BAB 5

Priska merasa hari ini seperti mimpi layaknya kesambar petir di pagi yang cerah, ia termenung dan mengernyitkan dahinya sambil menatap Brian. Seorang cowok dingin yang sudah 1 semester sekelas tapi seperti orang tak kenal dan baru saja saling mengobrol dengannya karena tugas kelompok kini mengajaknya jadian.

"Jadian? Lo ngga salah orang, Bri?"

"Bener gue ngajak lo pacaran, tapi sementara."

What sementara? Sinting kali ya nih orang.

"Mungkin bisa lo pertimbangin dulu ajakan gue ini. Mengingat kita sama-sama punya masalah, kayaknya kita bisa saling ambil keuntungan. Gimana menurut lo?"

"Masalah apa ya Bri lebih tepatnya? Terus keuntungannya dimana?" Priska benar-benar kaget bukan kepayang. Bahkan ponselnya yang bergetar pun tak ia hiraukan.

"Gue jelasin poinnya ya Pris." Wajah datar Brian terlihat semakin serius. "Gue yakin lo tau juga rumor yang beredar tentang gue berempat, bahkan Radit yang anak baru juga kena rumor itu. Gue mau ilangin image itu. Juga ada cewek yang obsesif banget sama gue, sampe gue bingung sendiri gimana supaya mereka bisa jauhin gue. Gue rasa lo orang yang tepat yang bisa nolongin gue, terlebih lo bukan termasuk cewek-cewek centil itu."

Oh, rumor homo itu ya. Gumam Priska sambil terdiam sejenak.

"Itu poin keuntungan buat gue. Dan buat lo, gue juga tau ternyata Ridho makhluk astral satu itu bukan cowok lo, dengan kita pacaran pasti dia ngga akan berani lagi deketin lo, gue yakin seratus persen, dia ngga akan berani cari masalah sama anggota tim basket. Juga anjing pudel yang lo benci itu, gue bakal anterin lo pulang setiap hari supaya ngga ketemu dia."

Priska agak tercengang mendengar penjelasan Brian yang sepertinya klik di otak Priska, ia pun merasa ide Brian sangat brilian. Ide yang amat cemerlang secemerlang wajah lelaki itu.

"Sorry ya Pris, gue terlalu to the point ya? Kayak yang gue bilang sebelumnya, karena gue merasa kita sama-sama punya masalah dan saling bisa ambil keuntungan. Makanya gue beraniin diri buat ngajak hal gila ini sama lo."

"Iya sih gue juga ngerasa ide lo bagus Bri. Gue juga udah males banget berurusan sama senior obsesif itu. Di tambah tu anjing pudel ." Jelas Priska dengan wajah muramnya.

"Berarti lo mau?"

"Hmm. Gimana ya Bri, gue masih bingung karena terlalu mendadak gini. Ya walaupun ini cuma pura-pura, nanti gue jelasin ke temen-teman gue gimana ya?" Priska seperti orang linglung karena ini pertama kalinya ia diajak pura-pura pacaran.

"Yaa, lo bilang aja apa adanya. Maksud gue, bilang aja ke mereka kalo kita jadian. Tapi jangan sampe ada satu orang pun yang tau kita cuma sementara."

"Itu dia, pasti mereka kaget."

"Ngga cuma lo aja sih, temen-temen gue pasti kaget juga. Gue juga baru semalem kefikiran ini." Ucap Brian. Priska masih terdiam. "Jadi gimana? Lo mau pikir-pikir dulu? Gue berharap banyak sih karena situasinya makin ngga enakin."

"Sama Bri, situasi gue sebenernya juga makin ngga karuan sih."

Priska dan Brian pun terdiam sejenak.

"Hmm, yaudah deh Bri, kita coba ya." Jawab Priska sedikit ragu. Brian pun tersenyum dengan wajah tampannya, momen yang amat jarang karena biasanya Brian selalu datar pada Priska.

"Oke."

