Peduli tapi Gengsi

"Baguslah! dan dengar ini baik - baik Kiran! Setelah kamu melahirkan, Carilah pria lain yang bisa mencintaimu. menikah dan berbahagialah dengannya," ujar Darren. sorot matanya begitu serius.

"Tapai bagaimana denganmu Tuan? Apakah kamu juga akan langsung menikah dengan wanita lain?" tanya Kiran. Bibirnya bergetar menahan rasa sesak yang kembali hadir di hatinya.

"Tentu saja aku akan langsung mencari wanita yang setara denganku".

"Oh begitukah? lalu bagaimana jika aku tidak bisa melupakanmu Tuan? Tanya Kiran kembali. sambil menahan sesak di dadanya.

"itu bukan urusanku yang terpenting aku sudah memperingatkanmu untuk tidak jatuh cinta padaku." jawab Darren.

Kiran menunduk, lalu berkata " Apa kau benar - benar akan menceraikanku, Tuan?"

"Ya? setelah anak itu lahir, kita akan berpisah. Dan jika saat itu tiba, bersikaplah seolah - olah kita tidak pernah mengenal sebelumnya." jawab Darren.

"Tapi bagaimana kalau tiba - tiba kau mulai mencintaiku? Apa kamu akan membatalkan semua perjanjian kita,Tuan?"

"Jangan membuatku tertawa dengan lelucon konyolmu itu, Ran! Mana mungkin aku akan mencintaimu, kau bukan tipeku ingat itu." ucap Darren sambil terkekeh hambar dan menggelengkan kepala pelan lalu bersedekap.

Kiran Menundukkan kepalanya. padahal beberapa saat yang lalu ia begitu bahagia karena bisa memeluk Darren, kini justru ia seolah sedang dijatuhkan oleh Darren ke dasar jurang yang curam. Sakit rasanya.

"L..lalu bagaimana dengan anak kita?"

"Aku juga tidak peduli dengan hal itu. Bagiku kalian berdua sama sekali tidak berarti!" ucap Darren sambil menatap datar kearah Kiran. Namun, tepat setelah Darren berbicara seperti itu, perasaaanya mulai sesak. Darren merasa tidak terima dengan apa yang baru ia ucapkan.

"Begitukah? B..baiklah aku harap kau tidak menyesal Tuan? Semoga kita bisa menemukan kebahagiaan masing - masing Yah," ucap Kiran. bahunya bergetar hebat sambil menahan tangis, agar air matanya tak keluar.

"Ya." ucap Darren.

Usai perdebatan yang menguras emosi.Darren membawa Kiran pulang kerumah. Tentunya setelah Kiran diperbolehkan untuk pulang oleh Dokter. Sepanjang perjalanan pulang tidak ada percakapan diantara Kiran dan Darren.keduanya saling diam dan sibuk dengan perasaan masing - masing. Sesekali Darren melirik kearah Kiran yang hanya diam sembari menatap keluar jendela. perasaannya menjadi tidak nyaman ketika melihat raut wajah murung Kiran. Rasanya Darren tidak tega melihat Kiran diam - diam meneteskan air mata.

Sementara Kiran diam - diam ia menangis ketika teringat dengan ucapan Darren sewaktu di rumah sakit. Rasanya Kiran ingin menyerah dan segera pergi. Namun sayangnya ia telah berjanji untuk bertahan dengan Darren.

"Aku tidak tahu sampai kapan ini akan berakhir. Namun, sebelum waktunya tiba aku mungkin sudah tak mampu menahannya lagi." lirih Kiran. Tangannya saling bertaut erat. Air mata semakin membasahi pipinya.

" Jangan pernah menangis di hadapanku Ran! kamu benar - benar membuatku merasa muak." Ujar Darren sambil melirik kearah Kiran.

"A..aku sedang tidak menangis Tuan? Aku hanya sedang mem.." ucapan Kiran terhenti. saat Darren langsung menyela ucappannya.

