Pagi itu Brian datang ke kampus menggunakan motor sportnya, seperti biasa semua wanita pun terkesima dengan ketampanannya. Dia memarkirkan motornya dan berjalan ke arah gedung olah raga.
Diruang ganti team basket, seluruh anggota team sedang beristirahat duduk-duduk sambil menenggak air mineral botol. Tapi saat itu semua mata tertuju pada Brian, Radit dan Aldi.
"Nyari mati tuh yang bikin berita," ucap Yadi, salah seorang antara mereka.
"Menjelang turnamen ada aja yang mau jatohin mental kita," sahut Aldi. "Lo tau, Bri. Siapa orangnya?" mendengar itu Brian hanya terdiam.
"Kemarin sore gue liat Ridho bolak-balik di deket mading kampus, mencurigakan sih gerak-geriknya" ungkap Indra.
"Ridho emang suka nyari masalah sama junior. Baru juga jadi anak pengacara udah banyak tingkah" Reno menyahut kesal.
"Ya udahlah ngga usah dipikirin, jangan malah curiga sama yang belum pasti. Lagi yang kena kan gue, Radit, Joe sama Aldi, bukan nyinggung tim basket. Kita fokus aja dulu sama turnamen." Kali ini Brian mencoba menyejukkan suasana.
"Gila tuh berita, bisa-bisa cewek pada kabur semua ini." Gerutu Aldi.
"Emang cewek mana yang kabur? Satu aja belom punya lo." Ejek Radit.
"Nah itu dia, Dit. Apa lagi si Joeko, kasian dia udah ngga laku ditambah berita kayak gini makin aja ngga laku dia." Sempat-sempatnya Aldi mengejek Joe yang sedang makan dikantin, sampai akhirnya Joe bersin seketika.
"Udah tenang aja, berita kayak gini mah bakal jadi angin lewat aja. Yang sabar bro." Ucap Indra sambil bersalaman dan menepuk pundak Radit, Aldi dan Brian. Dan yang lainnya pun ikut demikian sambil berlalu meninggalkan ruang ganti tim.
"Oke kita ketemu besok lusa ya, latihan lagi." Ucap Aldi pada rekan-rekan yang menyalaminya.
***
"Gila, parah banget itu yang nyebarin gosip." Priska yang hari ini mulai masuk kuliah, kaget bukan main mendengar cerita dari April dan Sinta."Terus, terus. Selebarannya masih nempel di mading kampus?"
"Udah ngga ada. Di sobek-sobek lah sama Brian. Keliatannya dia marah banget." Jawab Sinta. Tapi tiba-tiba Priska malah tertawa kecil.
"Lah, kenapa nih anak? Sehat kan beb?" April keheranan melihat kelakuan aneh Priska.
"Ya, lucu aja beb kalo beneran. Kebayang ngga sih, mereka berempat beneran homo dan saling pacaran?"
"Hahaha. Iya sih, kocak beb. Geli ya?"
Mereka bertiga saling tertawa, dasar wanita apapun gosipnya dijadikannya bahan tertawaan.
***
Di sudut lapangan basket terlihat Brian sedang berdiri mematung di hadapan Jane. Semua mata pun saling tertuju kepada mereka dan saling berbisik, ada yang membicarakan kisah Brian dan Jane, ada juga yang berbisik mengenai gosip yang menerpa Brian dkk.
"Beneran bukan lo pelakunya?" Brian to the point pada Jane.
"Jadi sekarang lo nuduh gue? Bisa-bisanya lo, Bri."
"Kan gue cuma nanya, bener apa engga?"
"Ya engga lah. Seluruh kampus juga taunya kalo gue sama lo pacaran."
"Oke sorry kalo ternyata bukan lo. Tapi gue mau bilang untuk terakhir kalinya. Please, udah cukup semuanya. Gue udah capek sama drama lo, mending lo sekarang cari cowok yang bener-bener bisa care sama lo deh, jangan begini terus."
"Ngga mau! Pokoknya gue maunya lo, bukan yang lain!"
Hmm sepertinya Brian dan Priska sama-sama dikejar sama manusia-manusia obesesif ya. Mendengar ucapan Jane, Brian hanya menghela nafas dan berlalu meninggalkan gadis itu.
Tiba-tiba tangan Jane meraih tangan Brian dan menggengamnya.
"Bri, please jangan gini. Lo harusnya tau kan gimana perasaan gue?" Jane merengek hampir-hampir meneteskan air matanya. Tapi Brian terdiam sambil melihat genggaman tangan itu, amat diam. Ia tak mengelak sedikitpun seperti patung tak berekspresi, keringat dingin keluar dari dahinya seketika, bulu kuduknya pun merinding sejadi-jadinya dan wajah Brian menjadi pucat. "Brian? Lo denger gue kan?" Jane mengguncang-guncang genggamannya.
"Hhhh...Hhhh.." Brian masih menatap genggaman tangan Jane kemudian menarik nafas cepat dan menghela nafasnya pelan karena sulit untuk menghela, seperti ada sesuatu yang mengganjal di dadanya. Jane yang menyadari akibat dari genggaman tangannya pun segera melepasnya. "Hhhh, Hhhh.." Brian pun baru bisa bernafas tersengal-sengal ketika Jane melepas genggaman tangannya, ia pun membungkuk sambil memegangi lututnya karena merasa sangat lemas.
"Brian? Lo nggak apa-apa?" Mimik wajah Jane yang awalnya merengek seketika menjadi khawatir dan merasa bersalah. Brian hanya menggeleng dengan nafasnya yang tersengal-sengal itu, sambil memejamkan mata sejenak ia pun mencoba berdiri tegak.
"Please, Jane. Jangan coba-coba sentuh tangan gue lagi." Ucap Brian seraya berjalan meninggalkan Jane sendirian.
Dengan wajah pucat Brian masuk ke dalam kelas dan duduk dibangkunya. Para mahasiswa masih berlalu lalang menunggu dosen yang belum kunjung datang. Beberapa waktu kemudian seorang cewek mendatangi Brian, sepertinya dari kelas sebelah. Semua mata pun tertuju pada mereka.
"Mmm, Brian. Tolong terima ini ya!" cewek itu memberikan kotak kado kepada Brian.
"Oh, oke" Jawab Brian dengan datar. Cewek itu pun pergi dengan sumringah sambil berlari kecil.
Priska, April dan Sinta yang berada di kelas pun ikut menyaksikan. Sambil menghela napas, Sinta menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Ck, ck, ck. Brian itu emang bintangnya kampus kita ya. Padahal udah punya cewek tapi yang lain pede aja gitu deketin"
"Emang udah yakin Jane pacaran sama Brian? Bukannya itu cuma gosip." Celetuk April. Sinta dan Priska pun melirik.
"Iya sih, mungkin karena sekarang pada tau itu gosip, makanya jadi pada pede ngedeketin Brian." Ucap Sinta.
Priska hanya terdiam tanpa berkomentar apa pun.
Seandainya gue cerita ke mereka jaman SMP Brian pernah ngucapin ulang tahun ke gue kayaknya mereka juga ngga akan percaya, pasti mikir Priska halu nih (halusinasi) akibat kelamaan jomblo. Gumam Priska sambil menghela nafas kecil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Riyuu Way
Motor sport tipe apa nih keren.
2020-07-04
0