Deg-deg!
Suara detak jantung Brian terdengar oleh Priska, ia pun mengangkat wajahnya dari dada Brian.
"Brian? Hiks, kamu ngga apa-apa kan meluk aku?"
"Ngga apa-apa kok, emang kenapa?"
"Aku denger jantung kamu detaknya cepet banget, takutnya phobia kamu..."
"Bukan karna phobia kok. Kayaknya ini gara-gara aku meluk kamu." Jawab Brian memotong kata-kata Priska. Lalu Brian memegang dagu Priska dan mengangkat wajah gadis cantik itu agar semakin fokus melihat Brian. "Aku lurusin sekarang juga ya. Aku ini cowok normal, aku masih punya hasrat sama cewek. Dan kayaknya sekarang trauma aku udah mulai sembuh berkat terapi dan berkat kamu."
"Hah?"
"Apa penjelasan ini masih belum bisa bikin kamu percaya?" Tanya Brian menatap dalam mata Priska. Gadis itu balas menatap Brian, ia hanya terdiam dengan air mata yang belum kering membasahi pipinya. Dengan lembut Brian mengusap pipi Priska yang basah. "Kalo masih belum percaya, aku bakal buktiin ke kamu."
"Buktiin ke aku?"
"Iya, ini buktinya." Tanpa aba-aba, Brian mengecup bibir Priska di depan gedung OR yang sepi siang itu. Bibir Brian yang lembut dan hangat amat terasa menempel di bibir Priska, begitupula aroma tubuh Brian yang juga masih harum tercium membelai hidung Priska, gadis itu pun memejamkan matanya dan menikmati momen tersebut. Lalu Brian menyudahi kecupannya, dan kembali menatap Priska. "Jadi, sekarang kamu udah percaya kan?" Tanya nya. Sang gadis hanya mengangguk pelan, Brian yang mendengarnya tersenyum lucu. "Yaudah sekarang kita pulang yuk?"
"Ehem! Uhuk!" Radit berdehem seraya keluar dari dalam gedung OR. "Koyonya kurang satu ini, Bri." Godanya. Lalu mereka pun tersenyum bersama menertawakan ulah Radit.
***
Priska yang sudah tenang kini sudah berada di dalam mobil bersama Brian. Mereka pun beberapa kali saling menatap malu-malu dan tersenyum satu sama lain.
"Aku boleh tanya ngga, Bri?"
"Boleh dong. Mau tanya apa?"
"Status pacaran pura-pura kita gimana?" Pertanyaan Priska membuat Brian kaget plus tersenyum. "Kok kamu malah senyum sih." Gerutu Priska. Brian kembali memegang dagu Priska dan menghadapkan wajah cemberut gadis itu agar menatapnya.
"Kapan aku pernah bilang ini cuma pura-pura? Aku selalu bilang ini sementara kan?"
"Hah? I, iya. Sementara kan kamu bilang, emang apa bedanya sama pura-pura?" Tanya Priska lagi. Brian kembali tersenyum lucu.
"Namanya orang pacaran itu dimana-mana ya sementara, mana ada orang pacaran seumur hidup." Jelas Brian yang membuat Priska diam berpikir sejenak.
"Maksudnya?"
"Iyaa, abis pacaran kan tunangan, tunangan juga sementara, abis tunangan baru nikah. Kalo aku sih dari awal emang ngga pura-pura ngajak kamu jadi pacar aku."
"Iih, jahat!"
"Kok jahat?"
"Kamu udah bikin aku salah paham selama ini." Priska makin cemberut dan menoleh dari tatapan Brian.
"Maafin aku ya, udah bikin kamu salah paham. Jujur karna aku takut kamu nolak aku, jadi aku bilang sementara. Aku juga takut keduluan Radit, makanya aku ngambil keputusan buru-buru." Brian mengenggam tangan Priska mencoba menjelaskan.
"Radit?"
"Iya, kamu ngga sadar dia suka sama kamu? Sampe sekarang masih kali." Ucapan Brian membuat Priska luluh, dan membuat hatinya semakin senang dengan yang terjadi hari ini.
"Terus, kamu kenapa kayak orang ngga kenal sama aku waktu dulu awal masuk kampus?" Priska melampiaskan semua pertanyaan yang selama ini memendam pekat di hatinya.
"Hmmm. Dulu aku kirain kamu beneran jadian sama Ridho, dari awal kan dia deketin kamu terus. Udah gitu tau sendiri gosip di kampus itu cepet banget nyebarnya." Jawab Brian.
Priska pun kembali terdiam seraya tersenyum, ia merasa amat lega beban di hatinya selama ini mulai berangsur hilang.
"Hhhh." Tiba-tiba Brian menghela napas, menyandarkan tangan dan kepalanya di atas stir mobilnya.
"Kamu kenapa, Bri?"
"Aku sedih."
"Kok sedih?"
"Ternyata... selama ini kamu ngga nganggep aku laki-laki sejati." Brian makin menunduk frustasi.