Lalu mereka berdua pun berjalan menuju kelas bersama-sama, Priska merasa aneh dan canggung dengan situasi ini. Ia pun berjalan disamping Brian si lelaki dingin itu. Ketika mereka berjalan berdua menuju kelas, mereka berpapasan dengan Radit yang sedari tadi mencari keberadaan Priska.

"Pris, kemana aja? Dari tadi gue telepon ga di angkat?" Tanya Radit yang tidak menghiraukan keberadaan Brian karena terlalu serius dengan Priska.

"Oh, tadi gue abis ngobrol di taman sama Brian. Kenapa emang dit?"

"Gue mau ngomong berdua bisa Pris?" Radit kembali bertanya. Sejenak Priska melirik ke arah Brian.

"Yaudah aku ke kelas duluan ya." Ucap Brian pada Priska.

Aku? Ga salah denger? Radit bertanya dalam hatinya.

"Oh, o oke." Jawab Priska yang agak kaget karena masih belum siap dengan ucapan "aku" yang dilontarkan oleh Brian.

Setelah itu Brian pun meninggalkan mereka berdua.

"Kenapa Dit?"

Melihat wajah cantik Priska, Radit hanya terdiam seperti hendak berkata namun terhalang.

"Mmm, ngga jadi deh, Pris. Lain kali aja."

"Lho, kok gitu?"

"Iya ngga apa-apa, Pris. Yaudah yuk masuk kelas." Ajak Radit, Priska hanya mengangguk pelan menjawabnya.

Sesampainya di kelas, Brian sudah duduk di bangkunya. Dan mengisyaratkan Priska dengan kepalanya agar duduk disebelahnya.

"Hah, sekarang?" Priska menjawab tanpa suara ke arah Brian. Semua anak-anak di kelas pun memperhatikan mereka. Begitu pula dengan Sinta dan April. Dengan canggung Priska pun berjalan ke arah Brian.

"Pris? Lo mau kemana?" tanya Sinta saat Priska melewati tempat duduk yang biasa ia duduki bersama April dan Sinta.

"Ngg...."

"Sorry Sin, Priska mau duduk disamping gue." Jawab Brian dengan datar. Mendengar itu kelas pun menjadi ramai, April dan Sinta saling tatap tidak percaya dengan apa yang mereka dengar, mereka pun saling berbisik. Radit yang masih di depan pintu kelas pun melihat sesuatu yang tak lazim itu tidak jadi masuk ke dalam kelas, wajahnya tersirat kekecewaan melihat peristiwa tersebut.

Aldi dan Joe yang duduk dibelakang Brian pun ikut kaget melihatnya.

"Bri, seriusan lu jadian sama Priska?" Tanya Joe sambil mencondongkan badannya ke arah Brian.

"Iya, hari ini gue sama Priska resmi pacaran." Brian menjawab dengan suara yang sengaja ia keraskan. Priska yang baru saja duduk disamping Brian pun agak kaget mendengarnya.

Dalam waktu yang singkat, seisi kampus sudah dibuat ramai dengan berita Priska dan Brian menjadi sepasang kekasih hari itu. Tak terkecuali Jane yang melihat status temannya mempost foto Brian dan Priska duduk berdampingan dengan caption "berita hot hari ini, Brian dan Priska jadian". Wajah gadis itu pun muram sejadi-jadinya.

"Ngga salah nih Jane?" Tanya Dina, teman yang duduk di sebelah Jane di kelas itu. Jane hanya tertunduk muram. Sedangkan gadis yang sebelumnya memberikan sekotak kado untuk Brian pun berucap pada temannya.

"Bukannya Brian itu alergi sama cewek ya?" ucap gadis itu yang ternyata bernama Nita. Jane yang sekelas dengan Nita pun langsung bangun dari tunduknya setelah mendengar perkataan gadis itu, dengan cepat ia menghampiri Nita.

"Serius? Tau darimana lo?" tanya Jane yang mengagetkan Nita.

"Hmm, keliatannya aja abis dia kayak ngga mau gitu deket-deket sama cewek. Lo yang cakep aja di kacangin kan Jane, hehe."

