Ayam mulai berkokok sinar mentari sudah tidak ragu-ragu masuk ke permukaan bumi.
Renata tidak bisa terus-terusan merasa canggung dan kikuk terhadap Henry, maka tanpa disuruh Renata mulai berinisiatif menyiapkan sarapan untuk nya.
Sarapan sudah siap di hidangkan untuk mereka, kali ini Renata mencoba memasak nasi goreng serta sosis bakar.
Pintu kamar Henry terlihat masih terkunci Renata masih belum berani untuk mengetuk nya, karena ia tak ingin mengganggu Henry dari tidur nya. Apalagi semalam ia mengetahui Henry pulang tengah malam.
30 menit kemudian Henry keluar dari kamar nya dengan mengenakan kaos ketat serta celana bahan selutut.
Berhubung kamar mereka bersebelahan, Henry mengetuk kamar Renata ia tidak tahu bahwa Renata sudah bangun sedari tadi.
Tok...
Tok...
Tok...
"Renata, apa kamu sudah bangun?" Panggil nya dengan lembut.
Namun tak ada jawaban dari nya, kemudian ia berusaha mengetuk kembali.
Tok...
Tok...
Tok...
"Kok masih diam," gumam nya
"Maaf, Renata. Paman masuk ya ke kamar mu!" Rupa nya Renata tak ada didalam kamar.
'Kemana pergi nya dia,' gumam nya lagi.
"Paman mencari ku?" Ucap Renata secara tiba-tiba dan membuat Henry terkejut.
"Astaga! kamu bikin kaget, Paman. Kamu dari mana saja?"
"Aku baru saja dari luar Paman, sedikit menghirup udara segar. Oh iya! Aku juga sudah menyiapkan sarapan untuk paman."
"Duh! Renata kamu itu rajin sekali. Paman jadi tidak enak sama kamu," Henry terlihat kagum atas perlakuan Renata.
"Kenapa jadi Paman yang merasa tidak enak harus nya aku lho!" canda Renata pada nya.
"He-he-he Ya sudah, kalau begitu kamu pasti belum sarapan. Ayo! Kita sarapan bersama," ajak Henry pada Renata.
Henry POV
Sudah beberapa hari ini Renata rajin sekali membuat sarapan untuk ku padahal aku sama sekali tidak menyuruh nya.
Mungkin alasan ia seperti itu merasa tidak enak terhadap ku, karena sudah ku beri tempat tinggal serta biaya hidup nya.
Jujur aku pun menyukai sarapan yang ia buatkan untukku, rasa nya pun sangat nikmat di lidah.
Hal kecil seperti ini saja sudah membuat ku kagum terhadapnya, apalagi jika ia sering memberi perhatian padaku. Entah lah jika itu terjadi, Aku tidak tahu respon diriku seperti apa.
Tapi jujur aku ingin sekali mendapat perhatian lebih dari seseorang yang spesial dalam hidup ku, apakah aku masih pantas mendapatkan nya? sedangkan usia ku saja hampir setengah abad. Seperti nya itu hanya angan-angan belaka. Renata nama gadis manis nan anggun itu! Aku sama sekali tidak ada kepikiran untuk mendapatkan hati nya karena ia sudah ku anggap seperti keponakan ku.
Oh Tuhan!
jika kau berkenan bukakanlah pintu hati ku untuk mendapatkan teman hidup ku, sesungguhnya aku sangat lah kesepian tanpa wanita menemani disisi ku.
****
Tepat disebuah pergudangan kelapa sawit nampak nya Henry sangat sibuk, bagaimana tidak hampir setiap hari ia kebanjiran order.
Ia pun mulai menghitung kembali kesediaan stok yang ada, ternyata jumlah nya masih aman dan tercukupi.
Jika sudah seperti ini maka ia pun tidak sungkan untuk memberikan bonus tambahan pada seluruh karyawannya. Karena bagaimanapun juga berkat mereka lah usaha Henry bertambah maju dan meraih keuntungan yang cukup.
Henry menyuruh salah satu karyawan nya untuk memanggil Joni, agar Joni datang keruangan nya, tak lama kemudian Joni tiba di ruangan nya.
"Ada apa! tuan Henry memanggil saya?" tanya nya dengan sopan.
"Nanti saya ingin pulang lebih awal. Setelah pulang dari sini tolong antar kan saya ke toko handphone, karena saya ingin membelikan handphone untuk Renata," ujar Henry yang masih terduduk pada kursinya.
"Baik, Tuan. Ada lagi yang bisa saya bantu?"
"Itu saja. Sekarang kamu boleh keluar dari ruangan saya!" ucap nya dengan sedikit nada tegas.
Dengan sopan Joni pun beranjak undur diri dari hadapan Henry.
***Disisi lain***
Jam menunjukkan pukul 3 sore terlihat bi Conte sedang beristirahat dari pekerjaan nya sambil menonton televisi.
Sementara itu dengan perasaan masih canggung Renata keluar dari kamar nya, tak sengaja bi Conte melihat nya dan menawarkan Renata untuk menonton televisi secara bersamaan.
"Sini, Non! Kita nonton televisi bersama," ucap bi Conte.
"Lagi nonton acara apa, Bi?" Renata mulai bertanya.
"Biasa, Non. Bibi suka nonton drama Korea," seru bi Conte sambil sedikit tertawa.
"Tak ku sangka ternyata Bibi suka drama Korea," sahut Renata.
"Iya, Non. Selain pemeran nya cantik dan tampan cerita pun tak kalah seru, Non."
"Emmm--- Begitu ya, Bi."
"Oh iya! Nona Renata membutuhkan sesuatu ingin dibuatkan jus atau cemilan?" bi Conte menawarkan bantuan kepada Renata.
"Tidak perlu, Bi. Renata hanya ingin mengobrol saja sama bibi."
"Ya sudah! Kalau begitu. Jika perlu sesuatu bilang saja ya, Non."
"Siap Bi! ujar Renata dengan mantap.
"Kalau boleh tau Bibi sudah berapa lama kerja dirumah paman Henry?"
"Sudah 3 tahun, Non," balas bi Conte.
"Lama juga ya, Bi."
"Begitu lah, Non! Selama ini tuan Henry sudah seperti kakak bibi sendiri, bukti nya kedua anak bibi yang masih sekolah biaya nya tuan Henry yang tanggung."
"Baik sekali ya, Bi. paman Henry!" Renata merasa kagum atas kebaikan Henry.
"Kalau soal uang memang Tuan tidak pernah hitung-hitungan, Non. Tapi sayang nya orang sebaik dia menurut bibi dia terlihat kesepian" ucap bi Conte penuh arti.
"Kesepian bagaimana, Bi? Dia pun pernah bilang padaku kalau status dia itu duda anak satu. Apa benar itu, Bi?" Tanya Renata yang terlihat penasaran.
"Benar itu, Non. Tapi selama bibi berkerja disini bibi tidak pernah tahu seperti apa wajah anak nya, berjenis kelamin laki-laki atau perempuan."
"Aneh juga ya, Bi. Biasanya kalau pun sudah bercerai yang namanya ikatan anak dan orangtuanya itu harus saling terjaga," Renata makin dibuat penasaran.
"Entah lah, Non. Bibi juga tidak tahu, yang jelas Tuan itu orang nya agak tertutup, menurut bibi Tuan memang terlihat kesepian cuma ia pandai menyembunyikan sesuatu supaya orang terdekat nya tidak ingin mengkhawatirkan nya."
"Kalau pun merasa kesepian kenapa paman Henry tidak menikah saja lagi, Bi?"
Lagi-lagi bi Conte mendapat pertanyaan yang mengejutkan dari Renata, sehingga secara tidak sengaja ia harus menceritakan kembali tentang Henry.
"Entah lah, Non. Padahal Tuan salah satu orang yang mudah bergaul baik kalangan pria maupun wanita. Bahkan tidak sedikit wanita untuk mendekati Tuan tapi tetap saja sikap Tuan biasa saja terhadap nya."
"Oh seperti itu ya, Bi. Semoga saja paman Henry tidak kesepian lagi ya, Bi!" ujar Renata dengan kepolosan nya.
"Ya, Non. Semoga saja!"
Perbincangan mereka pun akhirnya berakhir, selain drama Korea nya selesai, bi Conte pun beranjak pergi kearah dapur untuk menyelesaikan pekerjaan nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
anggita
renata.,,👌👏
2021-11-22
0
Wie Yanah
lg kuliah kah ank'y thor😂😂😂🙏💪🥰
2021-11-17
1
Lenkzher Thea
saya mampir thor bawa 7 like dulu+favorit
2021-11-14
1