Priska yang mendengarnya antara merasa tak enak dan merasa lucu. Ia pun tertawa kecil.
"Maafin aku juga ya, udah mikir negatif duluan tanpa mastiin dulu ke kamu." Priska merangkul bahu Brian.
Lalu Brian menatapnya tajam kesal, Priska pun salah tingkah di buatnya. Kemudian wajah lelaki itu berubah menjadi senyuman dan memeluk Priska dengan erat seraya mengelus lembut rambut panjang gadis itu.
"Berarti kita beneran pacaran kan, Bri?"
"Iya dong." Ucap Brian seraya mengecup manis kening Priska. Mereka pun saling tersenyum.
***
Malam ini rasanya Priska bisa tidur dengan nyenyak, tak henti-hentinya ia tersenyum di atas kasurnya sendirian. Lalu ia menyentuh lembut bibirnya seraya membayangkan kembali saat Brian mengecup manis bibirnya.
Haduh, mimpi apa ya gue selama ini? Ngga nyangka dan ngga menduga, gue pikir Brian selama ini emang ngga peduliin gue. Priska membayangkan kembali betapa cueknya Brian saat semester awal perkuliahan. Ternyata..dia mikir gue jadian sama Ridho. Polos juga kamu Bri. "Hihii. Hmmmm." Lagi-lagi Priska tertawa kecil sambil menutup wajahnya dengan bantal dan menggoyangkan kaki, membayangkan lelaki pujaannya.
"Kak? Kakak berisik banget sih? Aku mau tidur tau." Gerutu Pristy yang hendak tidur malam itu.
"Hehe, maap dek."
"Kakak lagi seneng banget kayaknya? Hayo, abis ngapain sama kak Brian?"
"Ih, apa sih kamu. Kepo banget anak kecil."
"Oh sayang ku, peluklah aku cinta." Pristy menggoda kakaknya seraya bergaya pelukan dengan gulingnya. "Pasti gitu kan, hihihi."
"Apa sih? Haduh, anak kecil ngerti-ngertian darimana lagi?" Gerutu Priska merasa kesal dan lucu melihat kelakuan adiknya. Lalu Priska membuka ponsel di balik selimutnya dan mengetik chat di grup.
"Beb, gue mau ngakuin sesuatu."
"Apa tuh? Malem-malem gini?" Balas April.
"Gue lagi jatuh cinta nih." Ucap Priska.
"Hah? Gila lo jatuh cinta sama siapa? Lo kan udah punya Brian, gila lo sumpah cowok kayak gitu bisa-bisa lo sia-siain." Sinta kaget setengah mati.
"Ih, orang gue jatuh cintanya sama Brian."
"Yeee, dasar ngga jelas lo." Gerutu Sinta.
"Iyalah beb, gimana ngga jatuh tiap hari. Secara Brian gitu loh." April ikut gemas dengan sahabatnya itu. Sedangkan Priska kembali senyum-senyum sendirian.
***
"Pris, nanti kita jalan jam berapa? Jangan nonton deh, ke taman hiburan aja yuk?" Oceh Sinta yang pagi itu sedang menelepon Priska seraya memakai bedak di depan cermin kamarnya pagi itu.
"Hah taman hiburan? kok berubah dadakan?" Priska yang juga masih bersiap di kamarnya menggerutu mendengar perubahan rencana itu.
"Iya, ayo dong."
"Gue tanya Brian dulu deh, takutnya dia ngga mau."
"Asyik, oke-oke."
Sedangkan sabtu pagi itu, papa Priska sedang sibuk menyiram tanaman menggunakan selang di halaman rumah. Mama sibuk dengan masakan di dapur, dan Pristy sibuk dengan buku gambarnya.
"Hallo? Brian?" Sapa Priska lewat ponselnya.
"Kenapa sayang?" Jawab Brian. Priska pun kaget mendengarnya, ia pun senyum-senyum sendiri terasa melayang di awan.
"Itu, Sinta jadinya ngajak ke taman hiburan. Kamu mau ngga sayang?" Priska kembali senyum sendiri setelah memanggil Brian dengan kata 'sayang'. Lelaki itu ikut tersenyum, tersipu malu di dalam perjalanannya.
"Hmm, aku mau aja sih." Ucap Brian.
"Oke kalo gitu. Hehe."
"Sayang." Panggil Brian.
"Iya?"
"Ngga apa-apa kok, cuma mau manggil aja. Sayang."
"Ih, apa sih kamu." Priska tertawa sendiri akibat kelakuan kekasihnya itu. "Kamu sekarang udah sampe mana?"
"Ini aku udah turun dari mobil."
"Oh, udah sampe di taman depan?"
"Bukan, aku udah sampe di depan pager rumah kamu ini."
"Hah? Kok kesini sih?"
"Lah, kamu ngga bilang aku semalem kalo kita jadinya ketemuan di taman."
"Aduh, ada papa di rumah."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments