Berbunga hati Henry

"Aa--em-- tidak ada. Kalau begitu paman pergi berkerja dulu," Henry menyelesaikan sarapan nya hingga meninggalkan sisa.

Henry berlalu begitu saja dihadapan Renata, sementara wajah Renata tampak bingung melihat Henry yang sedang terburu-buru dan sikap nya yang aneh.

"Tidak biasa nya sikap paman aneh seperti itu," ujar Renata dengan pelan ia pun kembali menyantap sarapan nya yang belum selesai.

Di teras rumah, Joni sudah standby. Tak lama datang lah Henry segera ia masuk kedalam mobil, setelah tuan nya berada didalam mobil Joni pun mulai melajukan mobilnya.

Entah karena sengaja atau tidak sengaja hari ini Henry tidak membawa bekal makan siang buatan Renata, karena saking terburu-buru nya ia pergi begitu saja.

Saat itu terlihat Renata sedang duduk bersantai di teras rumah sambil memainkan handphone nya.

Kemudian datang lah bi Conte dan menyapa Renata,

"Pagi nona Renata."

"Pagi juga bi," jawab Renata dengan ramah.

Setelah itu bi Conte melangkahkan diri nya ke arah belakang rumah.

Seperti biasa ia melakukan rutinitas nya mulai dari menyapu dan mengepel lantai, mencuci pakaian, setrika baju, dan masih ada lagi yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Sudah hampir 3 jam bi Conte menyelesaikan setengah pekerjaan nya dan sisa nya ia akan lanjutkan pada menjelang sore hari.

Saking haus nya Renata beranjak ke dapur untuk mengambil minum,

Gleg...

Gleg...

Gleg...

Kemudian mata nya tertuju dan terkejut melihat kotak bekal makan siang yang masih utuh.

"Ya ampun! kenapa aku bisa lupa," ia menepuk jidat nya dengan mendengus kesal.

Tiba-tiba bi Conte menghampiri Renata,

"Ada apa, Non?" Tanya nya.

"Aku lupa membuat kan bekal makan siang bi untuk paman Henry. Soalnya tadi dia terlihat buru-buru," balas nya dengan pasrah.

"Duh! pasti dia mengira aku sengaja tidak membuatkannya, Bi. Aku jadi tidak enak hati sama paman," raut wajah renata terlihat murung.

Ini pertama kalinya Henry tidak membawa bekal makan siang, dan itu membuat Renata gelisah karena selama ini ia tak pernah absen membuatkan bekal untuk nya.

"Ya sudah, Non. Jangan murung seperti itu. Pasti tuan akan memaklumi kok," ucap bi Conte dengan menenangkan.

"Kalau begitu biar aku antar kan saja deh bi ke tempat kerja paman. Apa bibi tahu alamat nya?"

"Tahu, Non. Nona beneran ingin ke sana?"

"Iya, Bi. Habis aku merasa tidak enak," ujar Renata yang masih terlihat murung.

Lalu bi Conte melirik ke arah jam dinding,

"Masih ada waktu 45 menit, Non. Kalau begitu bibi bantu buatkan makanan nya ya!"

"Ah- baiklah bi," sahut Renata dengan mantap.

Mereka pun mulai membuat kan bekal untuk Henry. saking mengejar waktu mereka memasak makanan simpel mulai dari menu spaghetti, beberapa potong nagget ayam dan sosis goreng tak lupa sayur dan beberapa potongan buah.

Bekal makan siang sudah siap, kini Renata bergegas ke kamar untuk mengganti baju.

Taksi online sudah menunggu diluar rumah,

Renata pun keluar dari rumah tak lupa ia pamit pada bi Conte.

"Aku pergi dulu ya, Bi," sahut nya.

"Iya, Non. Hati-hati ya, Non."

'perhatian sekali nona Renata terhadap tuan' gumam bi Conte dalam hati nya.

Renata melangkah kan kaki nya menuju taksi online dan masuk kedalam nya.

"Kita pergi sesuai dengan alamat tujuan ya pak."

"Baik, Nona," ujar supir taksi online.

🌺🌺🌺🌺

Akhirnya Renata sampai ditempat kerja Henry, yang terlihat bukan lah seperti kantor pada umum nya apalagi kantor menjulang tinggi, tapi terlihat seperti pergudangan yang luas dan tertata rapi serta bersih.

