Seperti yang dikatakan oleh nya, Henry akan pulang lebih awal dan mampir ke toko handphone.
Setiba disana, ia tampak bingung karena banyak sekali tipe dan model handphone pada toko tersebut, disela kebingungan nya seorang pramuniaga pun berjalan menghampiri nya.
"Permisi, Tuan. Ada yang bisa saya dibantu?" tanya pramuniaga tersebut dengan ramah.
Henry menoleh ke arah nya,
"Saya sedang mencari handphone, namun saya bingung karena handphone disini semua terlihat sangat menarik."
"Saya rasa handphone untuk Tuan, cocok yang ini. Dan kebetulan handphone ini keluaran terbaru," ujar seorang pramuniaga sambil menunjuk kearah handphone yang dituju.
"Baiklah! Kalau begitu saya pilih yang ini saja." Henry pun menuruti pilihan seorang pramuniaga.
Pramuniaga itupun segera mengambil handphone pilihan Henry dan membawa nya pada bagian kasir. Dari arah belakang Henry mengikuti pramuniaga tersebut guna untuk melakukan transaksi.
'semoga saja Renata menyukai handphone pemberian dari ku,' gumam nya sambil menenteng paper bag yang didalamnya berisikan sebuah handphone.
Setelah membelikan handphone, Henry pun meminta Joni untuk membeli makanan yakni berupa pizza dan spaghetti.
*****
Bi Conte sudah pulang dari rumah Henry sekitar 1 jam yang lalu, sekarang Renata terlihat sendirian didalam rumah Henry.
Tak lama kemudian Renata mendengar suara mobil dari luar teras rumah.
"Seperti suara mobil. Apa paman Henry sudah pulang?" tanya Renata pada dirinya sendiri.
Ia pun mengintip ke jendela yang ditutupi gorden,
"Iya. itu paman Henry."
Terlihat Henry keluar dari dalam mobil, lalu Renata bergegas melangkah ke arah belakang untuk mengambil segelas air yang akan diberikan kepadanya.
"Renata !!!!" Panggil henry.
Lalu Renata pun tiba didepan Henry sambil membawa segelas air,
"Iya paman."
"Kemari lah!" segera Henry duduk di atas sofa.
Renata pun duduk dihadapan Henry sambil menawarkan nya minum,
"Baik, Paman. Silahkan diminum dulu!"
"Terimakasih! Renata," Henry pun segera meneguk minumannya.
"Tumben sekali Paman sudah pulang?" Renata memulai pertanyaan.
"Ya. Hari ini pekerjaan Paman selesai lebih awal."
"Paman, sudah makan? Atau perlu ingin dibuatkan sesuatu?"
"Tidak usah, Renata. Paman tadi membeli makanan diluar pasti kamu belum makan, mari kita makan bersama," ajak Henry pada nya sambil membukakan beberapa makanan yang masih tertutup.
"Banyak sekali, Paman. Makanan nya!" mata Renata terbelalak.
"Kamu suka pizza dan spaghetti?" Tanya Henry.
"Kebetulan aku suka, Paman."
"Ya sudah, kalau begitu makanlah sampai kamu merasa kenyang," ujar henry sambil mengembangkan senyum.
"Oh iya! Paman tadi membelikan sesuatu untuk kamu," Henry menyerahkan sebuah paper bag pada Renata.
"Apa ini paman?" Tanya Renata raut wajahnya terlihat penasaran.
"Kamu buka saja," perintah Henry pada nya.
Renata mengikuti perintah Henry dan segera membuka nya cukup terkejut setelah ia melihat nya, "sebuah handphone. Paman membelikan ini untuk ku?" Renata masih belum percaya.
"Tentu saja untuk kamu. Memang nya untuk siapa lagi dirumah ini," seru Henry pada nya.
"Dilihat dari desain nya Seperti nya handphone ini keluaran terbaru dan harganya pun tidak murah," ujar Renata sambil mengamati.
"Kenyataannya memang ini yang Paman belikan khusus untukmu, Paman harap kamu menyukai nya," gumam Henry perasaan senang.
"Aku menyukainya, Paman. Terimakasih atas pemberian dari mu," ucap Renata dengan nada riang.
'ternyata benar apa yang dikatakan bi Conte paman Henry sungguh rendah hati,' ucap Renata dari dalam hatinya.
"Ayo! Kita lanjutkan lagi makan nya," sekilas Henry meraih potongan pizza.
"Baik, Paman," balas Renata sambil melahap pizza nya.
*****
Pagi itu sarapan yang dibuat kan oleh renata sudah tersedia dimeja makan, kali ini sikap nya sudah tidak canggung lagi karena ia tidak bisa terus-terusan seperti itu.
Apalagi menurut nya perlakuan Henry cukup baik terhadap nya, dan itu membuat dirinya lebih percaya diri dalam melakukan sesuatu.
Perdana hari ini, Renata memberanikan diri mengetuk pintu kamar Henry, guna untuk melakukan rutinitas aktivitas nya.
Tok....
Tok....
Tok....
(Ketukan suara pintu)
"Paman...."
Rupa nya didalam sana Henry sedang menyisir rambutnya, karena ia sudah bangun dari tidur nya sekitar 30 menit yang lalu.
"Ya, Renata. Silahkan masuk!" jawab Henry.
Renata membukakan pintu dan melihat Henry yang tengah berdiri di depan cermin,
"Ternyata Paman sudah bangun lebih dulu, tadinya aku ingin membangunkan Paman."
