"Kak." Panggil Pristy.
"Hmmm?" Jawab Priska yang sedang serius memandangi laptop di meja belajarnya.
"Tadi sore kakak di anterin pulang sama siapa? Tadi aku liat kayaknya kakak turun dari mobil?"
"Hah?! Eemm, itu temen kampus kakak. Emang kenapa?"
"Ah, aku curiga deh. Pacar kakak ya?"
"Engga, bukan kok!" Jawab Priska yang sedikit salah tingkah dengan pertanyaan adiknya.
"Yaah, pacar aja deh kak?"
"Apa sih kamu, dek. Udah sana belajar aja, kerjain tuh PR kamu."
"Ngga mau, pokoknya Ity maunya di ajarin sama cowok kakak." Wajah Pristy berubah masam, ia pun melipat kedua tangan di dadanya.
"Yaudah tunggu aja sampe lebaran monyet."
"Ck, nyebelin ah!"
Hmm.. Ngomong-ngomong soal Brian jadi inget obat yang tadi gue liat di mobil dia,itu obat apa ya? Gumam Priska. Lalu ia meminimize tugasnya dan membuka google di laptopnya, ia pun mengetik merk obat milik Brian di data pencarian. Tiba-tiba tubuhnya yang tadinya membungkuk berubah menjadi tegak.
"Obat penenang?" Bisik Priska dengan ekspresi kaget di wajahnya. Tiba-tiba notifikasi grup chat di ponsel Priska berbunyi.
"Guys, ada yang mau gue sampein." Ucap Sinta di grup itu.
"Apa?" Priska membalas cepat.
"Tapi janji ya, kalian jangan marah sama gue."
"Apa sih apa?" April semakin penasaran.
"Gue baru aja jadian sama Aldi."
"Hah? Serius lo? Gilaa." Sahut April.
"What? Ngga salah? Aldi temennya Brian?"
"Pleaase jangan marah." Sinta menyematkan emoticon menangis di ujung ketikannya.
Tak lama kemudian ada chat lain yang masuk ke ponsel Priska.
Brian?
"Pris, kamu udah tidur?" Tanya Brian.
"Belum, Bri."
"Oh, kenapa belum tidur?"
"Belum ngantuk. Emang kenapa, Bri?"
"Ya, engga apa-apa, cuma mau ngelakuin hal yang biasanya orang pacaran lakuin. Nanya ceweknya lagi apa, udah makan belum, udah tidur belum. Ngga keberatan kan?" Tulis Brian pada chatnya. Priska yang membacanya pun tersenyum lucu.
"Ngga keberatan kok, Bri. Emang kamu lagi ngapain?" Tanya Priska. Lalu mereka pun melanjutkan chat itu. Lucu banget sih ini orang. Gumam Priska sambil senyam-senyum melihat terus menerus ke layar ponselnya.
***
Pagi itu, Brian bersiap untuk berlatih basket seperti biasanya. Ia pun masuk ke ruang ganti dan bertemu Radit yang sedang duduk di dalamnya. Dengan sikap cuek Brian mengacuhkan Radit dan mengganti kemejanya dengan baju kaus basketnya. Radit pun menghampiri Brian.
"Brian." Panggil Radit.
"Iya."
"Sorry ya sikap gue berlebihan sampe ngga ikut latihan kemaren. Gue akuin gue cemburu lo jadian sama Priska."
"Terus kalo lo cemburu gue harus gimana? Gue sama Priska saling suka." Tanya Brian tetap dengan ekspresi datar andalannya. Wajahnya tak menghadap Radit, tatapan matanya hanya fokus ke dalam lokernya.
"Ya engga gimana-gimana sih. Gue udah renungin sejak kemaren, gue pikir-pikir ya emang Priska sukanya sama lo bukan sama gue." Jawab Radit. Brian yang mendengarnya pun merasa sedikit tak enak pada Radit.
"Sorry juga ya, bro. Gue ngga berfikir panjang waktu nembak Priska."
"Ya, engga apa-apa lah, bro. Jangan hanya karna masalah cewek bikin suasana ngga enak. Cuma gue tetep bakal siap-siap."
"Siap-siap? Mau ngapain?"
"Yaa, gue siap-siap aja kalo Priska nanti ternyata berubah pikiran dan putus sama lo." Ucap Radit sambil nyengir kuda. Brian pun hanya tersenyum melihat kelakuan Radit.
Lalu mereka pun berlatih bersama dilapangan, terlihat dari kejauhan Priska dan kawan-kawan ikut menonton lagi aksi Brian dan tim basket.
Kenapa Brian minum obat penenang ya? Apa ada sesuatu sama dia? Gumam Priska sambil melihat Brian yang sedang serius berlatih dilapangan.
"Pantes ajaa, yang semangat ngajak nonton latihan basket si Sinta. Ternyata nontonin Aldi toh."
"Hehe. Jangan gitu dong, Pril. Makanya cari cowok juga dong, tuh si Joe jomblo." Celetuk Sinta.
"Iiih, ogah banget sama si Joeko. Kayak ngga ada cowok lain apa di kampus seluas ini." April melihat ke arah Joe sambil menggelengkan kepalanya, Joe hari itu terlihat murung karena saingan jomblonya kini sudah memiliki pacar.
"Eh, eh itu dia kan yang namanya Radit?" Ucap salah seorang cewek yang ikut menonton tak jauh dari Priska dan kawan-kawan.
"Iya yang itu.... Ganteng banget yaa." Sahut yang lainnya sambil senyam-senyum centil. Priska yang tak fokus menonton pun sayup-sayup mendengar percakapan mereka.
