Anak Laki-Laki

Oro melihat Dito dengan perasaan berduka. Oro menyadari perasaan Dito terhadap Bella adalah cinta.

Terdengar ledakan dari dalam jurang disertai api.

Dito dan Oro tampak terkejut "Apa itu? Ada apa itu?" Dito kembali panik.

Seorang polisi menghampiri Dito dan Oro.

"Selamat malam Tuan, terjadi ledakan di dalam jurang. Itu berasal dari mobil yang terjadi beberapa waktu lalu"

Dito mengacak rambutnya "Bella, bagaimana ini? Apa yang akan terjadi kepadanya?"

Polisi tersebut hanya menggelengkan kepalanya. "Tidak ada harapan"

Dito sangat putus asa. Ponselnya berdering menandakan panggilan masuk. Tuan Juan nampak menghubungi Dito beberapa kali.

Dito hanya diam dengan pikirannya yang kosong.

Oro meraih ponsel Dito dan mengangkat panggilan Tuan Juan.

"Dimana Kamu? Istri mu sedang melakukan operasi dan Kamu pergi entah kemana? Suami macam apa Kamu?"

Panggilan pun di akhiri, Oro menatap Dito yang masih merasa kehilangan.

Dito dan Oro kini tiba di rumah sakit.

"Dari mana Kamu? Bisa-bisanya Kamu pergi saat istri mu sedang berjuang di meja operasi"

Dito hanya duduk saja tanpa berkata apapun.

Oro mencoba menjelaskan "Maaf Tuan, tadi polisi meminta Kami ke lokasi kejadian. Terjadi ledakan pada mobil..."

"Ah sudahlah, Aku tidak peduli apa yang terjadi pada mobil itu. Seharusnya Kamu yang pergi bersama Aira untuk menemani Aira ke dokter kandungan. Bukan sopir ugal-ugalan itu"

Lampu di pintu ruang operasi mati, pertanda operasi telah selesai. Dokter Zia meminta Dito menemuinya di ruang dokter.

"Operasi berjalan baik, Nyonya Aira masih belum sadarkan diri karena efek obat bius. Setelah Nyonya Aira sadar, tolong sampaikan secara perlahan"

Dito hanya menganggukkan kepalanya "Baik Dok"

Dokter Zia melihat Dito yang tengah terdiam "Maaf Tuan Dito, apa Anda mendengarkan Saya?"

"Ah iya maaf dok. Apa ada lagi yang perlu disampaikan?"

Dokter Zia menggelengkan kepalanya. "Tapi ada hal yang ingin Saya tanyakan".

"Ya?"

"Sebelumnya Saya minta maaf, Saya tidak tau kalau Nonya Aira dan Nyonya Bella..."

"Mereka istri Saya"

"Maaf..." Dokter Zia merasa sangat canggung, "Lalu bagaimana keadaan Nyonya Bella?"

"Saya berharap sebuah keajaiban, tapi mobil yang Mereka tumpangi terjatuh dan terbakar. Kabar terakhir, Bella berada di dalamnya"

Dokter Zia menutup mulutnya tidak percaya "Nyonya Bella, semoga keajaiban menyertai mu. Nyonya Bella baru saja melakukan pemeriksaan kandungannya, bayinya berkembang dengan sangay baik. Bayinya berjenis kelamin laki-laki."

"Laki-laki?" Dito tersenyum dan air matanya mengalir di pipinya. "Dia pasti akan tumbuh menjadi anak yang hebat dan kuat".

Dokter Zia menganggukkan kepalanya "Benar".

Di ruang rawat Aira mencoba membuka matanya. Dito mencoba memanggil namanya "Aira... Aira..."

"Mas Dito?" Aira nampak menangis.

"Sudah jangan menangis" Dito mengusap air mata Aira dan menggenggam tangannya.

"Bagaimana keadaan Mommy? Kami berniat putar balik karena Mommy tiba-tiba sesak. Tapi tiba-tiba..." Aira menangis sejadi-jadinya saat mengingat kejadian tersebut.

"Sudah, tenangkan dirimu. Mommy baik-baik saja, dia sedang berada dalam proses pemulihan di ruangan sebelah".

"Aku takut... Aku takut Mas..."

Dito memeluk Aira dan menenangkannya.

"Bella? Bagaimana dengan Bella? Bella duduk di kursi depan. Bagaimana keadaan Bella Mas?"

Dito semakin memeluk Aira tanpa mengatakan sepatah kata pun.

"Mas, bagaimana keadaan Bella?"

