Pagi menjelang, Eliana telah menunaikan kewajibannya dan ia masih terus memandangi wajah Ameera yang masih terlelap dengan kompres masih dikepala nya.
Ameera menggeliat dan membuka mata, ia tersenyum melihat wajah sang tante yang sudah segar dan rapi.
"Tante, maafkan Ameera ya jangan nangis lagi...aku sudah sembuh, tante boleh kerja lagi biar kita cepat kaya"
Ameera berbicara logat anak seusianya, membuat El ikut tersenyum menyeka airmatanya yang jatuh tanpa permisi.
"Iya sayang, Ameera kan anak pintar jadi lebih cepat sembuhnya" El mengelus pipi keponakannya.
"Kau mau makan sesuatu?"
"Iya tante, aku lapar"
"Baiklah karena kau sudah sembuh sekarang mari bangun, kita akan sarapan bersama"
"Gendong"
"Tentu sayang..."
El menggendong Ameera menuju kamar mandi setelah yakin Ameera sudah tidak demam lagi, mandi air hangat bagi anak yang demam akan membantu anak bisa nyaman dan segar.
Mereka sarapan bersama seperti biasa, karena Ameera tidak demam lagi jadi El akan tetap bekerja hari ini.
*********
Fatimah yang heran melihat wajah El yang terlihat sedih ketika datang ke kantor, ia menyapa sahabatnya " El....kau baik-baik saja kan?"
"Aku baik Fatimah" namun wajah nya tetap murung.
"Kau tidak pandai berbohong El, katakan padaku apa yang mengganggu pikiranmu?
" Keponakanku sakit semalam, aku mengkhawatirkannya" El menunduk dengan mata berkaca-kaca.
El merasa sedih, karena harus tetap kerja karena ia belum genap satu bulan kerja tidak mungkin minta izin. El sangat ingin merawat Ameera agar lebih cepat kembali seperti semula kesehatannya.
"El....kenapa kau tidak minta izin saja?"
"Aku bisa mengerjakan bagianmu, aku akan membantumu"
"Terimakasih Fatimah, tapi itu tidak mungkin, kita belum genap sebulan bekerja, tidak bisa izin"
"Oh iya aku baru ingat, hm...semangatlah jangan murung gitu"
"Tapi....Aku masih kepikiran Ameera" El menggeleng.
"Apa kau mau kau ikut sakit karena ini?"
"Tidak...."
"Percayalah Ameera akan baik-baik saja bersama ibu panti, kau mempercayainya kan?" El menggangguk.
"Baiklah biar hari ini aku saja yang membuatkan kopi untuk direktur okey..."
"Terimakasih Fatimah, maaf aku terbiasa hidup sendiri, terimakasih sudah mau menerimaku sebagai teman" El kembali menangis, ia merasa Fatimah memang teman yang baik untuk berbagi keluh kesah.
"Ayolah sayang.... Kita ini senasib El jangan lupa itu"
"Aku terharu...." Mereka tertawa.
"Kau selesaikan pekerjaanmu dan istirahatlah, kau bisa minum teh agar lebih tenang, oke?"
El mengangguk. Fatimah yang telah selesai membuat kopi akan segera mengantarkannya ke ruangan bu Devi.
Fatimah sangat mengerti perasaan El tentang Ameera, El sudah menceritakan semua tentang kehidupannya pada Fatimah jadi tak heran Fatimah begitu kagum karena El mampu melewati hidup yang berat.
*********
"Devi..... kenapa kopi saya tidak seperti biasa?"
"Itu kopi yang biasa pak"
"Ganti!"
Bu Devi menarik napas dalam kemudian keluar ruangan tersebut menuju pantry.
"Fatimah siapa yang buat kopi direktur barusan?"
"Sa..saya bu" jawab Fatimah gugup karena melihat wajah atasannya itu tidak bersahabat.
"Direktur minta ganti katanya tidak seperti biasa, El dimana?" Bu Devi melunak karena mengerti kenapa kopi itu tidak sama karena yang biasa adalah buatan El.
"Ah...itu dia bu" menunjuk El baru masuk ke pantry membuat El ikut panik.
"Ada apa bu? apa saya membuat kesalahan?" El mencerca pertanyaan karena ia gugup kenapa bu Devi berada di pantry.
"El...tenanglah, kau memang salah...." Ucapan bu Devi menggoda El sambil tersenyum membuat El tambah bingung.
"Maafkan saya bu...tolong tegur saja saya bu tapi jangan pecat saya" ucap El menunduk.
Membuat bu Devi tertawa, dan Fatimah masih kebingungan dengan situasi ini.
"Kau tau kenapa? karena direktur mau kau yang membuatkan kopi bukan Fatimah" bu Devi kembali tersenyum.
"Huh...Bu Devi membuat saya cemas" El manarik napas lega.
"Maafkan saya bu, tadi saya kurang fokus jadi Fatimah membantuku, akan saya buatkan lagi"
"Tapi bu kenapa bisa berbeda ya...padahal saya membuatnya sesuai takaran yang El ajarkan" Fatimah masih heran dengan rasa kopi itu.
Bu Devi menaikkan bahu tanda ia juga tak mengerti. El kemudian langsung membuatkan kopi baru lagi.
Suasana hening, kemudian Fatimah kembali bersuara "Apa itu sebuah firasat bahwa direktur akan menyukaimu El" ucapan Fatimah terdengar ambigu sukses menarik perhatian El dan bu Devi.
Kemudian Fatimah sadar akan ucapannya hanya bisa nyengir kuda.
"Jangan bergosip" sergah bu Devi, membuat Fatimah menciut.
"El...bisa kau langsung antar ke ruangan direktur sekarang?"
"Baik bu..."
Kemudian Bu Devi keluar dari pantry melanjutkan pekerjaannya. Fatimah dan El hanya bisa saling memandang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 351 Episodes
Comments
3 semprul
jangan" entar si andra kalah saing dech sama sang bos
2021-01-27
0
🌼 Pisces Boy's 🦋
berawal dari rasa kopi...dan akan terus ke rasa cinta 😁
2020-12-13
5
Martha Yuliana
lnjut
2020-09-14
0