"Oh, gue kira lo tau sesuatu tentang Brian."

"Ya, gue juga tau sesuatu sih."

"Serius? Apa emangnya?" Tanya Jane penasaran. Nita yang melihat tampang penasaran Jane pun tertawa bersama teman-temannya. Jane pun teringat dengan rumor yang menimpa Brian.

"Jangan bilang lo pelaku penyebar gosip homonya Brian?" Jane bertanya spontan.

"Ih, kok lo nuduh gue sih?" Wajah Nita sedikit kaget dibuat Jane.

"Gara-gara lo tau ngga gue di musuhin Brian!" teriak Jane seperti orang kalut karena berita jadian Brian dan Priska.

"Ye! Enak aja nuduh sembarangan!" Nita pun sewot dibuatnya.

"Udah-udah jangan berantem disini, malu-maluin aja ngerebutin cowok orang." Celetuk teman yang berada disamping Nita. Begitu pula dengan teman Jane yang ikut menghampiri mencoba melerai kedua gadis itu, lalu teman Jane pun menarik tangan Jane untuk kembali ke tempat duduk mereka.

"Iya sih Jane, lo juga ngapain sih mikirin cowok yang ngga punya rasa sama lo? Pake ribut sama Nita pula." Bisik Risa.

"Ya abis, gue kesel Ris. Gue yang udah berjuang dari jaman SMA sampe sekarang, Brian malah pilih cewek lain."

"Yaudah makanya, move on dong."

"Oke gue bakal move on, tapi gue masih penasaran sama kejadian di lapangan basket waktu itu."

"Jangan-jangan bener kata Nita, Brian alergi cewek. Ah, tapi buktinya dia jadian tuh sama Priska?"

"Gue harus cari tau nih. Kayaknya Nita beneran tau sesuatu."

***

Kelas usai, Brian dan Priska merapikan meja mereka masing-masing.

"Pris, aku mau latihan basket. Nanti kamu ke lapangan ya, supaya makin keliatan kalo kita pacaran." Bisik Brian.

"Oh, oke Bri. Tapi gue, eh aku laper mau ke kantin dulu ya. Hehe."

"Oke. Aku juga pemanasan dulu paling."

"Kamu ngga makan siang?"

"Oh, aku belum laper. Yaudah, selamat makan ya."

Apaan sih Pris pake tanya makan siang, dikira dia cowok lo beneran. Haduh apa banget deh gue. Priska menggerutu karena malu dengan perbuatannya.

"Kamu kenapa? Kok masih duduk disini?" Tanya Brian.

"Ah, eh iya. Nih, aku juga mau ke kantin." Priska beranjak dari tempat duduknya dan meninggalkan Brian dengan gerak-gerik salah tingkah. Brian yang melihatnya pun menggeleng sambil tersenyum lucu.

Ketika Priska baru saja keluar dari kelas, tiba-tiba saja.

"Aduh!" Ringis Priska.

April dan Sinta megandeng kedua lengan Priska layaknya polisi yang menangkap penjahat. Mereka pun membawa Priska ke kantin dan menyidangnya disana. Kedua sahabat Priska itu pun menatap Priska tajam sambil melipat tangan mereka masing-masing.

"Sejak kapan? Kenapa lo ngga cerita?" Tanya Sinta.

"Mm, dadakan kok guys. Baru banget tadi pagi Brian nembak gue."

"Jangan bohong deh, mana mungkin ujuk-ujuk langsung nembak. Pasti ada PDKT dulu kan, ya ngga Pril?" Sinta menyenggol lengan April yang hanya mengangguk menanggapinya. "Berasa **** banget deh kita."

"Hmm kalo **** mungkin itu Cuma lo aja, Sin. Jangan ajak-ajak gue." Celetuk April. Priska pun tertawa mendengarnya. Tapi tidak dengan Sinta dan April, Priska yang tertawa sendirian pun menghentikan tawanya karena melihat tatapan tajam kedua sahabatnya.