Dito menangis dan memeluk Aira.

"Bella? Apa Bella..." Aira menangis kembali.

"Aku tidak melakukan apapun, Mommy mengetahui yang sebenarnya. Kami sempat beradu pendapat kemudian Mommy sesak dan..."

"Sudah, tenangkan diri mu Aira"

"Aku tidak melakukan apapun. Seharusnya Bella tidak hadir di antara Kita. Aku tidak melakukan apapun..."

Perawat menghampiri Mereka dan memberikan obat penenang kepada Aira. Aira akhirnya kembali tertidur.

"Kamu benar, seharusnya Bella tidak hadir di antara Kita. Aku terlalu banyak menyakitinya. Bahkan sekarang Aku tidak tahu bagaimana keadaannya"

Pagi hari tiba, polisi memberikan informasi bahwa semua yang ada di dalam mobil hancur. Tim pun menyatakan kalau yang berada di dalam mobil dinyatakan meninggal. Terdapat beberapa tulang belulang yang sudah hancur terbakar.

Dito terlihat sangat lemas, tubuhnya hampir terjatuh namun Oro menangkapnya.

"Bella... Maafkan Aku Bella..."

Aira yang mendengar kabar duka pun menangisi kepergian Bella.

Dito mengurus segala keperluan untuk pemakaman Bella.

Bi Sumi tampak menangis "Nona Bella, Nona Bella orang yang sangat baik. Bibi yang bukan siapa-siapa pun berani bersaksi kalau Nona Bella adalah orang yang sangat baik. Nona menyayangi sesama tanpa memandang latar belakang, bahkan Nona tidak pernah meninggalkan ibadah sekalipun Nona sedang sangat sibuk"

Pemakaman berjalan dengan sangat khidmat.

Hari berganti hari, Dito masih menemani Aira di rumah sakit.

"Bagaimana keadaan mu?"

"Sudah cukup membaik. Tapi kenapa Aku tidak mengalami morning sickness lagi ya?"

Dito menghentikan aktivitasnya kemudian duduk di hadapan Aira.

"Sebenarnya, anak Kita sudah pergi menunggu Kita di pintu surga".

Aira menutup mulutnya tidak percaya "Maksud mu, anak Kita..."

Dito menganggukkan kepalanya.

Aira kembali menangis "Tidakkk, tidak mungkiiin. Bagaimana mungkin ini terjadi kepada ku"

"Sudah, tenanglah. Semua sudah baik-baik saja" Dito memeluk Aira.

Aira melepas pelukan Dito "Baik-baik saja? Apa maksud mu Kamu senang anak Kita tidak bisa diselamatkan? Kamu tidak menginginkan dia hadir di dalam perut ku kan?"

"Bukan begitu Aira, melihat mu selamat saja membuat ku sangat bersyukur"

"Kamu jahat Mas, Kamu jahat"

Dito hanya diam melihat Aira yang kini kembali menangis.

Satu pekan sudah Aira berada di rumah sakit. Kini Mereka kembali menuju rumah.

Nyonya Diana memutuskan untuk kembali menuju rumahnya dan menutup mulutnya mengenai kisah Bella dan Dito.

Suasana di rumah Dito nampak berbeda. Dito berjalan menuju ruang makan namun tetap saja dia tidak bisa menemukan apa yang dia cari.

Aira menghampiri Dito dan memeluknya "Mas... Biarkan Bella pergi dengan tenang. Aku janji Aku akan berubah menjadi lebih baik lagi. Aku akan mengikuti keinginan mu"

Dito terdiam perasaannya masih hampa dan pikirannya masih terasa membingungkan. Dito benar-benar belum bisa berdamai dengan keadaan.

Hari berganti menjadi pekan, pekan berhanti bulan.

Di sebuah desa nampak seorang dukun beranak sedang membantu proses melahirkan.

"Tarik nafas, sekali lagi ya nduk"

"Selamat, anaknya laki-laki. Sangat tampan"

...----------------...

...----------------...

...----------------...

...🥺🥺🥺🥺...

...Tinggalkan jejak like dan komentar yaa zheyeeenk...

...Nanti Aku Up lagi deh 🥰🥰...

Terpopuler

Comments

Stefani Pandita

Stefani Pandita

syukur bela selamat,mas dito tolong cari bela

2021-12-28

2

Yulie

Yulie

mau dong visualnya
jangan lupa😁

2021-12-24

0

Yulie

Yulie

alhamdulilah selamat😊😊😊

2021-12-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!