" Kamu pikir aku buta Hemm? jelas - jelas aku melihat air matamu tadi," sambung Darren. ia berdecak kesal lalu mempercepat laju mobilnya.

Kiran mengulum senyum tipis. ia mengangguk pelan dan berkata " Maaf, Setelah ini aku janji tidak akan menangis ataupun membuatmu Muak Tuan suami,"

"A..apa Tuan Suami? baiklah terserah kau saja mau memanggilku apa. tapi ingat jangan bersikap seolah - olah kamu yang paling menderita disini! Asal kamu tahu, aku jauh lebih menderita karena harus menikahi wanita seperti dirimu." ucap Darren sinis. suaranya terdengar pelan tapi berhasil menggores Perasaan Kiran.

Kiran terdiam sambil menyandarkan kepalanya. ia menghembuskan nafas panjang untuk mengurangi rasa sesak yang kembali mengisi relung hatinya.

Setelah menempuh waktu yang cukup lama kini keduanya sudah sampai di depan rumah. Darren memarkirkan mobil secara asal. setelah itu tanpa menunggu Kiran, Darren bergegas masuk menuju rumah dan masuk ke kamarnya.

Kini Kiran sedang berada diruang tamu sambil duduk dan berkata" Bantu mama agar tetap kuat ya sayang, mama janji akan membahagiakan kamu. dan mama juga janji akan membawamu pergi dari sini secepatnya. mama tidak mau kalau kamu sampai merasakan apa yang sedang mama rasakan saat ini." ucap Kiran sambil mengelus perutnya.

*****

Sesampai di kamar, Kiran menatap lekat Darren yang sudah berbaring. sembari memejamkan mata. Kiran tersenyum sendu lalu berjalan mendekati ranjang. "Apa dengan kepergianku kamu akan bahagia Tuan? Kalau memang iya, tunggu sebentar lagi. Aku berjanji akan pergi." Bisik Kiran tepat di samping telinga Darren. Tanpa sadar, air mata Kiran membasahi pipi Darren. Tangannya terangkat lalu mengusap lembut pipi Darren.

Cup!

"Selamat beristirahat, Mas" kata Kiran sambil mengecup pelan pipi Darren.

Darren yang berpura - pura tidur membuka mata setelah memastikkan Kiran telah terlelap. ia menghela nafas pelan lalu menoleh kearah Kiran yang sedang terbaring tidur disampingnya. Dengan perlahan, Darren beranjak duduk di tepi ranjang. Tangannya terangkat lalu mengusap pelan pipinya. Hatinya menghangat terlebih lagi ketika ia mendengar Kiran memanggilnya dengan sebutan 'Mas'.

Darren mentap lekat wajah Kiran yang tampak begitu damai saat tertidur pulas. ia tersenyum tipis ketika mengingat kecupan lembut Kiran di pipinya. " Benar - benar wanita bodoh" gumam Darren sambil menarik selimut hingga menutupi bahu Kiran.

******

Malam telah datang. Selesai mandi Darren langsung berbaring di samping Kiran yang masih tertidur pulas. Tubuh dan pikirannya terasa begitu lelah. sehingga membuat Darren memilih untuk segera tidur agar ia bisa melupakan masalahnya sejenak.

"Tunggu! Bukankah dia belum makan dan minum obat? Apakah aku harus membangunkannya?" ucap Darren sambil melirik kearah Kiran yang sedang tertidur pulas.

"Hah! Aku tidak peduli!" gumam Darren. ia kembali memunggungi Kiran kemudian mulai memejamkan mata.

ketika malam semakin larut, Kiran terbangun sebab merasakan lapar di perutnya. ia menguap pelan lalu mulai meregangkan otot - ototnya. Kiran membelalakan mata ketika melihat jam dinding dan berkata " Astaga, ternyata aku sudah tertidur cukup lama".

pandangan Kiran beralih kearah punggumg Darren entah kenapa, setelah melihat Darren Kiran tiba - tiba menginginkan sesuatu.

"Apa ini yang dinamakan ngidam saat tengah malam? Ah, tapi mengapa aku harus menginginkan hal itu?" ucap Kiran sambil memghembuskan napas panjang kemudian mencoba kembali terlelap.

Namun, Sayangnya semakin Kiran mulai mengelak, bayangan keinginnannya semakin menari - menari di pelupuk mata. Kiran menelan salivanya susah payah kemudian beranjak duduk. Dengan penuh keraguan Kiran menyentuh bahu Darren. ia menggoyangkan beberapa kali " T..Tuan suami..., Tuan suami bangunlah!" panggil Kiran.

" Hmm,, jangan mengangguku Ran! balas Darren ketus.

"Tuan Suami, mohon bangunlah aku ingin mengatakan sesuatu," kata Kiran sembari menarik bahu Darren agar terlentang.

"Berisik! Apa maumu Hah? Aku baru tertidur beberapa jam dan kamu malah mengangguku." tukas Darren matanya menatap tajam kearah Kiran.

"T...Tuan Suami. A..Aku menginginkan sesuatu sekarang." ucap Kiran sedikit takut.

"Lalu apa hubungannya denganku, hmm?" jawab Darren.

"Aku ingin Tuan suami mengabulkannya. A..Aku benar - benar tidak tahan lagi Tuan?" ucap Kiran dengan sedikit terbata - bata.

Darren menaikan sebelah Alisnya, ia bersedekap sembari berbaring terlentang lalu menatap kearah Kiran. " Jadi Apa keinginanmu? cepat katakan!" tanya Darren kesal.

"Aku ingin Tuan Suami....

Jangan lupa Vote, Like and Komen.

Terpopuler

Comments

Jasmine

Jasmine

sebenarnya kiran kurang pas menghadapi darren...