Radit emangnya ganteng ya? Gumam Priska sambil ikut jadi memperhatikan Radit. Tapi kalo menurut gue...Radit itu ngga seganteng Bri....Tatapan mata Priska berubah haluan ke arah Brian. Ih apa sih gue? Ngga beres nih.
"Pris, sabtu ini lo mau kemana sama Brian?" Tanya Sinta.
"Ng...Belom ada rencana tuh, Sin. Kenapa?"
"Double date, yuk." Bisik Sinta.
"Hah?"
"Kok lo kayak kaget gitu sih? yuk, yuk?" Rengek Sinta.
"Ee.. Ya gue harus tanya Brian dulu, dia mau atau ngga."
"Yaaang!" Panggil Aldi dari kejauhan sambil melambaikan tangan pada Sinta. Joe hanya cemberut melihat tingkah Aldi yang sok pamer karena kini ia punya pacar. Sinta yang melihat kekasihnya melambaikan tangan ikut membalasnya dengan semangat. Setelah latihan basket selesai, Brian pun menghampiri Priska.
"Dosennya masih belum dateng ya, Pris?" Tanya Brian.
"Iya kayaknya, paling sebentar lagi dateng, Bri."
"Oh, gitu."
"Bri, mm.. tadi Sinta ngajakin kita double date."
"Yaudah, boleh. Kapan?"
"Sabtu ini, Bri."
"Hmm. Oke, boleh." Brian mengiyakan, lalu mereka berdua pun berjalan bersama menuju kelas. Tak sengaja punggung tangan Priska dan Brian saling bersentuhan karena jarak berjalan mereka berdekatan.
"Hhh!..." Brian yang menyadari langsung bernafas cepat dan ia pun langsung menarik tangannya, raut wajahnya terlihat kaget dan jantungnya berdegup kencang. Priska yang melihat reaksi Brian langsung melihat ke arah tangannya sendiri lalu melirik ke arah tangan Brian yang kini dipegangi oleh tangan sebelahnya.
Emang tangan gue kenapa? Lagi kan ngga sengaja kesentuh sedikit, kok dia segitunya banget sih. Gumam Priska yang kecewa dengan reaksi Brian tersebut. Mereka pun melanjutkan langkah kaki mereka menuju kelas, Brian pun melirik ke arah Priska dan melihat raut wajah Priska yang kecewa, ia merasa sedikit bersalah pada gadis itu akibat reaksi spontannya.
Ketika mereka masuk kelas, Priska memilih duduk di sebelah April. Sedangkan Sinta yang di mabuk kasmaran kini duduk di sebelah Aldi.
"Kok lo duduk disini, Pris? Ngga sama Brian?" Bisik April sambil melirik ke bangku tempat Brian duduk. Wajah Brian terlihat gelisah karena masih merasa tidak enak pada Priska.
"Ngga apa-apa kok, Pril. Kan gue mau deket elo, kasian sendirian. Hehe." Senyuman Priska terlihat memaksa.
"Ah, lagi berantem lo ya sama Brian?"
"Engga kok." Priska mengelak. April yang tak percaya dengan perkataan Priska hanya tersenyum melihat kelakuan sahabatnya itu.
Lalu Priska melirik ke arah Brian dan mendapatinya juga sedang melihat ke arahnya, seketika itu pula Priska membuang pandangannya dari lelaki itu. Brian yang melihatnya pun menghela napas panjang.
Kenapa gue jadi baper gini ya? Ayolah Pris, ini kan cuma pura-pura. Gumam Priska sambil menopang dagunya.
"Pris, udah tau hot news terbaru belom?" April berbisik pada Priska.
"Hmm, apa?"
"Itu yang artis sensasional, yang super duper ganteng."
"Siapa sih? Ngga tau gue."
"Itu lho pemain sinetron yang namanya Stephan Aldic."
"Oh, iya iya gue tau tuh. Gila itu kan macho banget, badannya atletis."
"Kemarin gue baca di webnya menit.hot dia kena skandal video mesum."
"Ah, serius lo Pril? Sama siapa ceweknya? Artis juga?"
"Mending kalo pasangan mesumnya cewek, cowok tau."
"What? Gilaa."
"Eh, tapi emang Gay itu lebih susah di deteksi dibanding banci. Soalnya gue pernah denger cerita dari kakak gue, bosnya super duper ganteng dan keren. Padahal kakak gue sempet naksir eh taunya homo dong."
"Ih, serem juga ya."
"Iya, dan tau ngga gue juga waktu itu sempet percaya sama gosip nya Brian dan kawan-kawan. Hahaha."
"Hah, gosip mereka yang homo itu?" Priska sedikit terkejut dengan ucapan April.
"Iya, Pris. Hahaha. Abis lo tau sendiri itu tiga orang, ngga pernah keliatan deketin cewek. Apalagi Brian, dideketin si Jane sama Nita tapi ngga di respon, kan bikin curiga."
"Oh. Eee.. Gitu ya."
"Tapi, ternyata emang gosip itu ya pilihannya cuma dua, fakta yang tertunda atau fiktif yang tertunda. Iya kan? Buktinya Brian jadian sama lo terus si Aldi juga jadian sama Sinta. Hehe, bener ngga gue?" April menyenggol lengan Priska.
"Mmm, iya lah. Jelas aja Brian pilih gue, lebih oke gue kan di banding Jane sama Nita."
"Woo, narsis amat lo."
Di balik candanya bersama April, Priska pun termenung.
Kok gue jadi curiga juga ya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments