Jangan lupa L I K E, K O M E N & V O T E ❤
..
..
..
Musik relaksasi yang penuh cinta mengalun di dalam restoran. Di iringi dengan suara piano, menjadikan restoran itu semakin romantis. Membuat perasaan nyaman dan damai.
Sean memikirkan sebuah cara lagi.
Dia melihat tempat live musik dan alat-alat musik lainnya yang berada di restoran itu. Kemudian, Sean beranjak dari tempat duduknya. Dia melewati Nana begitu saja.
Nana terheran.
"Hey ! Mau kemana kau?" tanya Nana.
Sean tidak menjawabnya, dia terus saja berjalan ke depan.
"Cek ... Cek ..." Sean mengetes mikrofon
"Halo ... emm, saya ingin menyanyikan sebuah lagu untuk wanita berbaju abu-abu monyet, yang sedang memakan ice cream, yang duduk di sana (menunjuk ke arah Nana)" ujarnya, sambil berdiri dengan sebuah mikrofon di tangannya.
Semua pengunjung langsung menatap ke arah Nana. Nana menjadi sedikit malu, tapi ia tersentuh, mendengar Sean mengatakan itu. Pipinya memerah.
"Dia akan bernyanyi untukku? Apa maksudnya ini?" gumam Nana.
Lalu Sean menyanyikan sebuah lagu cinta yang sangat indah. Suara ia bernyanyi sangat lembut. Semua pengunjung restoran di buat kagum dengan suaranya.
Pengunjung yang berpasangan, saling merangkul. Pasangan wanita bersandar pada bahu lelakinya, kemudian pasangan lelaki merangkulnya. Ada juga pengunjung yang saling berpegangan tangan dengan pasangan mereka masing-masing. Mereka sangat tersentuh dan menikmati lirik lagu yang di bawakan oleh Sean.
Djordi yang masih terduduk di pojokan, sedang memikirkan suatu cara untuk menghukum Sean. Tiba-tiba Djordi tersenyum jahat. Sepertinya, ia sudah menemukan cara yang bagus.
..
Selesai menyanyikan sebuah lagu yang sangat menyentuh para pengunjung restoran, Sean di banjiri tepuk tangan. Ada yang menyorakinya, ada yang melihatnya aneh karena topi rubah, kacamata dan masker yang ia kena'kan mungkin terlihat konyol oleh beberapa pengunjung.
Sean berjalan menghampiri Nana.
"Bagaimana pertunjukan ku?" Sean tersenyum, dengan narsis nya.
"Aku tidak menyangka bisa mendengarmu bernyanyi secara langsung. Suara aslimu memang benar-benar bagus. Lagu yang kau bawakan sangat menyentuh dan ada sedikit lirik yang mengingatkan ku pada masa laluku" ucapnya sedikit murung.
"Emm ... maaf Nana, tapi aku tidak bermaksud untuk mengingatkan mu pada masa lalumu" tutur Sean, terlihat sungkan.
"Ah, tidak apa-apa. Tidak perlu meminta maaf, itu hanya sebuah hal kecil saja." Nana tersenyum kembali.
Sean melihat di atas meja ada mangkuk yang sangat bersih. Mangkuk yang tadinya terisi penuh dengan ice cream menjadi bersih seketika?
"Nana ! Apa kau mencuci mangkuk itu? ... Kenapa mangkuk ice creamnya terlihat sangat bersih?" tanya Sean, terheran.
"Oh? Emm, hehe" Nana hanya membalas dengan senyum malunya.
Aduh, aku menjadi lupa diri gara-gara lagu yang Sean bawakan sangat indah. Aku tidak sadar memakan ice cream sampai habis hingga menjilati mangkuknya sampai bersih seperti itu. Uh, sangat memalukan. Untung saja Sean tidak tahu. (Gumam Nana, dalam hati).
"Nana, ini sudah sore. Aku akan mengantarmu pulang" seru Sean, sambil menarik tangan Nana.
"Oh iya, kita jadi lupa waktu. Langit sudah hampir gelap" ucapnya sambil berjalan.
Nana dan Sean berjalan menuju tempat parkir.
"Tunggu-tunggu ...," Nana menarik tangan Sean.
"Emm ... sebelumnya terima kasih banyak, hari ini kau sudah membuat suasana hatiku menjadi lebih baik" sambung Nana, dengan paras malu-malu.
"Tidak perlu berterima kasih. Ini akan menjadi biasa untukmu," ucap Sean, sambil mencari dimana letak mobilnya.
