Kini pria tersebut mengembalikan posisinya seperti semula lalu sorot matanya mencermati wajah Renata,
"Renata...! Apakah nama mu Renata ethelyne ?" Tanya pria tersebut dengan dugaan nya.
"Benar. Tunggu! seperti nya aku kenal sama kamu. Kamu Justin kan?" Renata menebak.
Justin mengangguk seakan membenarkan perkataan Renata tak lama kemudian mereka saling berpelukan lebih tepatnya didepan Henry.
'Siapa laki-laki itu seperti nya dia cukup dekat dengan Renata, apakah dia kawan lama?' batin Henry bertanya.
"Kau apa kabar Renata?" Tanya Justin dengan mata nya yang berbinar.
"Ya, seperti yang kau lihat he-he." Balas Renata dengan sedikit tertawa.
"Oh iya! Tampak nya penampilan mu ada yang berubah ya Justin."
Renata mengingat betul sosok Justin semasa dulunya yang terlihat cupu bahkan agak kemayu(agak ngondek ya guys tapi masih suka lawan jenis kok 😀), melihat Justin yang sekarang justru berubah 180 derajat ia pun terlihat menly dan juga cool.
"He-he- kau bisa saja. Kau juga sekarang makin cantik Renata," Justin memuji diri Renata.
Disela-sela percakapan mereka dengan canda dan tawa terlihat Henry memberi tatapan sinis pada mereka, seakan tidak suka akan kehadiran Justin apalagi ia sempat memuji penampilan Renata tambah panas saja hati nya.
Renata hampir saja melupakan Henry yang ada disampingnya nya segeralah Renata memperkenalkan Justin kepada Henry,
"Oh iya! Paman kenalkan ini Justin teman ku, semasa waktu SMA."
"Justin...." Sambil berjabat tangan.
"Panggil saja aku paman Henry." Jawab dengan muka nya yang datar.
"Justin kenapa kau bisa hadir di acara ini secara inikan acara formal?" Saking penasaran dengan sosok Justin Henry mulai bertanya pada nya.
"Kebetulan, Paman. Aku masih ada hubungan saudara dengan paman Jerry."
"Oh begitu rupa nya."
'hmm... Jadi ini ada kaitannya dengan mu jerr, awas saja kau jerr ! Akan selalu aku pantau si justin ini,' batin Henry berucap.
Tiba-tiba dari arah belakang datang lah Tom,
"Henry, ku cari-cari rupanya kau ada disini." Celetuk nya sambil memukul pelan bahu Henry.
"Sorry, Tom. Yadi aku berpindah tempat dengan Renata tidak beritahu kamu."
"Halo, paman Tom!" Sapa justin pada tom.
"Oh- halo juga Justin!"
"Hen, rupa nya kau cukup dekat dengan Justin." Tom mengira bahwa Henry mengenali Justin.
"Eh-- bukan. Justru aku tidak mengenali sebelum nya malah dia lah yang mengenali Renata." Balas nya dengan lirih.
"Jadi Justin ini teman sekelas ku sewaktu aku masih di SMA dulu, Paman." Sambung Renata pada nya kemudian tom hanya merespon anggukan kepalanya.
"Hen, hampir saja aku lupa hari ini akan ada wali kota menghadiri acara Jerry sebaiknya kita temui saja. Karena ada beberapa hal penting yang harus di bicarakan." Ujar Tom.
"Lalu bagaimana dengan Renata?" Henry bertanya pada tom namun dijawab cepat oleh Justin yang berada disebelah Tom.
"Paman tidak usah khawatir biar Renata bersama dengan ku." Jawab Justin meyakinkan.
"Betul, Paman. Lagi pula aku merasa tidak keberatan." Sambung Renata.
Jujur saja sebenarnya Henry merasa keberatan meninggalkan Renata walau hanya sebentar, karena pikiran nya sudah pasti ada peluang Justin untuk mendekati Renata.
Akhirnya mau tidak mau Henry harus menyambut kedatangan wali kota bersama dengan Tom.
Justin dan Renata berpindah tempat, mereka mencari area yang tidak terlalu ramai karena mereka ingin berbincang-bincang secara tenang.
Terdapat taman yang tidak terlalu luas akhirnya mereka pun beranjak untuk mengobrol disana.
Mulai lah perbincangan mereka dengan canda serta tawa mengenang masa-masa mereka sewaktu SMA dulu.
"Aku tak menyangka lho, dulu kamu itu pendiam sekali sewaktu sekolah kenapa sekarang kamu jadi banyak omong he-he-he." Renata mengejek Justin.
"Dan juga dulu kamu agak... Ya gitu deh he-he-he," Justin mengerti maksud perkataan Renata.
"He-he-he masa sih. Lagi pula aku juga tidak mau jadi orang terlalu banyak diam, ya memang dulu penampilan aku agak cupu dan kemayu tapi setelah aku menggeluti dunia permodelan. Aku jadi mengenal banyak style akhirnya penampilan ku sedikit demi sedikit berubah seperti yang kamu lihat."
"Oh. Rupanya kamu seorang model." Renata mengangguk mengerti.
"Ya. Lebih tepat nya model majalah pria." Perjelas Justin.
"Lalu kamu juga sekarang punya otot lengan yang cukup kekar." Ujar Renata sambil memperhatikan bentuk tubuh Justin.
"Memang. Karena aku sering nge-gym dan kadang pula aku jadi instruktur aerobik."
"Ah- yang benar! Boleh dong aku minta ajarin aerobik sama kamu he-he-."
"Jelas boleh dong he-he-he."
"Kamu jauh juga ya menghadiri acara sampai kesini. Padahal kalau dipikir-pikir jarak rumah mu ke sini membutuhkan waktu 2 jam. Karena dulu aku pernah main lho kerumah mu." Sambung Justin dengan pertanyaan nya secara tiba-tiba, sontak jantung Renata mendadak kaget.
'Degghhh'
Wajah Renata yang tadinya terlihat ceria dan tenang seketika berubah menjadi datar memberi kesan sedih.
"Kamu kenapa Renata, apakah dirimu baik-baik saja?" Tanya Justin yang merasa cemas.
Dengan berat hati Renata menjawab,
"Sejujurnya paman Henry itu bukan lah paman kandung ku."
"Lalu?" Justin semakin tak mengerti dan semakin penasaran.
Kedua mata Renata mulai terlihat sendu, tanpa rasa keberatan akhirnya ia pun menceritakan kejadian pahit yang menimpa dirinya pada Justin termasuk bertemu nya dengan Henry.
------
Beberapa menit kemudian Renata telah menceritakan semuanya nya pada Justin, ia merasa sangat terharu sekaligus ikut merasakan kesedihan yang menimpa Renata.
"Aku turut berduka cita atas tragedi yang menimpa dirimu. Kamu harus kuat dan kamu harus tabah aku yakin kamu pasti bisa menjalani semua itu." Justin mengusap punggung Renata agar diri nya merasa tenang.
"Terimakasih Justin, sudah semangati aku." Tak kuasa menahan tangis akhirnya air mata menetes pada wajah Renata.
"Lalu keluarga mu dikubur atau di kremasi? Apakah kau mengurus nya di kota tempat mu tinggal?"
"Aku mengubur nya ditempat pemakaman umum, yang jarak nya tidak jauh dari rumah sakit saat aku di evakuasi."
Tangan Justin mengusap air mata Renata,
"Bolehkah aku mengunjungi mereka sebagai wujud penghormatan ku pada keluarga mu. karena aku ingat, dulu saat aku main kerumah mu mereka selalu menyambut ku dengan baik."
"Boleh. Dengan senang hati." ucap nya dengan nada pelan.
"Kalau begitu aku minta nomor handphone mu." Justin mengeluarkan handphone dari saku celana nya kemudian Renata pun menyebutkan nomor handphone nya.
Di lain arah Henry memperhatikan mereka dan sorot matanya melihat keadaan sekitar,
'Rupanya kalian ada disini. Pintar sekali, sampai-sampai mencari tempat yang agak sepi, kira-kira apa yang mereka bicarakan.'
Langkah nya segera menghampiri mereka.
"Rupa nya kalian berada disini!" Ucap Henry dengan tiba-tiba seakan membuat mereka hampir terkejut.
"Eh-Paman!" Renata berusaha tenang.
Henry mengamati wajah Renata terlihat jelas mata sembab nya,
"Kau habis menangis?" Tanya Henry dengan perasaan cemas.
"A-a- tadi itu..."
Justin segera memotong pembicaraan Renata,
"Tadi Renata sudah menceritakan semuanya, Paman. Atas yang menimpa dirinya." Henry mengerti maksud dari jawaban Justin.
"Aku sangat berterima kasih dengan Paman. Karena sudah menganggap Renata seperti keponakan mu sendiri." Sambung nya lagi.
"Ya, sama-sama." Jawab Henry dengan senyum nya yang terpaksa.
Beberapa saat kemudian henry mengajak Renata untuk pulang kerumah,
"Ayo Renata kita pulang. Besok Paman harus beraktivitas kembali."
"Baik, Paman. Justin aku pulang dulu ya!" Renata berpamitan kepada Justin.
"Baik, Renata. Hati-hati dijalan." Justin melambaikan tangan serta senyum bibir nya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Pangeran Matahari
cemburumu tak beralasan
2021-11-20
1
Hiatus
hi ka, aku hadir mmnuhi undangan.
jejak dl ya kk, nnti pelan2 aku baca.
semangat trs, salam hangat dari Cinta Tulus mantan Office Girl🤗🤗
2021-11-13
1
Retno Udi Lestari
paman tamvan jealous...
2021-10-24
1