"Hhh... Serius deh gue. Ya sekarang coba lo di posisi gue, jomblo akut di tembak cowok ganteng plus macho kayak Brian. Siapa yang mau nolak walaupun dadakan? Iya kan?" Jelas Priska. Kedua sahabatnya pun terdiam sambil berpikir. "Yaudah gue minta maaf sama kalian, tapi serius semua serba dadakan. Yaa, mungkin Brian suka sama gue sejak tugas kelompok perpajakan waktu itu, dan gue ngga sadar kalo dia suka sama gue. Jadi... udahan ya ngambeknya? Oke?" Priska meraih kedua tangan sahabatnya itu. Dan akhirnya Sinta dan April pun meleleh juga dengan rayuan Priska, mereka pun meraih tangan Priska dan tersenyum bersama.

***

Sore itu terlihat tim basket minus Radit yang pimpin oleh Brian yang sedang berlatih. Sesuai dengan instruksi Brian, Priska dan kawan-kawannya yang sudah bersiap pulang ikut menonton aksi tersebut lebih dulu di pinggir lapangan. Beberapa kali Brian memasukkan bola ke dalam ring dengan mudahnya di susul dengan riuhan tepuk tangan Priska dan kawan-kawan.

"Eh, itu ceweknya Brian ya?" Bisik seorang cewek yang melewati lapangan bersama kawannya. Sinta yang menyadari sahabatnya sedang dibicarakan oleh orang pun merasa sedikit risih.

"Pris, kayaknya orang-orang pada ngomongin lo deh." Ujar Sinta. Priska pun melirik ke sekitarnya pada beberapa orang sedang mengamatinya.

"Iya, pantes sekarang lapangan sepi. Gacoannya udah punya cewek sih sekarang, pupus sudah harapan." Ucap April sambil senyam-senyum bersama Sinta, tapi Priska hanya tertunduk tak menanggapi.

Maafin ya guys, gue udah bohongin kalian.

"Heh, Priska. Kok bengong? Brian ngeliatin lo tuh. Ciee." Goda Sinta.

"Ciee." April pun ikut menggoda sahabatnya itu. Priska hanya tersenyum melihat kelakuan dua sahabatnya itu. Brian yang sudah selesai latihan pun menenggak botol mineralnya sambil melihat ke arah Priska.

"Ck, ck, ck. Bukan main Brian. Hari pertama jadian langsung di tonton ayangnya." Goda Joe pada Brian yang juga memperhatikan Priska, April dan Sinta dari kejauhan.

"Ngomong-ngomong si Radit kemana ya? Ngga keliatan dari pagi?" tanya Aldi. Brian hanya terdiam sambil menyeka keringatnya dengan handuk.

"Gue ke sana dulu ya." Ucap Brian yang tidak menanggapi pertanyaan Aldi sambil menunjuk tempat duduk Priska.

"Oke, oke Bro." Jawab Aldi. Mereka pun bersalaman, begitu pula Brian yang bersalaman dengan tim yang lain.

"Yah, elu bro. Masa harus dijelasin dulu sih. Radit itu lagi patah hati, kecurian start sama Brian. Payah lu, Di." Celetuk Joe ketika Brian sudah menjauh.

"Wah iya juga ya. Eh, tapi emang bener gitu Joe? Radit ngga pernah ngomong juga ke kita kalo dia ngincer Priska. Brian ngga bisa disalahin juga dong, dia pasti ngga tau kalo Radit demen sama Priska."

"Keliatan, Di. Kalo Radit demen, kan lu tau sendiri sering nyamperin. Tapi bener kata lo Brian juga ngga salah, Priska kan demennya sama Brian bukan sama si Radit."

"Iyalah bro. Buktinya Brian nembak langsung diterima ngga pake kata 'aku pikir-pikir dulu ya'." Ucap Aldi sambil menirukan suara wanita.

"Nah, itu dia, Di. Encer juga otak lo masalah percintaan. Tapi kenapa masih jomblo ya?"

"Eh, ngga salah ngomong lo? Lo sendiri mana cewek lo? Jomblo akut juga lu ya pake segala ngatain."

"Alah, kebanyakan omong lo kayak reporter!" Gerutu Joe disusul dengan handuk yang dilempar padanya oleh Aldi. Dan begitulah perbincangan Joe dan Aldi yang selalu berakhir dengan saling menghujat.

Brian melempar senyum tipisnya yang memesona pada Priska.

"Kita pulang sekarang yuk?" Ajak Brian.

"Mm. Boleh. Duluan ya guys." Priska melambaikan tangannya pada April dan Sinta.

"Oke, Bye Pris."

"Bye." Priska dan Brian pun berjalan bersama. Di tengah perjalanan menuju parkiran mobil, dari kejauhan sosok yang tak asing pun berjalan menghampiri. Wajahnya terlihat masam dan kurang bersahabat.

Ridho? Gumam Priska yang agak sedikit kaget tak menyangka akan dihampiri lagi oleh lelaki itu. Ternyata Ridho hanya melewati Brian dan Priska tanpa berkata satu patah pun. Brian hanya tersenyum sinis melihat Ridho yang melewatinya begitu saja. Lalu Brian dan Priska melanjutkan tujuannya ke parkiran mobil. Dengan sopan Brian membukakan pintu mobil untuk Priska, wajahnya terlihat datar seperti biasa.

Mimpi apa ya gue bisa semobil sama si Brian? Apa mobil ini ngga terlalu mahal ya buat ukuran anak kampus? Gumam Priska sambil melihat sekeliling interior mobil yang kelihatannya cukup mahal itu. Saat matanya melihat ke arah tuas transmisi ia melihat setoples kecil obat pil di dekatnya. Kemudian Brian menyusul memasuki mobil dan memindahkan obat tersebut. Tapi Priska ingat jelas merk obat itu.

"Benerkan apa aku bilang." Ucap Brian.

"Hah?" Priska masih belum paham karena tadinya sedang asyik melihat sekelilingnya.

"Itu si Ridho, cuma lewat aja kan dia ngga berani komentar apa-apa." Brian tersenyum puas. Priska pun termenung melihat senyuman Brian, ia pun tersadar dan menggeleng. "Kenapa, Pris?"

"Hah? Engga apa-apa kok. Hehe."

"Oh."

Kemudian mereka berdua pun meninggalkan kampus itu.

Pengen banget deh nanya tentang kejadian jaman SMP dulu ke Brian, penasaran sih dulu dia bisa tau ulang tahun gue darimana? Dan kenapa dia tiba-tiba ngilang. Tanya ngga ya? Pikir Priska.

Brian yang sedang menyetir pun menyetel musik di layar LED mobilnya.

"Do you know what's worth fighting for..." musik pun diputar, Brian memilih lagu berjudul 21Gun oleh band Greenday kesukaannya.

"When it's not worth dying for? Does it take your breath away. And you feel yourself suffocating? Does the pain weigh out the pride? And you look for a place to hide? Did someone break your heart inside?" Brian bergumam melanjutkan lirik lagu dengan suara pelan. Priska yang melihat Brian sedang menikmati musiknya pun mengurungkan niatnya untuk bertanya.

Ketika hendak melewati rumah sang tetangga pemilik anjing pudel, Priska terlihat sedikit khawatir. Sangat jelas terlihat di wajahnya, ia melirik ke luar kaca mobil memperhatikan jalan sekitar.

"Bri, berhenti disini ya. kayaknya anjing pudelnya udah selesai jalan-jalan sore deh. aku turun disini aja ya." Ucap Priska

"Emang rumah kamu yang mana, Pris?"

"Hmmm..Itu yang pager coklat." Priska menunjuk pagar yang masih selisih tiga rumah dari tempat mereka berhenti.

"Ngga nanggung turun disini?"

"Ngga apa-apa Bri. Lagi juga bisa-bisa kamu di interogasi sama nyokap aku kalo anterin sampe rumah. Oke, makasih ya. Dah Bri." Priska melambaikan tangan dan bersegera turun dari mobil. Brian pun baru pergi setelah melihat Priska sampai memasuki pagar rumahnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!