Akan menjadi biasa untukku? Apa sih maksudnya? Dia selalu mengatakan hal-hal yang tidak aku mengerti. (Gumam Nana dalam hatinya).
"Dimana mobilku?" gumam Sean, ia telihat panik.
"Ada apa?" tanya Nana, terheran.
"Mobilku? Kau ingatkan, tadi aku memarkirkan mobilnya disini" gerutu Sean, semakin panik.
Nana melihat ada kertas di bawah, terinjak oleh kaki Sean.
"Coba angkat kakimu" ucap Nana.
"Ada apa? (mengangkatkan kaki) ... Memangnya mobilku bisa terinjak oleh kakiku sendiri?" timbal Sean. Matanya terus mencari-cari mobilnya itu.
Kemudian Nana mengambil lembaran kertas itu.
"Hah !" Nana terkejut, matanya membulat dan alisnya terangkat
"Sean, lihat ini !" Nana mengasongkan kertas itu pada Sean.
Kemudian, Sean mengambilnya dan membacanya.
"Apa? ... Surat derek? Apa-apaan ini? Aku kan tidak melanggar aturan" geram Sean.
Tiba-tiba mobil mewah melaju dari kejauhan dan berhenti tepat di hadapan Nana dan Sean.
Pengurus Feng keluar dari mobil itu.
"Pengurus Feng?" gumam Nana, terkejut.
"Nona Bae, silahkan masuk ke dalam mobil. Tuan sudah menunggu mu" ucap pengurus Feng, mempersilahkan.
"Paman ! KAU? ...," Sean dibuat kesal hati. Ia menahan marah.
Benar saja. Aku sudah menduganya, dalang di balik perbuatan ini pasti paman Djordi. Euh paman itu memang benar-benar ya. (Gumam Sean sangat jengkel).
"Tuan? Emm, maksudnya bos?" Nana berbicara gugup.
"Cepat masuk !!" Bentak Djordi dari dalam mobil.
"Ah? Bagaimana ya, tapi aku sedang bersama Sean" ucap Nana.
"Apa kau akan pulang berjalan kaki? Menurutlah, ada sesuatu yang harus kita bicarakan" titah Djordi.
"Sudah, tidak apa-apa. Kau pulang dengannya saja. Jangan mengkhawatirkan aku. Aku akan mengurus mobilku dulu," bisik Sean, sambil membelai rambut Nana.
Melihat perlakuan Sean yang semakin menjadi. Tidak pikir panjang, Djordi langsung menarik tangan Nana ke dalam mobil.
"Aduh." Nana merintih kesakitan.
"Bisakah kau sedikit lembut pada wanita?" bentak Nana.
Bruk..
Pintu mobil tertutup. Djordi mengabaikan ucapan Nana.
"Feng, cepat jalan" titah Djordi sambil mengerutkan keningnya.
..
..
Huh, mobilku yang malang. (Gumam Sean dalam hatinya)
"Hmm ... aku akan menelepon Jai untuk menjemputku !" Sean merogoh kantung celananya, untuk mengambil ponselnya.
Tiba-tiba dari jauh seseorang dengan cepatnya berlari dan menabrak Sean dengan sangat keras, sehingga topi rubah, kaca mata, dan masker yang ia kenakan, terlepas. Dan entah dari mana, tiba-tiba saja segerombolan reporter langsung berdatangan.
"Wah ! benar-benar Sean" ucap salah satu reporter.
Sontak, Sean sangat terkejut.
Cekrek.. Cekrek..
Beberapa reporter langsung memotretnya.
"Apa? Sean?" Para pejalan kaki tak sengaja mendengar reporter menyebut nama Sean.
"Benar, itu Sean ! Salah satu member XEO. Ayo kita kesana" ucap salah satu pejalan kaki yang sedang lewat.
"Cepat ! Cepat liput ... Ini akan menjadi trending utama besok." Reporter itu langsung mengangkat kameranya.
Seketika, reporter, pengunjung restoran dan pejalan kaki mengerumuninya, seperti zombie saja.
Segala upaya di kerahkan oleh Sean untuk bisa keluar dari kerumunan itu, tapi sayang usahanya sia-sia. Tidak ada celah untuk dirinya bisa melarikan diri.
"PAMAN !!!" teriak Sean sangat geram, ia meluapkan kekesalannya dalam kerumunan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
SimboLon Hayati Nur
paman balas dendam 😂
2021-04-11
0
Kartini💗💞
kaciiaaannn bang Sean kena amukanx Paman Djorghi,,wkwkwkwk🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2021-02-22
0
Naftali Hanania
wkwkwkwkwkwk...sama2 jahil 🤣🤣
2020-11-01
1