Tepat pada malam ini Henry dan Renata akan mengunjungi ke acara Jerry dan acara tersebut akan diselenggarakan di gedung pertemuan yang cukup mewah.
Khusus malam ini, Henry terlihat sangat gagah dengan setelan tuxedo yang dikenakan nya terpancar jelas aura kharisma nya.
Begitu pula penampilan Renata cukup menawan dan elegan, mengenakan gaun panjang berwarna nude serta memamerkan bahu nya yang terlihat mulus tak lupa bentuk rambut Curly nya ditata rapi sedemikian rupa.
'Tap'
'Tap'
'Tap'
Renata melangkah ke arah ruang tamu rupa nya Henry sudah berdiri disana.
Ia menoleh setelah telinga nya mendengar suara heels Renata, seketika raut wajah nya tercengang melihat penampilan Renata pada malam ini.
Sorot matanya melirik dari atas sampai bawah hasilnya sungguh sempurna bagaikan peri dari dalam dongeng.
Begitu pula dengan Renata, menurut nya malam ini Henry berbeda dari sebelumnya ia pun tak ragu mengatakan nya secara langsung.
"Paman, apakah ini sungguh kau?" Tanya Renata tak percaya.
"Jelas ini Paman, memang nya kenapa?"
"Tampilan mu malam ini sangat berbeda, Paman. Kau terlihat sangat berkharisma tik dan juga cukup tampan." Renata memuji dengan kepolosan nya.
Henry tak percaya Renata berani memuji dirinya secara langsung, apalagi sampai bilang bahwa dirinya tampan.
Hampir tak kuasa merasakan senang serta bangga setelah Renata mengatakan itu rasa nya ingin terbang melayang seperti iron man.
"Sungguh? Benarkah? Paman jadi malu. Karena tak pantas rasanya diusia ku yang hampir menginjak kepala 5 mendapatkan pujian seperti itu."
"Semua orang berhak mendapat pujian dari siapapun, Paman!" Seru Renata dengan senyum manis nya.
Sorot mata Henry menatap Renata begitu dalam dan penuh arti,
'Penampilan mu juga malam ini sangat luar biasa, hingga sorot mataku saja tak ingin berkedip sedikit pun saat memandang mu. Rasanya aku tidak rela jika orang di luaran sana mengagumi keindahan dirimu.'
Henry menawarkan salah satu lengan nya pada Renata, tanpa rasa keberatan tangan Renata segera menggandeng lengan milik Henry.
Kini tinggi mereka hampir sejajar dan mereka pun terlihat seperti pasangan serasi.
••••••
••••••
Mereka sudah tiba di acara Jerry, Henry dan Renata turun dari dalam mobil yang telah kendarai oleh Joni, dari arah kejauhan Jerry dan istrinya sedang menyambut para tamu yang telah hadir.
Lalu mereka berjalan secara bersamaan melangkah ke arah Jerry.
"Selamat. Jer. Semoga bisnis mu lancar dan selalu maju." Henry memberi ucapan selamat pada Jerry.
"Terimakasih sobat atas doa nya. Hen, apakah dia Renata?"
"Ya, dia Renata. Renata kenalkan ini nama nya paman Jerry dia salah satu rekan bisnis sekaligus sobatku."
Henry mulai memperkenalkan Renata pada Jerry dan istrinya dengan berjabat tangan,
"Renata...." Ucap nya dengan senyum.
"Panggil saja paman Jerry."
Disaat Renata sedang berjabat tangan dengan istri Jerry, terlihat Jerry membisikkan sesuatu pada henry dengan ejekan nya,
"Dia terlihat cantik. Apakah kau yakin tidak naksir dengan nya he-he-."
"Diam lah kau! Jangan bertindak bodoh di acara mu sendiri." Henry membalas dengan bisikkan nya.
Jerry kembali pada posisi semula nya lalu ia mempersilakan Henry dan Renata untuk masuk kedalam gedung.
Acara tersebut terlihat sangat megah dan cukup mewah ini pertama kali nya Renata mengunjungi nya tak heran jika dirinya merasa canggung.
Tangan Renata sudah tidak lagi menggandeng lengan henry, kini posisi nya terlihat biasa namun tetap berdampingan.
Tidak sengaja tangan kiri Henry menyentuh jari-jari Renata, rupanya jari-jari Renata terasa dingin.