Kebetulan jam istirahat sudah tiba, cukup banyak orang-orang sekitar dan saling memperhatikan ke arah Renata.

Mungkin karena Renata baru pertama kali memasuki tempat ini hingga ia menjadi pusat perhatian orang sekitar, Renata tampak risih namun ia tidak memperdulikan hal itu.

Kemudian Renata mencoba bertanya pada salah satu orang untuk menunjukkan ruang kerja Henry,

"Maaf, pak. Saya ingin bertanya apa bapak tahu ruang kerja pak Henry?" Tanya nya.

"Iya. Saya tahu, Nona. Apa perlu saya antar kan?" Orang tersebut berbalik tanya.

"Boleh," ucap Renata sambil mengikuti dibelakang nya.

Tak jauh dari arah nya, dari luar Henri sedang menutup pintu ruangan nya.

"Nona, itu tuan Henry," orang tersebut sambil menunjuk ke arah Henry.

"Oh! kalau begitu terimakasih ya pak," ujar Renata dengan ramah kemudian orang tersebut pergi dari hadapan nya.

"Paman Henry!" Panggil Renata dari kejauhan.

Merasa ada yang memanggil diri nya ia pun menoleh,

"Renata," ucap nya sambil tengok kanan dan tengok kiri.

Renata menghampiri nya, lalu Henry mulai bertanya pada nya,

"Ada apa kamu kesini?"

"Aku kesini membawa bekal makan siang untuk paman. Maaf ya paman tadi aku lupa membuatkan nya habis paman terlihat buru-buru," celoteh Renata.

"Kalau begitu ayo masuk ke ruangan paman,"

ujar henry sambil membuka pintu dan mempersilahkan Renata untuk masuk.

Henry menyuruh Renata untuk segera duduk, terdapat disana sepasang sofa berukuran sedang dan satu meja.

"Kamu tahu alamat kerja paman dari siapa?" Henry memulai pertanyaan.

"Dari bi Conte."

"Seharusnya kamu tidak perlu repot-repot kesini."

"Aku sama sekali tidak direpotkan," ujar Renata dengan mantap sambil membuka beberapa kotak makan.

'kau sangat perhatian sekali dengan ku renata, setiap hari aku selalu dibekali makan oleh mu. Bahkan hari ini aku sengaja untuk tidak membawa nya karena kejadian yang semalam masih kepikiran di otak ku,' dalam hati Henry berkata

"Kamu pasti belum makan, kalau begitu kita makan bersama," ajak Henry padanya.

"Tidak, Paman. Kau saja yang makan kalau kita makan berdua nanti kamu tidak kenyang," Renata menolak.

"Tidak ada penolakan. Kalau kamu tidak mau paman marah sama kamu," ancam Henry sambil menahan senyum.

"Baiklah! Paman," ucap Renata dengan pasrah.

Beberapa menit kemudian mereka menyelesaikan makan siang nya, makan siang yang dibawa Renata habis tak tersisa.

Seketika itu Renata memandangi permukaan wajah henry ia tampak puas Henry melahap makanan nya. Ia pun melihat sesuatu yang menempel pada bibir nya segera lah ia mengambil 1 lembar tissue yang berada di atas meja.

"Maaf. Paman bibir mu terlihat ada bekas saus, sini biarlah aku yang bersih kan."

Henry menuruti permintaan Renata kini jarak mereka hanya 1 jengkal, perlahan Renata mengelap bibir henry dengan tissue.

Ia pun menatap wajah Renata begitu dalam pandangan mata nya menelusuri area bibir terlihat disana bentuk nya sangat menarik ditambah warna pink yang alami lalu turun ke leher nya yang jenjang nan terlihat putih bersih.

"Sudah selesai. Paman," ujar Renata dengan senyum manis nya.

Tersentak pandangan Henry beralih ke lain arah,

"Te-terimakasih," balas nya agak kaku.

"Sama-sama."

Dengan memberanikan diri Henry melontarkan pertanyaan,

"Renata, apa semalam tidur mu nyenyak?"

"Sangat nyenyak paman. Bahkan aku saja tidak tahu tiba-tiba diriku sudah ada di kamar."

"Memangnya kenapa, Paman?" Renata berbalik tanya.

"Tidak ada!" Jawab Henry dengan singkat.

"Hemm...." Dengan kepolosan Renata respon nya hanya mengangguk.

