Lei pergi menuju ke rumah lamanya, bisa di lihat dari kejauhan jika rumahnya sudah ambruk dan sudah di kelilingi oleh rumput-rumput liar dan ilalang. dia berjalan ke belakang rumahnya dan ya di belakang rumahnya adalah ladang tempat ia dulu menanam semua hampir semua jenis tanaman, dan itu masih ada bekas-bekasnya walaupun sudah keseluruhan di tumbuhi oleh rumput liar.
"Sudah lama sekali aku tidak kesini. tempat ini banyak dengan kenangan masa kecilku bersama Ming In. aku akan berusaha lagi." ucap Lei dengan mencari cangkul dan kemudian mulai menata ulang tanah yang sudah tidak terurus itu. dia juga akan membangun rumahnya lagi walaupun sederhana.
Dari kejauhan You Keke dan Ming In melihat Lei yang tengah mencangkul, seketika mereka pun langsung berlari menuju kesana yang membuat Lei terkejut. mereka juga membantu menyingkirkan tumbuhan liar dan beberapa ranting kayu sementara Lei tetap mencangkul.
Terik matahari begitu menyengat di tubuh ketiganya. keringat mereka sudah mengalir dengan derasnya tapi akhirnya pekerjaan yang melelahkan itu terselesaikan. mereka berteduh di bawah pohon sambil menyeka keringat mereka.
"Apakah kau berencana ingin menanami kembali tanah ini?" tanya Ming In
"Ya aku tidak bisa diam saja melihat mereka bekerja keras dan tak jarang ada yang kelaparan." jawab Lei.
"Aku akan mencari air dulu, kalian tunggulah disini." kata You Keke namun langsung di potong oleh Ming In.
"Tidak Keke, aku sudah membawanya dan mungkin itu akan langsung menyegarkan kalian." ujar Lei dengan mengeluarkan sebuah botol yang berisi air.
Mereka minum secara bergantian, tidak ada rasa jijik karena mereka bergantian minum di tempat yang sama, justru sebaliknya. rasa lelah dan dahaga yang mereka rasakan tadi hilang begitu saja setelah meminum air dari Lei.
"Wahhh aku merasa jika aku sudah menjadi lebih segar." kata Ming In dengan takjubnya.
"Ya benar aku juga merasakan hal yang sama, rasanya sangat berbeda dari tadi. oh ya air apa yang kau bawa?" tanya You Keke dengan penasarannya.
"Hahaha ini hanya air biasa saja. aku mengambilnya dari sungai saat perjalanan ku kemari." jawab Lei dengan berbohong karena tidak mungkin jika dia mengatakan yang sebenarnya.
"Ahhh aku meragukan mu ayolah katakan air apa ini?" kata You Keke dengan tatapan mata menyipit.
"Ck kau ini kenapa sangat penasaran." seru Ming In dengan menutupi wajah You Keke dengan satu tangannya dan langsung mendapatkan tepisan kasar dari gadis itu.
"Kalian beristirahat dulu aku akan menanam beras dulu." kata Lei dengan berdiri.
"Baiklah aku tau kau sangat kuat sekarang hahaha aku akan istirahat dulu disini bersama Keke kau bekerjasama keraslah." kata Ming In sembari menyenderkan tubuhnya ke pohon dan melihat kedua tangannya ke atas kepala.
"Cih siapa juga yang ingin disini apalagi dengan tuan muda manja. lebih baik aku berpanas-panasan." ujar You Keke dengan sinisnya kemudian berlari mengejar Lei.
"Heiii siapa yang kau sebut manja hah!!" teriak Ming In dengan tidak terima.
Entah kapan mereka menjadi seakrab dan sedekat seperti sekarang. Lei yang mendengar pun hanya bisa menggelengkan kepalanya saja.
"Aku akan membantumu." kata You Keke
"Kenapa kau malah kesini? lebih baik kau ikut berteduh disana. lihat disini udaranya sangat panas bisa jadi kulitmu yang putih dan mulus ini akan terbakar." kata Lei yang membuat pipi You Keke memerah.
"Lihat pipimu sudah memerah. lebih baik cepat mau kesana." kata Lei dengan terkejut ketika melihat pipi merah You Keke.
Sebisa mungkin You Keke bersikap biasa saja dan merebut bingkisan yang di bawa Lei. dia pun langsung berbicara dengan cepatnya yang membuat Lei menggaruk kepalanya dengan bingungnya.
"MBSebelah mana yang ingin di tanami lebih dulu kenapa kau malah diam saja." kata You Keke dengan kesalnya.
"Biar aku saja. " kata Lei.
"Bagi dua aku sebelah sini kau sebelah sana." kata You Keke dengan memegang tangan Lei dan memberikan separuh beras bewarna biru kehitaman itu pada Lei.
Sebenarnya You Keke merasa aneh dengan warna berasnya tapi memilih diam saja dan mulai menanam satu persatu begitupun juga dengan Lei.
"Entah ada apa dengan mereka berdua." ucap Ming In yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua.
Setelah semuanya selesai Lei pun menyuruh You Keke untuk beristirahat kemudian dia menggunakan kemampuan dan teknik yang sudah dia pelajari untuk menyirami ladangnya.
"Woahh dia sudah jauh dari perkiraan ku. dari mana dia mempelajari teknik itu.." ucap Ming In dengan kagumnya.
Setelah selesai menyiraminya kini dia menggunakan sisa tenaganya untuk membangun gubuk untuk dia tinggali malam ini dan beberapa hari kedepan karena dia tidak ingin menetap di satu tempat saja.
Minh In juga kali ini ikut membantunya sementara You Keke mencari apapun itu yang bisa di makan agar bisa mengisi perut mereka.
"Haaahhh akhirnya selesai. tapi Lei, kenapa kau tidak tinggal di rumahku saja itu lebih baik dari pada kau disini." kata Ming In
"Disini lebih nyaman. kau tau bukan bagaimana ayahmu sangat membenciku." kata Lei dengan tersenyum.
"Yaa aku juga malas untuk kembali. bolehkah aku menginap disini. " kata Ming In
"Tentu saja. tapi dimana Keke?" tanya Lei dengan celingukan mencari keberadaan gadis itu.
"Apakah dia menghilang. aihhh merepotkan saja." ujar Ming In dengan berdecak kesal.
"Leiii, Ming, lihat apa yang yang aku dapatkan." teriak You Keke dari kejauhan. gadis itu menenteng dua ikan besar-besar.
"Aku akan membuat apinya." kata Ming In dengan gembiranya karena dia sudah lama tidak menikmati ikan bakar.
Ming In memang berbakat dalam mengendalikan api. karena memang sudah sejak kecil dia mempelajarinya.
Mereka pun membakar ikan dan menyantapnya bersama-sama. suasananya yang sudah sangat lama tidak mereka rasakan. entah kebetulan atau apa tapi ketiganya mempunyai kesamaan dalam hal seperti ini, sama-sama tertekan dengan keadaan yang memaksa mereka harus meninggalkan hidup mereka yang sebenarnya sangat ingin mereka jalani.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments