"Saya adalah orang yang membawa anda ke rumah sakit ini, Nona," balas Henry sambil menatap wajah renata yang terlihat kacau.
"Terima kasih Paman sudah membawa saya ke sini," ucapnya sedikit nada lemas.
"Sama-sama," balas Henry dengan sedikit senyum.
"Kalau boleh tahu siapa nama Nona?"
"Panggil saja aku Renata."
"Hem... Renata nama yang bagus. Kira-kira berapa usiamu?"
"Usiaku saat ini menginjak 22 tahun, lalu nama Paman siapa?"
"Namaku Henry."
"Bolehkah aku memanggilmu paman Henry?"
"Tentu saja boleh Renata," balas Henry dengan tersenyum di bibir.
Tiba-tiba wajah Renata kembali terlihat sedih, Henry pun mengetahui nya dan mulai bertanya kepada nya.
"Ada apa dengan wajahmu dan kenapa terlihat sedih seperti itu?"
"Aku masih belum terima sepeninggal Ayahku, Ibuku serta Adikku, Paman kenapa mereka pergi secepat itu meninggalkan ku sendirian di dunia ini!" Ratap Renata dan tak kuasa menahan kesedihannya membuat tangis nya pecah dihadapan Henry.
Henry turut prihatin dan merasa iba kepada Renata, ia pun berusaha menenangkan dirinya kembali.
Entah karena merasa berduka, Henry yang tadi nya dibelakang Renata kini memeluk Renata dengan haru. Renata pun tidak keberatan dipeluk oleh nya karena terlanjur tak ada bahu untuk ia bersandar selain Henry di hadapan nya.
"Paman mengerti tentang kesedihan yang kamu alami saat ini," Henry menenangkan dengan cara mengelus punggung Renata, tak ada maksud apapun ia hanya sekedar meredakan kesedihan Renata.
"Cuma mereka yang aku miliki di dunia ini, paman. hiks... Hiks... Hiks... Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi!" Renata menitikkan air matanya.
"Paman turut berduka cita atas yang menimpa mu. Kamu tak usah khawatir, jika kamu tidak keberatan kamu bisa tinggal bersama dengan Paman. Kebetulan dirumah ku hanya ada diriku saja serta ada asisten rumah tangga yang selalu membantu keperluan ku," pinta Henry pada Renata seraya menawarkan.
Renata melepas pelukan nya dari Henry dan terdiam sejenak.
"Kau tak perlu takut Paman ini bukan lah orang jahat," ucap Henry meyakinkan Renata.
"Terimakasih Paman atas semua bantuan mu," Renata mulai mengusap pipi nya yang basah karena air mata.
Henry cukup tenang karena Renata sudah tidak bersedih lagi. Akhirnya ia pun meminta kepada Renata untuk segera masuk ke ruangan nya, karena hari sudah sore dan udara tidak bagus untuk masa pemulihan nya.
Sesampai nya di ruangan Renata, Henry membantu nya untuk membaringkan tubuh nya di atas brankar.
"Sebaiknya kamu istirahat lah dahulu dan tenangkan pikiran mu, jika kamu perlu bantuan bisa panggil saja Paman, dan Paman akan duduk di sofa sana sambil menemani mu," Henry nampak nya sudah perhatian terhadap Renata.
"Terimakasih, Paman. Maaf sudah merepotkan mu," balas Renata yang tak enak hati.
"Tenang saja Paman merasa tidak di repot kan oleh mu," seru nya dengan mengembangkan senyum.
**
**
Satu minggu sudah Renata berada dirumah sakit kini keadaan nya sudah cukup membaik baik fisik maupun mental.
Renata pun sudah di perbolehkan pulang oleh dokter yang menangani nya.
Di sela kesibukan pekerjaan nya Henry tetap menyisihkan waktu untuk sekedar mengunjungi Renata. Ia sama sekali tidak terbebani dengan ada nya persoalan itu.
Tepat hari ini, Henry membawa Renata untuk tinggal bersama dirumah nya. Awalnya Renata menolak karena takut merepotkan Henry, namun karena Henry tahu Renata sudah tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini maka ia memutuskan untuk tinggal bersama dengannya. Karena dirinya masih belum berani pulang kerumah nya, akhirnya Renata menerima tawaran dari Henry.
Di tengah perjalanan Henry menelepon asisten rumah tangga nya untuk segera membereskan dan menyiapkan kamar untuk Renata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
thor henry bukan om senang kan, ksian renata udh yatim piatu soalnya
2021-12-29
1
Wina Wien
ini henry baik banget gak kenal tp mau bertanggungjawab dan menolong👍👍👍
2021-12-14
2
Ufuk Timur
kok aku sedih baca 3 eps awal😭😭
2021-12-03
1