Sudah satu minggu El dan Ameera tinggal bersama di panti, El gadis yang mudah bergaul dan Ameera tentu saja sangat senang karena banyak teman sebaya nya juga tinggal di sana.
El membantu bu Yuni mengerjakan apa saja yang ia bisa seperti ikut memasak, membersihkan panti sederhana itu. Seminggu pula El berusaha mencari pekerjaan namun belum ada satupun yang menerima.
Keuangan Panti berasal dari donatur yang berbaik hati menyisihkan uang nya untuk bersedekah, sehingga untuk kebutuhan sandang pangan tidak perlu khawatir lagi, namun tentu El tidak mau bermalas-malasan, karena untuk tinggal saja El sangat bersyukur diberi tumpangan.
"Apa yang kau pikirkan El?" bu Yuni menyadarkan El dengan lamunan nya menghadap jendela.
"Aku merasa belum bisa melakukan yang terbaik untuk Ameera bu, tahun depan dia sudah masuk usia sekolah TK, sedangkan aku sampai sekarang belum kerja bu, gimana mau nabung untuk sekolah Ameera?" tetes bening jatuh bagitu saja.
"Sabar El, mungkin dari lamaran pekerjaan yang kau ajukan, mudah-mudahan ada yang membutuhkan tenagamu, kita harus optimis El"
"Ibu juga pernah putus asa akan nasib, tapi berkat kegigihan usaha ibu untuk tidak menyerah bagitu saja, kau lihat panti ini berdiri bukan tanpa alasan El." Bu Yuni menyemangati El.
"Jadikan Ameera sebagai alasanmu untuk tetap semangat menggapai apa yang kau cita-citakan"
"Cita-cita ku hanya mau melihat Ameera tumbuh seperti anak yang lain bu, tidak kekurangan apapun. Tidak seperti nasib ku dan kedua orang tuanya"
"Aku tidak punya siapa-siapa selain Ameera bu di dunia ini, jadi aku tentu akan melakukan apa saja demi masa depan Ameera"
"Jika begitu semangatlah El, dunia tak selebar daun kelor, usiamu masih muda masih punya masa depan yang cerah, ibu selalu mendukungmu" Bu Yuni memberikan pelukan hangat disore itu.
El bersyukur setidaknya ada bahu yang bisa ia sandarkan keluh kesah nya, bu Yuni memang sangat baik hanya butuh beberapa hari saja mereka sudah seperti ibu dan anak.
Hingga suatu hari El mendapat pekerjaan di sebuah restoran yang berada di dekat sebuah kampus, menjadi seorang pramusaji tentu tidak membuat ia malu ia menjalani nya dengan semangat demi mengumpulkan pundi-pundi uang untuk masa depannya bersama Ameera.
Dibalut busana atasan putih dan bawahan hitam dan rambut ia kuncir kuda. El memang punya wajah yang diatas rata-rata perempuan indonesia, putih mulus, kulit yang bening sehingga tak jarang orang mengira El adalah bukanlah gadis miskin, dengan wajah itu El pantas disebut perempuan idaman semua laki-laki dengan wajah cantik beserta bentuk tubuh yang sedikit berisi di area tertentu.
Tapi bukan hanya paras yang membuat ia banyak dikagumi tapi juga budi pekertinya, ia memang hanya tamat SMA saja tapi ia sungguh beretika layaknya wanita berpendidikan. Bahkan tak jarang juga yg mengagumi nya dari kalangan perempuan yg merasa iri atas kecantikan dan kelembutan pekertinya.
"El.... silahkan ini pesanan untuk meja yang di ujung sana ya meja no 08" ucap seorang pegawai yang berseragam sama dengan El yang bertugas jadi chef.
"Oke siap" El membawa pesanan orang tersebut.
"Ini pesanan anda tuan, silahkan menikmati menu dari restoran kami" El memberikan senyum yang begitu manis.
"Maaf tuan kenapa hanya diam saja, apa ada yang mau dipesan lagi?" tanya El heran karena tuan tersebut menatapnya tidak berkedip ketika El berbicara.
Karena pria itu tersenyum-senyum memperhatikan El menyajikan makanan, terlihat sekali jika sang pria terpesona.
"Cantik" ucap sang pria dengan pelan.
"Maaf tuan bicara apa?"
Belum juga menjawab tiba-tiba ada seorang perempuan seumuran El langsung datang menarik lengan El kasar dari hadapan sang pria.
Wanita yang ternyata kekasih sang pria baru saja datang dan dia melihat pemandangan yang membuat dadanya bergemuruh. Perempuan itu melihat bagaimana lelaki nya dengan sengaja memperhatikan pelayan wanita di depannya dengan begitu manis.
Tak heran semua mata memandang ke arah mereka, semua terjadi bagitu saja El yang masih kebingungan langsung mendapat tamparan keras diwajahnya mengeluarkan sedikit darah di sudut bibirnya.
Membuat semua orang terperangah, perempuan itu langsung memaki kasar Eliana.
"Dasar ****** ya, beraninya kamu menggoda lelaki ku, perempuan sialan!"
masih dengan wajah berapi-api.
"Sayang...tenanglah, dia tidak menggodaku.. dia hanya menyajikan makanan ku saja, percayalah, kasihan dia" sang pria menengahi perdebatan itu, tapi tidak dengan wanita itu tetap menampakkan wajah yang tidak suka.
"Ampun...nona, saya sama sekali tidak menggoda tuan ini... saya bersumpah saya hanya menyajikan makanan yang tuan itu pesan"
"Maafkan saya nona..."
"Cuihhhh....aku tidak rela memaafkan ****** seperti mu yang sudah berani menggoda pria ku, kau tahu siapa pemilik resto ini? ayahku... aku tidak akan membiarkan ayahku memperkerjakan seorang yang suka genit sama pelanggannya!"
"Ampunn nona jangan pecat saya, saya baru saja mendapat pekerjaan ini nona, ampuni saya, saya bersalah"
"Kau harus tau tempat mu bekerja bukan di restoran ini, kau lebih cocok menjajakan kecantikanmu di club-club malam, itu lebih cocok karena disana kau mendapatkan pria yang sama dengan mu"
"Pak Gilang....segera pecat dia aku tidak sudi melihat karyawan yang sudah menggoda calon suamiku masih bekerja disini."
Pak Gilang selaku manager di restoran itu hanya menarik napas dalam mengiyakan permintaan anak bosnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 351 Episodes
Comments
Lasmi Kasman
perempuan sok tidak punya sopan santun
2021-06-30
0
Martha Banne L
huu...bikin emosi ajah wanita itu
2021-04-26
0
Nur Ain
Allah sombong
2021-03-21
0