Terik matahari sudah berada dipertengahan hari, tak terasa sudah 1 bulan lama nya Renata tinggal dirumah Henry.
Secara komunikasi jarak mereka sudah tidak canggung atau pun terlihat kaku, kedua nya terkadang saling canda dan tawa satu sama lain.
Karena Renata sudah menganggap Henry seperti paman nya sendiri maka ia pun rutin membuatkan bekal makan siang untuk nya, Henry pun tidak sungkan menerima hal itu justru ia sangat berterima kasih kepadanya.
Beberapa jam yang lalu Henry sudah berangkat ketempat kerja nya.
Terlihat Renata sedang duduk santai pada teras rumah, sambil mengamati pemandangan sekitar.
Ketika itu bi Conte ingin meminta izin kepada Renata untuk pergi ke pasar karena persediaan stok sehari-hari sudah menipis,
"Anu, nona Renata bibi izin keluar sebentar."
"Bibi mau kemana?" Tanya Renata padanya.
"Mau ke pasar, Non. Karena persediaan bahan-bahan makanan sudah hampir habis," ujar bi Conte.
"Bolehkah Renata ikut dengan bibi. Soalnya Renata bosan sendirian dirumah," ucap nya dengan nada memohon.
"Bibi sih, boleh-boleh saja. Tapi nona Renata apa tidak keberatan karena cuaca diluar cukup panas."
"Aku sama sekali tidak keberatan kok, Bi," sahut nya.
"Ya sudah kalau begitu. Sekarang kita berangkat non," ajak bi Conte pada Renata.
"Tunggu sebentar ya bi, Renata ganti baju dulu," Renata pun beranjak ke kamar untuk mengganti baju karena baju yang sebelumnya ia kenakan menurut nya kurang pantas jika dikenakan keluar rumah.
Setelah mengganti baju tak lupa Renata mengunci pintu lalu mereka pun berangkat ke pasar.
🍀🍀🍀🍀🍀
Mereka sudah tiba di pasar....
Terlihat bi Conte sedang melihat list catatan yang dipegang di tangan nya berupa bahan-bahan yang akan ia dibeli.
"Tolong bungkus yang ini ya, Pak," pinta bi Conte pada seorang pedagang sambil menyerahkan selembar uang.
"Apa masih banyak bi yang belum di beli?" Tanya Renata.
"Bentar ya, Non. Bibi lihat dulu!" Balas bi Conte sambil melihat daftar list belanjaan.
"Tinggal beberapa bahan lagi, Non," sambung nya.
"Ya sudah. Ayo! Bi kita lanjutkan," sahut Renata.
Sudah 2 jam lebih mereka mengitari seluruh pasar, bahan-bahan yang dibeli pun sudah lengkap sesuai dengan daftar list nya.
Kini mereka pun menuju jalan pulang dengan menggunakan taksi online.
Mereka pun tiba dirumah rupa nya bahan-bahan yang dibeli nya tidak sedikit, Renata segera membukakan pintu yang telah terkunci dan langsung merebahkan tubuh nya di atas sofa.
"huhf........" Renata menghela nafas.
"Capek ya, Non?" Tanya bi Conte.
"Emmm--- lumayan, Bi," balas nya.
"Mau bibi ambilkan minum, Non?"
"Tidak usah bi, terimakasih. Nanti biar aku saja yang ambil."
"Kalau begitu bibi masuk ke dapur dulu ya, Non. Terimakasih banyak sudah temani bibi ke pasar he-he," ujar bi Conte dengan tawa kecil nya.
"Sama-sama bi."
🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼
Jam menunjukkan pukul 8 malam.
Sambil mengisi waktu luang kini Renata tengah menonton televisi.
Keluar suara tawa nya secara tidak sengaja, ternyata yang ia tonton acara komedi.
Semakin lama ia semakin fokus hingga timbul lah rasa kantuk pada diri nya.
"Hoam....." Renata menguap seraya menutup mulut dengan tangan nya.
Ia pun berusaha menguatkan matanya untuk tetap tegar serta dilakukan nya sudah berulang kali.
Karena rasa kantuknya yang sudah menyebar dan semakin besar akhirnya ia pun menyerah dan tertidur dihadapan televisi yang masih menyala.
Saking lelah nya sedari ia pulang dari pasar Renata pun terlelap di waktu yang terbilang masih awal.
Ia pun menggerakkan badan nya mencari posisi yang nyaman untuk nya, sehingga secara tidak sengaja los piyama yang ia kenakan berukuran selutut akhirnya naik dan berjarak sejengkal di atas lutut.
Kini terlihat lah paha putih nan mulus miliknya, karena dirinya sudah terlanjur ke alam mimpi ia pun tidak menyadari akan hal itu.
Suara mobil terdengar berhenti di teras rumah, Henry keluar dari dalam mobil bergegas ia masuk kedalam rumah.
Ia pun sempat mendengar suara televisi yang sedang menyala pikir nya Renata masih belum tidur.
Henry melangkahkan kaki nya menuju ruang televisi sambil memanggil Renata,
"Renata kamu belum ti....."
Belum selesai ia bicara, tiba-tiba mata nya dikejutkan dengan pemandangan yang datang tak di undang.
Seketika ia menelan Saliva nya sebagai pria yang normal tentu saja ia cukup nafsu melihat paha putih nan mulus miliknya ditambah cara tidur nya menampilkan wajah cantik nya.