'maafkan aku Renata, aku sudah berbuat lancang. Jika kau tahu akan hal ini kau sudah pasti akan menjauhi ku dan aku belum siap menerima itu semua, jujur untuk saat ini aku sangat membutuhkan diri mu hari-hari ku menjadi berarti semenjak kedatangan dirimu,' ucap Henry penuh arti dalam diri nya.

"Aku pamit pulang dulu ya, Paman," gumam Renata yang tengah berdiri.

"Kamu pulang dengan siapa?" Tanya nya khawatir.

"Sendiri, dengan taksi online."

Kemudian Henry mengambil dompet disaku celana nya ia mengambil uang pecahan 100 Dollar sebanyak 5 lembar dan menyerahkan nya kepada Renata.

"Ini untuk mu. Joni ada kerjaan diperkebunan yang tidak bisa ditunda, sementara paman harus menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai. Dan kamu setelah dari sini harus segera pulang jangan kemana-mana,"

berderet perhatian ia lontarkan pada Renata, karena Henry tidak ingin kecantikan wajah Renata dilihat banyak orang tanpa sepengetahuan nya kecuali jika mereka pergi sedang pergi bersama.

"Aku rasa paman memberi ku uang yang cukup banyak, apa ini tidak kelebihan paman?" Tanya Renata yang menatap beberapa lembar uang di tangan nya.

"Tidak sama sekali. Sisa uang nya bisa kamu belikan jajan."

"Terimakasih, Paman," sahut Renata sambil memeluk nya karena hal tersebut sudah biasa bagi nya.

"Kalau begitu aku pamit dulu" bibir Renata mengembang kan senyum.

"Hati-hati! Renata sayang," sahut Henry dengan canda nya.

Renata tak menghiraukan candaan dari Henry, ia pun tak mau kalah dan segera membalas candaan nya dengan tertawa.

"Baik! Paman, sayang."

Mendengar ucapan terakhir Renata hati Henry terasa berbunga-bunga meskipun ia tahu itu hanya sebuah candaan tapi sudah membuat hatinya merasa sangat tenang.

 🌼🌼🌼🌼🌼🌼

Hari ini tepatnya pada hari minggu yang kebetulan Henry libur dari kerja nya rupa nya ia sudah bangun pada pukul 6 pagi.

Setelah mandi dan memakai setelan baju kaos ketat serta celana boxer di atas lutut, berhubung Renata belum bangun dari tidur nya kali ini ia berinisiatif untuk membuatkan sarapan.

Setelah selesai membuatkan sarapan rupanya pintu kamar Renata masih belum terbuka kemungkinan Renata masih terlelap dari tidur nya, maka dari itu Henry mengurungkan niat nya untuk membangunkan nya.

Sambil menunggu renata keluar dari kamar nya Henry bergegas melangkah ke belakang rumah untuk melakukan aktivitas olahraga.

Disana terdapat ruangan khusus olahraga yang tidak terlalu luas dan juga disana sudah tersedia beberapa alat olahraga.

Keringat Henry mulai bercucuran ia pun segera melepaskan kaos nya, kini terlihat lah postur tubuh atletis Henry.

Renata sudah bangun dari tidur nya ia pun sudah selesai mandi.

"Astaga! sudah jam 7 lewat 15 menit aku harus menyiapkan sarapan untuk paman Henry bisa-bisa nya aku terlambat bangun tidur," gurau renata yang terlihat tergesa-gesa.

Ia pun keluar dari kamar nya dan melangkah menuju dapur, seketika mata nya tertuju ke arah meja rupanya sarapan sudah tersedia disana.

Ia pun bergegas mencari Henry, sudah mencari dari arah luar tidak ia temukan lalu ia pun berjalan menuju arah belakang.

Seketika ia dikejutkan dengan pemandangan yang belum pernah ia lihat,

"Astaga! Paman!" Renata berteriak sambil menutup kedua mata nya dengan salah satu tangan nya.

Henry menoleh ke arah renata tampak terlihat bingung melihat respon Renata pada diri nya,

"Ada apa Renata kenapa wajah mu di tutupi seperti itu?" Henry menghampiri Renata.

"Stop! Paman berhenti disitu," perintah nya dan berusaha menjaga jarak.

"Aku disini ingin memberitahu paman untuk segera sarapan karena aku tahu paman pasti belum sarapan," sambung nya lagi yang masih menutupi wajah nya.

Henry masih tidak mengerti dengan tingkah Renata yang masih menutupi wajah nya dan itu membuat Henry gemas terhadap nya.

"Oh! Soal itu. Sebentar lagi paman akan menyusul, kamu duluan saja," balas Henry sambil mengelap keringat ditubuh nya dengan handuk kecil.

"Baiklah, Paman!"

Renata membalikkan tubuh nya dan melangkah menuju meja makan. Henry masih mengamati Renata yang tingkah nya sangat lucu dan menggemaskan, karena mata renata yang masih tertutup dan kurang fokus alhasil kaki nya pun tersandung dan hampir terjatuh lalu dengan repleks nya Henry menangkap tubuh ramping Renata.

Kini jarak di antara mereka sudah cukup dekat, Henry melihat bola mata Renata yang berwarna kecoklatan sejujurnya ia sangat takjub melihat nya.

Kini mata Renata tertuju tidak sengaja melihat dada bidang milik Henry, ia pun langsung memejamkan mata nya.

"Lagi-lagi kau memejamkan mata indah mu Renata, sungguh aku sangat gemas melihat mu pagi ini,' gumam nya dalam hati.

Renata segera mengangkat tubuh dari dekapan Henry.

"Maaf, Renata kalau tidak paman tangkap kamu bisa terjatuh, lain kali berhati-hati lah," ujar Henry penuh alasan sebenarnya ia masih ingin mendekap Renata namun Renata sudah keburu mengangkat badan nya.

Renata terlihat malu-malu dan sedikit menunduk,

"Baik, paman Renata akan lebih hati-hati, tadi itu Renata sedikit terkejut melihat paman tidak memakai baju dan ini baru pertama kali nya aku melihat seorang pria bertelanjang dada dihadapan ku," ucap nya dengan kepolosan.

Mendengar hal itu Henry langsung tertawa serta menggeleng kepala nya,

"Ha-ha-ha astaga! Kamu ini ada-ada saja."

Renata mohon undur diri dari hadapan Henry, tak lama kemudian ia pun menyusul Renata untuk sarapan bersama.

Karena keringat yang menempel dan membuat lengket pada tubuh Henry, ia pun mengguyur kan badan nya kembali, setelah selesai ia pun mengenakan baju kaos serta celana jeans panjang.

Mereka telah menyelesaikan sarapan nya, kemudian Henry menanyakan sesuatu kepada Renata.

"Renata kebetulan hari ini paman libur, bagaimana kalau kita pergi ke rumah sakit untuk mengontrol keadaan kamu?"

"Tidak perlu, Paman. Keadaan ku sudah cukup membaik," Renata menolak.

"Benarkah? Tapi paman merasa tidak yakin?" Tanya Henry lagi penuh ke khawatiran.

"Sungguh. Ini semua berkat nasehat dari paman yang selalu menguatkan dan memberi semangat padaku," ucap Renata penuh arti.

Henry menatap dalam wajah Renata yang berada dihadapannya,

"Akh... kamu ini bisa saja padahal paman hanya melakukan hal sangat kecil," sahut nya sambil mengembangkan senyum.

"Mungkin bagi paman itu salah satu hal kecil, tapi bagi ku itu sangat berarti paman sudah menjadi penolong hidupku, selama aku dirawat dirumah sakit paman selalu menyempatkan waktu ditengah kesibukan paman. Saat itu keadaan ku benar-benar sangat terpukul jika tidak ada paman entah lah apa yang terjadi pada diriku," Renata menatap bola mata Henry yang berwarna abu-abu, seketika ia mengingat kejadian pada diri nya hingga meneteskan air mata.

Terlihat jelas wajah sedih Renata dihadapan Henry. Ia merasa sangat terharu, ia pun tidak ragu-ragu untuk menggenggam tangan Renata.

Diraih nya tangan Renata sambil digenggam erat,

"Seperti yang paman katakan, paman menganggap mu sudah seperti keponakan paman sendiri jadi hal itu wajar. Yang terpenting sekarang kamu sudah memulai hidup baru dan semangat baru anggap semua nya itu menjadi pelajaran hidup," ujar henry penuh dengan kelembutan.

"Terimakasih paman atas semua bantuan yang paman berikan dan terimakasih sudah menganggap Renata seperti keluarga sendiri. Maaf, Renata belum bisa membalas kebaikan paman," Renata memeluk erat Henry secara mendadak.

Tentu Henry sangat terkejut dan itu membuat jantung nya berdetak dengan cepat,

"Ya Tuhan! Perasaan apa ini kenapa aku jadi merasa nyaman dipeluk oleh nya padahal renata sering memeluk ku, kenapa pelukan darinya kali ini terasa berbeda," gumam Henry dalam hati sambil memeluk tubuh ramping Renata.

"Kau tidak perlu memikirkan untuk membalas kebaikan ku. Paman tidak mengharapkan apapun dari mu, kamu sudah kembali ceria dan bahagia sudah cukup bagi paman."

Setelah menumpahkan kesedihan nya Renata segera melepas pelukan nya begitu pula Henry membantu mengusap air mata nya.

"Sudah kamu jangan menangis lagi paman tidak ingin melihat wajah cantik mu dihujani dengan air mata kesedihan," goda Henry pada nya.

"Apaan sih paman! Bisa saja," ujar nya dengan malu-malu serta senyum di wajah Renata mengembang begitu indah Dimata Henry.

"Karena kita tidak jadi pergi kerumah sakit bagaimana kalau hari ini paman ajak kamu ke tempat rekreasi. Itupun jika kamu tidak keberatan," Ajak Henry pada nya dengan penuh harap.

"Aku tidak keberatan. Kalau begitu aku ganti baju dulu ya," sahut Renata bergegas menuju kamar nya.

Renata hanya perlu mengganti baju serta sedikit memoles wajah nya dengan make up tipis.

Ini pertama kali nya Henry mengajak Renata keluar dari rumah maka ia pun ingin berpenampilan terlihat rapi.

Henry sudah menunggu renata di teras rumah, ia pun meminta Joni untuk mengantarkan sampai tujuan.

"Ayo! Paman kita berangkat!" Ajak Renata yang terdengar suara nya dari arah belakang.

Seketika Henry menoleh dan terdiam sejenak sungguh tidak menyangka hari ini Renata terlihat begitu sangat cantik. Padahal pakaian yang dikenakan cukup terbilang sopan.

Entah apa yang terjadi pada diri nya kini jantung nya kembali terguncang, rasanya sayang sekali jika melewatkan pemandangan indah didepan matanya.

"Ya Tuhan!Ternyata bidadari bumi itu sungguh beneran ada," ujar nya dalam hati sambil memandangi wajah cantik Renata yang dibuat nya sangat takjub.

"Paman!"

"Paman!"

Panggil Renata yang terheran melihat Henry terbengong.

Henry sadar dari lamunannya,

"Eh- iya."

"Paman, kok malah bengong sih! Katanya mau pergi."

"Ayo...."

Henry membukakan pintu mobil untuk Renata dan mempersilahkan nya masuk terlebih dahulu, setelah itu Henry menyusul duduk disamping nya, kini mereka duduk bersama di bagian belakang.

"Jalan, Jon," Henry menyuruh Joni untuk segera mengantar pada tujuan nya.

"Baik, Tuan," balas Joni sambil melajukan mobil nya.

Terpopuler

Comments

Ruth Humapi

Ruth Humapi

perlahan2 cinta akan bertumbuh antara .Renata n Hennry

2022-10-09

0

Dwi setya Iriana

Dwi setya Iriana

visualmu gak aaing lagi om herry itu leonardo de caprio,sedangkan renata dipika paduku yakan yakan.

