Melihat Kiran yang tak sadarkan diri, justru membuat Darren semakin panik. ia menghembuskan nafas pelan lalu menggedong Kiran. " Aku harus segera membawanya ke Rumah Sakit." ucap Darren
Darren berjalan cepat menuju parkiran. sepanjang koridor banyak sekali orang - orang yang menatap kearahnya dan Kiran. Tapi Darren tak memperdulikan masalah itu, Yang ada di pikirannya saat ini adalah Kiran dan calon anaknya agar baik - baik saja.
*******
"Bagaimana keadaannya, Dok?" tanya Darren. ia menatap Kiran yang sedang terbaring lemah di ranjang Rumah sakit.
"Apa ini istri Anda, Pak? Ucap dokter tersebut.
"Ya, dia istri saya. Bagaimana kondisinya?"
"Apa sebelumnya istri Anda belum pernah periksa ke dokter kandungan?" tanya dokter tersebut. Tatapannya begitu serius.
"Entahlah, Saya juga tidak tau Dok. Tapi selama ini dia baik - baik saja dan tidak pernah mengeluh apapaun" jawab Darren.
" Kondisi kandungan istri Bapak lemah, Saya sarankan agar pasien bedrest dulu untuk sementara waktu." ucap Dokter
Darren tertegun, rasa tidak nyaman kembali muncul di hatinya. " Tapi, mereka baik - baik saja kan Dok?" tanya Darren sedikit khawatir.
"Istri Anda baik - baik saja. Dia hanya kelelahan, tapi apa sebelumnya dia pernah jatuh?" ucap dokter tersebut.
Darren terdiam beberapa saat. "Ya, tadi dia jatuh, Dok."
"Astaga, lain kali jaga istri Bapak baik - baik. Untung saja istri Bapak cepat di bawa kesini."
Darren menggangguk pelan. "Baik Dok, dan Sudah berapa bulan kehamilan istri saya?" ucap Darren penasaran.
"Sudah memasuki usia 8 minggu. Masih tergolong muda dan rawan keguguran Pak, oleh karena itu, tolong jaga istrinya baik - baik. jangan sampai kejadian seperti ini terulang lagi. Oh, ya ini hasil USG dari istri Anda?." ucap Sang Dokter sambil menyerahkan foto hasil USG tersebut ke Darren.
"B--Baik, Dok?" ucap Darren. Tangan Darren gemetar menerimanya. jantungnya berdebar kencang ketika melihat calon gambar anaknya yang masih begitu kecil. Darren tersenyum tipis tanpa sadar dan tanpa sadar air mata menetes di sudut matanya. Darren merasa terharu.
"Baik - baik di perutmu mamamu ya sayang, papah sayang kamu." lirih Darren sambil memegang perut Kiran.
Darren menghembuskan nafas panjang. ia berjalan menuju ke luar ruangan rawat Kiran. Darren duduk di kursi tunggu sembari mengacak rambutnya. "Ah, Sial bukankah selama ini aku tidak bisa menerima janin yang di kandung Kiran? Sepertinya aku tidak boleh terlalu lama berada di dekat Kiran. Lama - lama aku bisa gila kalau begini." ucap Darren, perasaan tak nyaman pun mulai bergelayut manja di hatinya. Darren merasa heran dengan dirinya sendiri.
Tak lama setelah itu, Darren merasa bingung dengan perasaanya. ponselnya berdering ia berdecak malas saat melihat siapa yang meneleponnya.
"Kenapa Mah?" tanya Darren.
"Sekarang juga segera bawa Kiran kerumah Ayah" ucap Helena dari sebrang telfon. Suaranya terdengar khawatir dan juga panik.
"Aku sudah punya rumah sendiri Mah, jadi untuk apa, pulang ke rumah Ayah?" jawab Darren. ia benar - benar malas jika harus berhadapan dengan sang mama yang menurutnya begitu cerewet.
"Mama sangat khawatir dengan istri kamu Darren. tadi Ayah cerita kalau---" Helena menghentikan ucapannya karena tiba - tiba Darren mulai menyela.
"Jangan dengarkan Ayah! sekarang Kiran baik - baik saja. Aku matikan dulu yah" ucap Darren. setelah itu langsung mematikan sambungan telefonnya tanpa menunggu jawaban dari Mamahnya. "Hahh.. memiliki orang tua yang sedikit overprotektif sungguh sedikit menjengkelkan" ucap Darren lalu kembali masuk ke ruangan Kiran. Sesampainya di ruangan, Darren sudah tersenyum tipis karena Kiran sudah sadar.
" Tuan, bagaimana keadaan calon anak kita? Dia baik - baik saja, bukan? tanya Kiran sambil mengelus perutnya yang masih sedikit rata. matanya sudah berkaca - kaca ketika perasaan khawatir mulai membuncah di hatinya.