Dengan perasaan ragu-ragu serta sedikit takut ia pun menghampiri Renata.
"Renata!" panggil henry dengan volume suara yang kecil.
Tubuh Renata hanya merespon menggeliat tanpa membuka kedua matanya,
"Eemmpphhh...."
Alunan nada menggeliat Renata terdengar indah di telinga Henry sepasang matanya pun mulai mengamati ke seluruh tubuhnya. Seketika jantung nya berpacu dengan cepat, secara tidak sengaja junior milik Henry pun sudah mengaktifkan mode nya.
Wajar Henry seperti itu, apalagi ia seorang duda sudah pasti rindu akan hal keintiman karena sudah lama tak ia lakukan.
Secara tidak langsung dirinya seperti terkena sihir, kini jarak tubuh mereka saling berhadapan satu sama lain, perlahan ia mulai menggerakkan salah satu tangannya dan mengarahkan ke arah paha mulus milik Renata, ia mengelus paha Renata dengan lembut.
Sontak ia pun tersadar akan hal itu, segera ia hentikan pergerakan tangan nya,
"Astaga! Henry apa yang kau lakukan!" Ucap pada dirinya sendiri.
"Kau sudah gila!" gumam nya merasa bersalah.
Tanpa berpikir lama ia menggendong Renata untuk dibawa ke kamar nya, perlahan tubuhnya ia turunkan ke kasur tak lupa ia memberi selimut untuk menutupi sebagian tubuh nya.
Henry beranjak keluar dari kamar Renata, kemudian ia pun masuk kedalam kamar nya.
Malam itu ia bergegas membersihkan tubuh nya dan pikiran nya masih melayang akan pemandangan yang ia lihat tadi, untung saja ia masih bisa mengontrol nafsu nya dihadapan Renata, terpaksa malam ini ia harus menuntaskan ritual mandiri nya.
☘️☘️☘️☘️☘️
Pagi hari telah tiba, Renata bangun dari tidur nya sambil merentangkan kedua tangannya yang masih memejamkan sepasang matanya.
"Hoam....."
Perlahan ia mulai membuka matanya,
"Kenapa aku berada dikamar, bukankah semalam aku berada diruang televisi," ia memikirkan sejenak.
"Apa paman henry yang memindahkan ku kesini?"
"Jikalau itu terjadi malu sekali rasanya diriku, pasti paman sangat sebal akan kebiasaan tidur ku yang terkadang suka mengorok, atau mungkin bisa saja tanpa aku sadari air liur ku keluar dari mulut ku dan hal itu diketahui paman Henry. Akh !" pikir nya dengan raut wajah yang terkejut sambil mengacak-acak rambut nya.
Tak lama kemudian ia bergegas membersihkan diri setelah itu melakukan rutinitas nya di pagi hari.
Sarapan sudah siap dimeja makan, saat nya Renata melangkah kan kaki nya menuju kamar Henry.
Kebetulan Henry sedang menutup pintu kamar nya terlihat penampilan nya sudah rapi dengan pakaian kerja nya.
"Paman! Tumben sudah rapi. Paman mau berangkat kerja?" Panggil Renata pada nya sekaligus bertanya.
Henry sedikit terkejut mendengar suara renata dari arah belakang, dihadapan nya ia terlihat canggung hingga salah tingkah, kemudian Henry pun berusaha untuk bersikap biasa aja dihadapan nya.
"E--em-- iya," jawab nya agak gugup.
"Kalau begitu ayo sarapan dulu!" ujar Renata sambil menarik lembut pergelangan tangan Henry.
Sepasang mata henry tertuju kearah pergelangan tangan nya yang dipegang oleh tangan Renata.
Tak lama kemudian mereka sarapan bersama, kini sikap Henry dihadapan Renata agak aneh ia lebih memilih diam atas kejadian semalam, Renata tidak mengetahui hal tersebut ia pun bersikap seperti pada biasanya.
"Paman. Apa kau sedang tidak enak badan?" Tanya Renata padanya.
"Aa--em-- tidak," jawab nya terlihat gugup.
"Emm... Syukur lah! Oh iya. Terimakasih semalam paman sudah memindahkan ku ke kamar, soalnya kemarin aku menemani bi Conte ke pasar. Mungkin karena tubuh ku lelah tak sengaja aku ketiduran diruang televisi," sahut Renata dengan nada riang.
Mendengar penuturan kata dari Renata Henry terbengong dan memikirkan sesuatu,
'Kau sama sekali tidak benar-benar tidak tahu kejadian semalam Renata? Bahkan dengan lancang nya tangan ku sempat mengelus paha mu karena semalam diriku sempat tergoda,' gumam nya dalam hati.
"Paman!"
"Paman!"
"Paman!"
Renata memanggil nya berkali-kali karena ia melihat Henry yang sedang melamun.
"Eh-- iya," sontak Henry terkejut.
"Kenapa melamun? Apa yang paman pikirkan?" Tanya Renata dengan heran.
*Bersambung*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
nmnya Duren thor, ada aja lah. lanjut thor. visualnya thor kalau boleh
2021-12-29
1
Wie Yanah
wahh ... dagdigdug aq😂
2021-11-17
1
🌸 andariya❤️💚
lanjutkan thor semangat 💪
2021-11-13
3