2021-12-09

0

Bpearlpul

Bpearlpul

seketika jack titanic tranformasi ke paman harry wkwk

2021-12-08

1

lihat semua
Episodes
1 tragedi kecelakaan
2 Jangan tinggalkan aku
3 Paman Henry
4 Tinggal dirumah paman Henry
5 Membuat sarapan
6 Tom dan Jerry
7 POV Henry
8 Handphone untuk renata
9 ke pasar
10 Berbunga hati Henry
11 rekreasi
12 Rekreasi 2
13 Bi Conte Izin
14 kejadian tak terduga
15 permohonan maaf Henry
16 membeli lahan kosong
17 sebuah mimpi
18 Kellan berulah
19 Acara Jerry
20 Justin
21 kerumah Renata
22 Kekesalan Henry
23 Menghadapi amarah Henry
24 terkuak rahasia Henry
25 Wawancara kerja
26 Hari pertama berkerja
27 Melarikan diri
28 Kellan penasaran
29 Senam bibir
30 Ungkapan Henry
31 Ke makam Isabella
32 Gwen......
33 Hampir.....
34 mimpi Kellan dimasa lalu
35 sebuah cincin
36 Festival tengah kota
37 berkenalan dengan Renata
38 Henry belinsatan
39 Kellan mengetahui
40 moment spesial
41 Menerima pinangan Henry
42 bertemu tom dan Jerry
43 kerumah Anne
44 Kellan kecewa
45 Pernikahan
46 malam
47 Gwen bertemu kellan
48 Ancaman gwen
49 Kerumah Renata
50 Bertemu di cafe
51 Ke supermarket
52 Kellan terjadi sesuatu
53 Menjenguk Kellan
54 Menemani Kellan
55 dokter Monica
56 Berkunjung kerumah Henry
57 Membantu kellan
58 Keseruan Kellan & Renata
59 Peeling Jerry
60 Renata dan Gwen
61 Anak dan ayah
62 Semakin jijik
63 Menonton bioskop
64 Meneduh dikala turun hujan
65 Mengelabui Kellan
66 Meninggalkan Gwen
67 Kemurkaan Henry
68 Pertikaian Henry dan Kellan
69 Anne dan sang suami
70 Mulai terungkap
71 Flashback part 1
72 Flashback part 2
73 Flashback part 3
74 Flashback part 4
75 Flashback part 5
76 Flashback part 6
77 Keadaan Renata
78 Calon buah hati
79 Sebuah Rencana
80 Keromantisan dua sejoli
81 Ke tempat kerja Henry
82 Situasi mencekam
83 Kondisi kritis
84 Kebenaran mulai terkuak
85 Permintaan terakhir
86 Pemakaman
87 ENDING
88 Promo Karya baru
Episodes

Updated 88 Episodes

1
tragedi kecelakaan
2
Jangan tinggalkan aku
3
Paman Henry
4
Tinggal dirumah paman Henry
5
Membuat sarapan
6
Tom dan Jerry
7
POV Henry
8
Handphone untuk renata
9
ke pasar
10
Berbunga hati Henry
11
rekreasi
12
Rekreasi 2
13
Bi Conte Izin
14
kejadian tak terduga
15
permohonan maaf Henry
16
membeli lahan kosong
17
sebuah mimpi
18
Kellan berulah
19
Acara Jerry
20
Justin
21
kerumah Renata
22
Kekesalan Henry
23
Menghadapi amarah Henry
24
terkuak rahasia Henry
25
Wawancara kerja
26
Hari pertama berkerja
27
Melarikan diri
28
Kellan penasaran
29
Senam bibir
30
Ungkapan Henry
31
Ke makam Isabella
32
Gwen......
33
Hampir.....
34
mimpi Kellan dimasa lalu
35
sebuah cincin
36
Festival tengah kota
37
berkenalan dengan Renata
38
Henry belinsatan
39
Kellan mengetahui
40
moment spesial
41
Menerima pinangan Henry
42
bertemu tom dan Jerry
43
kerumah Anne
44
Kellan kecewa
45
Pernikahan
46
malam
47
Gwen bertemu kellan
48
Ancaman gwen
49
Kerumah Renata
50
Bertemu di cafe
51
Ke supermarket
52
Kellan terjadi sesuatu
53
Menjenguk Kellan
54
Menemani Kellan
55
dokter Monica
56
Berkunjung kerumah Henry
57
Membantu kellan
58
Keseruan Kellan & Renata
59
Peeling Jerry
60
Renata dan Gwen
61
Anak dan ayah
62
Semakin jijik
63
Menonton bioskop
64
Meneduh dikala turun hujan
65
Mengelabui Kellan
66
Meninggalkan Gwen
67
Kemurkaan Henry
68
Pertikaian Henry dan Kellan
69
Anne dan sang suami
70
Mulai terungkap
71
Flashback part 1
72
Flashback part 2
73
Flashback part 3
74
Flashback part 4
75
Flashback part 5
76
Flashback part 6
77
Keadaan Renata
78
Calon buah hati
79
Sebuah Rencana
80
Keromantisan dua sejoli
81
Ke tempat kerja Henry
82
Situasi mencekam
83
Kondisi kritis
84
Kebenaran mulai terkuak
85
Permintaan terakhir
86
Pemakaman
87
ENDING
88
Promo Karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!