekantor Ardy dan memberi isyarat kepada salah satu pegawai untuk masuk keruanganya."
"Selamat siang pak! Bapak memanggil saya?" Tanya sekretarisnya.
"Ya. Tolong siapkan ruangan untuk Ibu Elis. Mulai besok Ibu Elis akan membantu saya memimpin perusahaan ini." Kata Ardy berwibawa dan tetap terlihat manis, terutama kepada pegawai wanita.
Gaya bicaranya memang kelewat lembut dan ramah banget.
"Baik pak! Akan segera saya siapkan." Kata sekretaris nya sambil berpamitan pergi meninggalkan ruangan bosnya.
Elis berjalan mondar-mandir mengati setiap lukisan yang tertempel ditembok Ardy.
"Kamu punya jiwa seni yang tinggi. Ngga kusangka pekerja keras seperti mu ternyata menyimpan bakat seni yang bagus. Aku sangat mengagumi koleksi lukisanya." Puji Elis.
"Ah kamu bisa aja. Saya hanya meneruskan hobby waktu SMA. Dan teringat kalau diruangan sangat kosong dan membosankan."
"Wouuu Amazing! Hanya iseng tapi pilihan mu sangat menakjubkan!"
"Bolehkah aku minta yang ini?"
"Ambil saja. Nanti biar sekretarisku yang mengantarkan keruanganmu."
"Okey. Kamu mau minum apa? Biar kupesan direstoran terdekat."
"Makanan dan minuman yang biasa kita makan aja."
"Okey. Langsung nih ya." Elis manja sambil melirik pada Ardy.
Ardy menoleh sambil menggeleng-gelengkan kepala. Wajahnya bersinar melihat tingkah laku Elis yang sangat manja.
Dara berjalan menuju ruangan Ardy sambil membawa berkas dari Tuan Adam yang sudah ditandatanganinya.
Dara mengetuk pintu kemudian membukanya perlahan.
Dara terbelalak dan tertegun dengan apa yang dilihatnya.
Berkasnya hampir jatuh sedikit lagi terlepas dari jari-jarinya.
Dara sedikit mundur dan menarik pintu lalu kembali menutupnya. Dan keluar dari ruangan itu.
Lalu Dara bicara pada sekretaris Ardy dan menjelaskan keperluannya. Kemudian meninggalkan berkasnya padanya.
Dara berjalan menjauh dari ruangan Ardy.
Jalannya sangat cepat seperti setengah berlari.
Apa yang dilihatnya sangat melukai perasaannya.
Karena Dara sangat menyayangi sahabatnya Nadiya. Dan sebagai sahabat Dara merasa sedih atas sikap Ardy yang seperti mempunyai kepribadian ganda.
Wajahnya memang sangat mempesona, ramah dan sangat perhatian pada siapa saja. Kebaikan dan ketulusan terpancar dari wajahnya saat berbicara.
Tapi apa yang dilihatnya tadi telah menghancurkan persepsi nya selama ini tentang sikap baiknya.
Bahkan yang lebih menyedihkan, Dara tak bisa menyampaikan hal ini pada Nadiya. Selain Nadiya takkan mempercayainya.
Dara tak mau dianggap sebagai pemicu masalah dalam rumah tangganya.
Karena selama ini Nadiya selalu menceritakan betapa bahagianya dia memiliki suami seperti Ardy.
Dan kepribadian lainya tentang Ardy, Dara simpan dalam hati.
Miris memang setiap kali Nadiya makan bersamanya dan bercerita tentang kebaikan suaminy, Dara hanya bisa menahan kepahitan didalam hati.
Karena dibalik kebaikan yang Nadiya yakini ada kenyataan lain yang terpaksa Dara sembunyikan dari sahabatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 290 Episodes
Comments
Uthie
sepertinya disini akan ada yg hubungan yg kompleks antara semuanya yaa.. 😁
2022-06-04
0
pat_pat
boomlike ❤️
mampir juga yuk ke karyaku Human's Adventure, Preman Cantik, Cinta Satu Malam Ceo & Broken Angel 🤗
2021-10-24
0