2022-04-24

0

rara

rara

Kiran jual mahal dikit lah

2022-03-13

1

ziezie

ziezie

karakter Kiran kok lemah GT y

2021-12-26

0

lihat semua
Episodes
1 Mahkota yang Terenggut
2 Saling Membenci
3 Dua Garis Merah
4 Perasaan Iba dan Emosi
5 Ketahuan
6 Keputusan Darren
7 Perasaan Yang Aneh
8 Gelombang Kekecewaan Kiran
9 Akad
10 Surat Perjanjian
11 Tangisan Kiran
12 Malam Panas
13 Kecewa dan Penyesalan
14 Sedikit Perhatian
15 Perasaan Darren
16 Peduli tapi Gengsi
17 Ngidam
18 Terbiasa dengan semuanya.
19 Kemarahan Kiran
20 Sakit tapi tak berdarah
21 Cemburu
22 Jangan Salahkan Aku, Tuan
23 Tuan, Aku Menyerah
24 Penyesalan Darren
25 Sosok Penolong
26 Bolehkah Aku ikut?
27 Dimana Kamu Sayang
28 Pergi Jauh
29 Frustasi
30 Pertengkaran Hebat.
31 Membiasakan Diri
32 Kedatangan Ulat Bulu
33 Pekerjaan baru Kiran
34 Aku Mencintaimu ( Terlambat?)
35 Salah mengira
36 Kekhawatiran Darren
37 Sebuah Pesan
38 Sebuah Keputusan
39 Mulai Bimbang
40 Mejemput Kiran
41 Hampir Bertemu
42 Tangis kepedihan
43 Pertemuan
44 Ungkapan
45 Cemburunya Darren.
46 Cinta untuk Kiran
47 Kerusuhan Para Tetangga
48 Rencana Jahat
49 Menggoda Tuan Suami
50 Pertengakaran Darren Dan Daniel
51 Calon Menantu?
52 Suara Ketukan Pintu
53 Perdebatan Kiran dan Shelvi
54 Kevin dan Shelvi
55 Melepas Rindu
56 Rasa Khawatir
57 Jebakan Ivan dan Shelvi
58 Kedatangan Shelvi
59 Resep Masakan
60 Topeng Kelicikan Shelvi
61 Rasa kecewa Kiran
62 Hancurnya sebuah kepercayaan
63 Semakin Menderita
64 Luka Seorang Istri.
65 Rencana Daniel
66 Mengabaikan Darren
67 Rencana Yang Gagal
68 Usaha Darren
69 Sebuah Tawaran
70 Suasana Rumah
71 Pisah
72 Kedok Shelvi Terbongkar
73 Mencoba Berbaikan
74 Aku Tidak Akan Membiarkanmu Pergi
75 Rencana Busuk Vanesha Part 1
76 Rencana Busuk Vanesha part 2
77 Bertahanlah, Ran!
78 Kemarahan Daniel
79 Rekaman Cctv
80 Takut Kehilangan.
81 Bayi laki - laki
82 Balas dendam
83 Pertolongan
84 Koma
85 Rencana Kevin
86 Penyusup
87 Kondisi Kiran
88 Ancaman Dan Permintaan Ivan
89 Isak Tangis Darren
90 Keinginan Kiran.
91 Kecurigaan Tim Dokter
92 Ravindra Arka Wijaya
93 Penangkapan Ivan
94 Tawaran Alex dan Bastian
95 Pangeran Kecil
96 Kedatangan Kevin dan Bima
97 Tawaran Bima
98 Menolak Tawaran
99 Aku cemburu, Ran.
100 Kedatangan Arya
101 Bimbang
102 Kecurigaan Arya
103 Mulai Terungkap ( Ayah kandung kiran)
104 Kedatangan Citra
105 Hanya Sebatas Teman
106 Demi Harta
107 Memberikan Harapan Palsu
108 Kekecewaan Seorang Anak
109 Akhirnya...
110 Pulang Ke Rumah
111 Pamit Pulang
112 Selamat Tinggal!
113 Menemui Arya
114 Rindu Dan Kecewa
115 Gelombang Marah
116 Pengumuman
117 Semakin Jelas Ayah Kandung Kiran
118 Perasaan Gengsi
119 Penyesalan Seorang Ibu
120 Menerima Tawaran
121 Kemarahan Darren Dan Kenzo
122 Titik Terendah
123 Rencana Pertemuan Ayah Kandung Kiran
124 Laki - laki Nggak Peka
125 Luapan Hati Kiran Part 1
126 Luapan Hati Kiran Part 2
127 Berdamai Dengan Masa Lalu
128 Calon Arya
129 Mencari Informasi
130 Keputusan Besar
131 Kehamilan Citra
132 Tidak Punya Pilihan Lain
133 Mendapatkan Tekanan Dari Berbagai Sisi
134 Dunia Sangat Tidak Adil
135 Salah Paham
136 Bimbang
137 Kepolosan Daniel
138 Aku Malu
139 Kepulangan Shelvi
140 Pertengkaran Shelvi dan Bara
141 Butuh Liburan
142 Gara - gara Datang Bulan
143 Mencoba Mengabaikannya
144 Merasa Bersalah
145 Merasa Gelisah
146 Pertemuaan
147 Liciknya Kevin
148 Naik Pitam
149 Kecurigaan Kiran
150 Penculikkan
151 Panik
152 Menyelamatkan Kiran
153 Perkelahian
154 Terluka
155 Mencoba Bertahan
156 Mas, Bertahanlah!
157 Kondisi Darren dan Kiran
158 Kehancuran Keluarga Bima
159 Tidak Mengabaikan Arka
160 Perlahan Hancur
161 Gugatan Cerai
162 Selamat Bergabung
163 Pertengkaran Daniel Dan Kiran
164 Tidak Mungkin!
165 Hanya Bersandiwara
166 Dua Jones
167 Gelisah
168 Shelvi Menyesal
169 Menyusun Rencana
170 Harapan Darren
171 Ketakutan Kiran
172 Kaulah Rumahku
173 Korban pembunuhan
174 Duka Dan Dendam
175 Pelaku Pembunuhan
176 Balas Dendam Part 1
177 Balas Dendam Part 2
178 Bersiap Untuk Bertarung
179 Semakin Aneh
180 Jaga Bicaramu!
181 Ampuni Kami
182 Merasa Putus Asa
183 Kematian Bima
184 Hanya Karena Rasa Iri
185 Kelakuan Pria Gila ( Niko)
186 Kabur Dari Rumah Sakit
187 Sebuah Ide
188 Sebuah Pelukkan
189 Tidak Punya Pilihan Lain
190 Kepanikan Daniel
191 Tidak Bisa Bohong Lagi
192 Kekecewaan Helena
193 Suasana Duka
194 Selamat Tinggal, Pa
195 Permintaan Maaf Kevin
196 Pengumuman
197 Semuanya Sudah Berakhir
198 Perdebatan Alex Dan Arya
199 Kebahagiaan Besar
200 Menentukan Tanggal Pernikahan
201 Hadiah Terindah ( Finally Ending)
Episodes