"He-he-he tapi sayang nya kamu tidak bisa membangunkan Paman," ucapnya sedikit nada tertawa.
Henry berjalan ke arah Renata,
"Kamu pasti sudah menyiapkan sarapan, kalau begitu ayo kita sarapan bersama" ajak nya.
"Paman tahu saja," balas Renata sambil menahan tawa.
Akhirnya Henry menarik lembut tangan Renata menuju ke arah meja makan untuk segera sarapan bersama.
Pada teras rumah, Henry sedang siap-siap untuk berangkat berkerja. Baru saja ia melangkahkan kaki nya tiba-tiba dari arah belakang Renata memanggil nya.
"Paman.... Tunggu...."
Henry menoleh ke arah renata yang sedang melangkah kearah nya sambil membawa kotak makan berukuran sedang.
"Ya, Renata. Ada apa memanggil Paman?"
"Sengaja tadi aku buatkan bekal makan siang nanti untuk Paman, selama aku disini aku tidak pernah melihat paman membawa bekal makan dari rumah," ucap Renata dengan perhatian nya.
Henry menatap dalam wajah Renata dan terdiam sejenak, ia tidak menyangka bahwa gadis ini diam-diam begitu memperhatikan dirinya.
"Ini, Paman. Jangan lupa dimakan ya!" Sambung Renata sambil menyerahkan bekal makan siang pada salah satu tangan Henry.
Wajah Henry terlihat sangat canggung menerima bekal makan siang dari Renata,
"Te... Terimakasih, Renata. Kalau begitu Paman berangkat kerja dulu."
"Baiklah. Hati-hati, Paman!" senyum indah terlukis pada wajah Renata.
Henry segera masuk kedalam mobil, tak lupa ia menyuruh supir nya yang bernama Joni untuk segera melajukan mobil nya.
Setelah mobil itu hilang dari hadapannya Renata kembali masuk kedalam rumah dan segera menutup pintu.
****
Henry sudah berada di ruangan kerja nya, seketika pikiran nya tertuju pada Renata sambil mengamati bekal makan siang pemberian darinya.
"He-he- ternyata sikap gadis itu sungguh manis sekali. Aku tidak menyangka diam-diam dia memperhatikan ku sampai repot-repot membuatkan bekal untuk ku," gumam Henry dengan tertawa kecil.
"Dan beberapa hari ini aku perhatikan dia pun rutin menyapa ku setiap aku pulang kerja. hmm! Renata tak ku sangka gadis seperti mu memiliki rasa peduli terhadap orang sekitar, aku benar-benar tak salah menilai menganggap mu sudah seperti keponakan ku sendiri."
Disaat Henry sedang membayangkan kebaikan Renata tiba-tiba ia dikejutkan dengan kedatangan Tom, hal itu sungguh membuyarkan lamunan manis nya.
"Kau ini, bisa tidak sih datang ketuk pintu terlebih dulu," ucap Henry dengan nada sedikit kesal.
"Tidak bisa he-he-he! Karena sudah terbiasa," Tom memberi tawanya.
"Ada perlu apa kamu kesini?" Tanya Henry langsung pada intinya.
"Aku kesini ingin mengajak mu makan siang di cafe. Ya, sambil kita ngobrol santai tentang bisnis kita masing-masing," seru Tom.
"Maaf aku tidak bisa. Lebih baik kamu ajak Jerry saja," Henry menolak ajakan Tom.
"Lho kenapa?" Tanya nya heran.
"Tadi Renata sengaja membuatkan bekal makan untuk ku, jadi aku tidak bisa makan diluar bersama mu," perjelas Henry senyum nya menandakan arti kemenangan.
"Hah! Renata membuat makan siang untuk mu?" Mata Tom melotot seakan tak percaya.
Balasan Henry hanya mengangguk ia pun masih menatap Tom yang lucu dengan ekspresi nya.
"Seperti nya aku mulai mencium bau-bau asmara," ujar Tom yang menduga sambil senyum-senyum.
"Jangan sembarangan! Jaga ucapan mu! Aku menganggap nya sudah seperti keponakan ku sendiri begitu pun sebaliknya, sebelumnya aku sudah pernah bilang kepada mu harus ku katakan berapa kali sih agar kamu paham," Henry sedikit mengomel.
Tom pun diam sejenak dan menerima kekalahan nya,
"Mmm--- Ya... Ya... Ya... Bagus lah kalau seperti itu. Biasa saja kali sikap mu! Aku kan hanya menduga."
Henry mengalihkan pandangannya ke arah lain kemudian Tom mendekat dan membisikkan sesuatu pada telinga nya,
"Lagian kalau pun benar aku setuju saja. Dan kapan lagi kamu mendapatkan daun muda yang masih segar," ejek Tom dan segera berlari dari hadapan Henry.
"Hei! Tom! Awas kamu ya, tunggu pembalasan dari ku," Henry kembali memarahi Tom ia pun tidak peduli suara nya sangat terdengar begitu kencang di seluruh ruangan nya. Seketika Tom hanya tertawa melihat ekspresi Henry.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
ya semoga aja mrk berdua di persatukan y thor, biar ngk zina soalnya 1 rmh
2021-12-29
1
Neng Sulastri
suka crita nya,
2021-12-06
1
Wie Yanah
lma kli si tuan muda nongol thor heheee🙏💪🥰
2021-11-17
1