"Menurutmu?" Darren justru bertanya balik. lalu ia menaikkan salah satu alisnya sambil bersedekap dan menatap kearah Kiran.
"Apa dia tidak bisa di selamatkan Tuan? Air matanya luruh dan mulai membasahi pipi Kiran. Namun hal tersebut malah membuat Darren semakin bersemangat untuk menjahili Kiran.
"Kalau iya, bagaimana? selama ini kamu kan tak pernah cek kehamilan bukan? jadi dokter bilang kalau kandunganmu ber---" Darren menghentikan ucapannya ketika mendengar
isak tangis Kiran.
"Tapi semua ini kan salah kamu, Tuan! Andai saja kemarin malam kamu tidak masuk, pasti dia masih baik - baik saja." rancau Kiran tangisnya semakin menjadi - jadi.
"Kenapa menyalahkanku bukankah kau juga menikmatinya, Ran? jadi semua bukan salahku," ucap Darren ketus sambil memasukan kedua tangannya pada saku celana.
"Ya, tapi kalau kamu tidak menyentuhku. semuanya tidak akan terjadi. kamu memang kurang ajar!" jawab Kiran kesal.
"Cih! sok jual mahal padahal aku masih ingat betul, kemarin kamu yang memintaku. Upsss," Darren menutup mulutnya ketika melihat tatapan tajam dan mematikan dari Kiran. Darren tersenyum miring dan mendekatkan wajahnya pada telinga Kiran.
"Apa kamu tahu? Kamu semakin jelek, kalau menangis seperti ini." bisik Darren sambil terkekeh geli melihat wajah Kiran yang telah bersimbah air mata.
"Diam Tuan! Apakah kamu tidak bersedih sudah kehilanggannya? Apa kamu---?". ucapan Kiran langsung terhenti saat Darren langsung menyelanya.
"Kehilangan apa maksudmu? Anakmu baik - baik saja. Dokter hanya bilang kalau kandunganmu sedikit lemah." Sambung Darren sebelum Kiran menyelesaikkan ucapannya.
"Jadi dia baik - baik saja Tuan? dan masih ada di perutku?" ucap Kiran bahagia.
"Ya, kandunganmu baik - baik saja dan dokter hanya bilang kalau kandunganmu hanya sedikit lemah, jadi kamu tidak keguguran dan harus bedrest untuk sementara waktu."
Kiran menutupnya dengan tangan, matanya semakin berembun perasaan lega dan bahagia begitu membuncah dihatinya lalu menatap Darren sambil berkata. "Terima kasih, karena Tuan sudah membawaku ke Rumah sakit juga karena Tuan sudah melindungi ku di depan mereka tadi" bisik Kiran, meski terdengar lirih, tetapi ucapannya terdengar begitu tulus hingga membuat hati Darren bergetar pelan.
Darren terdiam.matanya menatap lurus kearah dinding, sementara itu, saat ini hatinya tengah bergemuruh menahan rasa hangat yang tiba - tiba ia rasakan.
"Aku tahu Tuan, selama ini kamu tidak pernah menganggapku sebagai seorang istri. Tapi aku yakin kau tidak akan pernah membiarkan aku terluka karena orang lain kan? Kamu tau Tuan, aku sangat membencimu tapi di sisi lain rasanya aku begitu mengharapkanmu" ucap Kiran sembari mendongak, ia tersenyum lembut saat matanya beradu pandang dengan Darren. Kiran langsung memeluk Darren dan mengeratkan pelukkannya ke pinggang Darren.
Darren menghembuskan napas pelan. " Ya, aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu, karena yang berhak melakukan itu hanyalah aku! dan kau tidak lupa dengan peringatanku bukan? jadi, jangan sampai kau menderita karena mencintaiku! karena sampai kapanpun aku tidak akan pernah membalasnya." ucap Darren sambil menyeringai dan sedikit penekanan.
"Mungkin aku terlihat begitu bodoh Tuan, Tapi ketahuilah! Aku tidak peduli, meski sampai kapanpun perasaanku tidak terbalas. jawab Kiran.
"Kamu yakin dengan ucapannmu Ran?" tanya Darren sambil melepaskan pelukan Kiran. ia sedikit membungkuk sambil memegang pundak Kiran.
"Tentu saja, tapi mungkin suatu saat nanti, saat kesabaranku sudah habis aku akan pergi meninggalkanmu Tuan." ucap Kiran.
Terima kasih sudah membaca.
Jangan lupa Like, Vote, dan komen
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Sukma Wati
kiran itu bukan polos tp oon,klo emang cinta gak usalah diumbar didepan daren kesannya jd murahan banget udah ditolak masih aja ngeyel
2022-05-15
1
Jasmine
semoga cinta bertumbuh di hati darren gmn pun darah lbh kental drpd air...toh juga kiran tak banyak bertingkah
2022-04-24
0
rara
kesannya kiran itu murahan
2022-03-13
2