"Kenapa jari mu terasa dingin, apakah kau merasakan sesuatu pada tubuh mu?" Tanya nya agak cemas.
Renata agak malu mengatakannya,
"A-anu, Paman. Jujur saja ini pertama kalinya aku datang ke acara seperti ini jadi aku merasa canggung."
Henry tertawa setelah mendengar penuturan kata darinya menurut nya itu cukup lucu,
"He-he-he kau ini ada-ada saja. Kalau begitu aku yang akan menggenggam jari mu supaya kamu tidak merasa canggung lagi."
Jari mereka saling menggenggam satu sama lain.
Rupanya Renata merasakan kehangatan pada jari-jari tangan milik Henry seakan ia tak ingin melepaskan nya begitu saja.
Dari arah berlawanan Tom menghampiri mereka,
"Hai! Henry..." Sapa nya.
"Eh-hai juga, Tom."
"Tepat dugaan ku akhirnya kau datang juga dengan nya." Sekilas tom melirik kearah Renata sambil menggoda Henry dengan tiba-tiba.
Henry mengalihkan pembicaraan konyol dari Tom dengan mengenalkan Renata kepada nya, karena sebelumnya Tom belum tahu jelas sosok Renata.
"Renata..." Ujar nya yang tampak malu sambil berjabat tangan ke arah Tom.
"Panggil saja aku paman Tom." Sahut nya.
Kemudian Henry menanyakan sesuatu pada tom,
"Kau datang sendiri. Dimana anak dan istri mu?"
"Kebetulan hari ini mereka sedang liburan diluar kota."
"Emm... Begitu rupanya."
Lalu Tom mengajak mereka ke lain arah agar mereka bisa mencicipi aneka makanan yang telah dihidangkan.
Renata dan Henry hanya mengambil orange jus saja karena perut mereka masih terasa kenyang.
"Ehemm! Rupa nya kalian ini tampak kompak y !" Celetuk Tom.
Respon Henry dan Renata hanya saling tatap terlihat wajah mereka tampak malu-malu.
"Kenapa memang nya kau iri ya!" Ejek Henry pada tom.
"Huh! Sembarangan kau, Hen. Aku juga mau dong minuman nya samaan dengan Renata."
"Tidak boleh. Hanya aku saja yang boleh samaan dengan nya."
Renata hanya tertawa kecil melihat aksi kocak mereka.
Tom dikejutkan dengan bunyi suara handphone yang terdapat disaku celana milik nya, perlahan arah Tom menjauh dari mereka agar suara panggilan masuk nya terdengar dengan jelas ditelinga nya.
Kemudian Henry mengajak Renata untuk berpindah posisi dan Renata pun membuntuti tepat posisi nya dibelakang Henry.
Suasana didalam area tersebut semakin malam semakin ramai karena banyak pula tamu yang berdatangan, tanpa sengaja tiba-tiba tubuh Renata tersenggol oleh sosok pria.
"Awww....." Renata berteriak kecil dan mengatur keseimbangan tubuh nya agar tidak terjatuh.
Mendengar teriakkan kecil Renata, Henry menoleh kearah nya ingin segera ia menopang nya namun sayang, ia terlambat.
Hap...
Segera pria tersebut menopang tubuh Renata agar tidak terjatuh.
Pemandangan tersebut terasa tidak enak dilihat oleh Henry yang berada didekat nya segera ia menjauhi topangan pria tersebut lalu digantikan posisi oleh nya.
"Kau tidak tahu ada wanita. Harus nya kalau jalan lihat baik-baik." Omel Henry pada pria tersebut tak peduli orang sekitar melihat ke arah nya.
"Maaf! sungguh saya tidak tahu." Ucap pria tersebut sambil menundukkan posisi nya.
"Sstt... Paman bicara nya jangan keras-keras nanti malu dilihat banyak orang." Ujar Renata dengan nada yang pelan.
"Apa kamu tidak apa-apa, Renata." Henry terlihat posesif.
"Aku baik-baik saja, Paman."
Kini pria tersebut mengembalikan posisinya seperti semula lalu sorot matanya mencermati wajah Renata,
"Renata...! Apakah nama mu Renata ethelyne?" Tanya pria tersebut dengan dugaan nya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Sedang Bertapa
like lanjut
2021-12-26
1
🌸 andariya❤️💚
semangat kak 💪
2021-11-30
3
🌸 andariya❤️💚
siapa kah laki² itu🤪
2021-11-30
3