Updated 201 Episodes

1
Mahkota yang Terenggut
2
Saling Membenci
3
Dua Garis Merah
4
Perasaan Iba dan Emosi
5
Ketahuan
6
Keputusan Darren
7
Perasaan Yang Aneh
8
Gelombang Kekecewaan Kiran
9
Akad
10
Surat Perjanjian
11
Tangisan Kiran
12
Malam Panas
13
Kecewa dan Penyesalan
14
Sedikit Perhatian
15
Perasaan Darren
16
Peduli tapi Gengsi
17
Ngidam
18
Terbiasa dengan semuanya.
19
Kemarahan Kiran
20
Sakit tapi tak berdarah
21
Cemburu
22
Jangan Salahkan Aku, Tuan
23
Tuan, Aku Menyerah
24
Penyesalan Darren
25
Sosok Penolong
26
Bolehkah Aku ikut?
27
Dimana Kamu Sayang
28
Pergi Jauh
29
Frustasi
30
Pertengkaran Hebat.
31
Membiasakan Diri
32
Kedatangan Ulat Bulu
33
Pekerjaan baru Kiran
34
Aku Mencintaimu ( Terlambat?)
35
Salah mengira
36
Kekhawatiran Darren
37
Sebuah Pesan
38
Sebuah Keputusan
39
Mulai Bimbang
40
Mejemput Kiran
41
Hampir Bertemu
42
Tangis kepedihan
43
Pertemuan
44
Ungkapan
45
Cemburunya Darren.
46
Cinta untuk Kiran
47
Kerusuhan Para Tetangga
48
Rencana Jahat
49
Menggoda Tuan Suami
50
Pertengakaran Darren Dan Daniel
51
Calon Menantu?
52
Suara Ketukan Pintu
53
Perdebatan Kiran dan Shelvi
54
Kevin dan Shelvi
55
Melepas Rindu
56
Rasa Khawatir
57
Jebakan Ivan dan Shelvi
58
Kedatangan Shelvi
59
Resep Masakan
60
Topeng Kelicikan Shelvi
61
Rasa kecewa Kiran
62
Hancurnya sebuah kepercayaan
63
Semakin Menderita
64
Luka Seorang Istri.
65
Rencana Daniel
66
Mengabaikan Darren
67
Rencana Yang Gagal
68
Usaha Darren
69
Sebuah Tawaran
70
Suasana Rumah
71
Pisah
72
Kedok Shelvi Terbongkar
73
Mencoba Berbaikan
74
Aku Tidak Akan Membiarkanmu Pergi
75
Rencana Busuk Vanesha Part 1
76
Rencana Busuk Vanesha part 2
77
Bertahanlah, Ran!
78
Kemarahan Daniel
79
Rekaman Cctv
80
Takut Kehilangan.
81
Bayi laki - laki
82
Balas dendam
83
Pertolongan
84
Koma
85
Rencana Kevin
86
Penyusup
87
Kondisi Kiran
88
Ancaman Dan Permintaan Ivan
89
Isak Tangis Darren
90
Keinginan Kiran.
91
Kecurigaan Tim Dokter
92
Ravindra Arka Wijaya
93
Penangkapan Ivan
94
Tawaran Alex dan Bastian
95
Pangeran Kecil
96
Kedatangan Kevin dan Bima
97
Tawaran Bima
98
Menolak Tawaran
99
Aku cemburu, Ran.
100
Kedatangan Arya
101
Bimbang
102
Kecurigaan Arya
103
Mulai Terungkap ( Ayah kandung kiran)
104
Kedatangan Citra
105
Hanya Sebatas Teman
106
Demi Harta
107
Memberikan Harapan Palsu
108
Kekecewaan Seorang Anak
109
Akhirnya...
110
Pulang Ke Rumah
111
Pamit Pulang
112
Selamat Tinggal!
113
Menemui Arya
114
Rindu Dan Kecewa
115
Gelombang Marah
116
Pengumuman
117
Semakin Jelas Ayah Kandung Kiran
118
Perasaan Gengsi
119
Penyesalan Seorang Ibu
120
Menerima Tawaran
121
Kemarahan Darren Dan Kenzo
122
Titik Terendah
123
Rencana Pertemuan Ayah Kandung Kiran
124
Laki - laki Nggak Peka
125
Luapan Hati Kiran Part 1
126
Luapan Hati Kiran Part 2
127
Berdamai Dengan Masa Lalu
128
Calon Arya
129
Mencari Informasi
130
Keputusan Besar
131
Kehamilan Citra
132
Tidak Punya Pilihan Lain
133
Mendapatkan Tekanan Dari Berbagai Sisi
134
Dunia Sangat Tidak Adil
135
Salah Paham
136
Bimbang
137
Kepolosan Daniel
138
Aku Malu
139
Kepulangan Shelvi
140
Pertengkaran Shelvi dan Bara
141
Butuh Liburan
142
Gara - gara Datang Bulan
143
Mencoba Mengabaikannya
144
Merasa Bersalah
145
Merasa Gelisah
146
Pertemuaan
147
Liciknya Kevin
148
Naik Pitam
149
Kecurigaan Kiran
150
Penculikkan
151
Panik
152
Menyelamatkan Kiran
153
Perkelahian
154
Terluka
155
Mencoba Bertahan
156
Mas, Bertahanlah!
157
Kondisi Darren dan Kiran
158
Kehancuran Keluarga Bima
159
Tidak Mengabaikan Arka
160
Perlahan Hancur
161
Gugatan Cerai
162
Selamat Bergabung
163
Pertengkaran Daniel Dan Kiran
164
Tidak Mungkin!
165
Hanya Bersandiwara
166
Dua Jones
167
Gelisah
168
Shelvi Menyesal
169
Menyusun Rencana
170
Harapan Darren
171
Ketakutan Kiran
172
Kaulah Rumahku
173
Korban pembunuhan
174
Duka Dan Dendam
175
Pelaku Pembunuhan
176
Balas Dendam Part 1
177
Balas Dendam Part 2
178
Bersiap Untuk Bertarung
179
Semakin Aneh
180
Jaga Bicaramu!
181
Ampuni Kami
182
Merasa Putus Asa
183
Kematian Bima
184
Hanya Karena Rasa Iri
185
Kelakuan Pria Gila ( Niko)
186
Kabur Dari Rumah Sakit
187
Sebuah Ide
188
Sebuah Pelukkan
189
Tidak Punya Pilihan Lain
190
Kepanikan Daniel
191
Tidak Bisa Bohong Lagi
192
Kekecewaan Helena
193
Suasana Duka
194
Selamat Tinggal, Pa
195
Permintaan Maaf Kevin
196
Pengumuman
197
Semuanya Sudah Berakhir
198
Perdebatan Alex Dan Arya
199
Kebahagiaan Besar
200
Menentukan Tanggal Pernikahan
201
Hadiah Terindah ( Finally Ending)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!