Meski perasaan emosi mulai mereda,tetapi karena masih berada dibawah pengaruh alkohol. Darren masih belum menyadari jika wanita yang sedang dibawah tubuhnya adalah Kiran.
"Hentikan,Tuan..., kamu benar - benar laki - laki kejam" lirih Kiran setelah kesadarannya kembali. Harapan meraih kesuksesan yang selalu Kiran tanamkan dalam hati kini mendadak sirna seiring gerakan Darren diatasnya.
"Ahh... kamu sangat nikmat. Tidak aku sangka bekas dari sahabatku sendiri terasa senikmat ini," rancau Darren. matanya memejam sedangkan kedua tangannya tengah asyik bermain di bukit kembar Kiran.
Tangan Kiran mencengkram kuat sprei ranjang Darren. Sebisa mungkin ia mencoba mendorong kembali tubuh Darren namun nihil. Kini Darren semakin buas menguasai seluruh tubuh Kiran.
Matanya kosong menatap keatas langit - langit kamar. Tidak terhitung sudah berapa banyak rintihan kesakitan yang keluar dari bibir Kiran.
"Kamu cantik, sangat cantik apalagi jika kamu tidak berkhianat padaku sayang.." ucap Darren senyum sengitnya tersungging rapi di sudut bibirnya.
"Tunggu!! kenapa kamu menangis sayang, apakah milikku belum bisa memuaskanmu? Ah..., Padahal siang tadi kamu terlihat sangat ganas bergerak diatas sahabatku" ucap Darren lagi.
Dan Darren ambruk lagi di dekat tubuh polos Kiran. Kini Darren benar - benar sudah tak sadarkan diri setelah mencapai puncak kenikmatannya.
Kiran meringis, ia merasa begitu hancur ketika melihat bercak darah yang menempel di sprei. Bahu Kiran bergetar hebat, tangis yang sempat ia tertahan kini kembali pecah.
Dengan langkah tertatih dan kesakitan, Kiran mengambil semua pakaian yang tergeletak dilantai. Setelah itu ia memakainya dengan asal kemudian ia segera bergegas pergi dan menuju kamarnya yang berada di dekat dapur.
Sesampainya dikamar, Kiran tertunduk dilantai. Tubuhnya kini bersandar di pintu yang kini telah terkunci rapat. "Apa yang harus kulakukan sekarang? Apakah aku harus meminta bertanggung jawaban? Tapi apakah keluarganya akan percaya padaku? ucap Kiran. pikirannya semakin berkecamuk dan perasaan hina berangsur - angsur memenuhi relung hati Kiran. ia benci ketika melihat seluruh tubuhnya di penuhi bekas merah.
"Bagaimana caranya menghilangkan ini?". gumam Kiran sambil menatap cermin dan terus menggosok bekas merahnya berharap bisa segera hilang. Kiran tertunduk di pinggir ranjang. Matanya menatap kosong kearah foto sang ibu. "I..I- Ibu, maafkan aku" lirih Kiran. Rasa sesak dan takut semakin membumbung tinggi teringat dengan mendiang ibunya. Kiran tersenyum tipis kemudian memejamkan mata.
*****
Darren mengerang ketika sinar matahari menerpa wajahnya. "Sejak kapan ia berada disini?" Darren menghembuskan nafas panjang ia beranjak dan duduk diatas ranjang.
Deg..
"Sejak kapan aku tidur tidak memakai baju begini? sial apa hal buruk terjadi semalam?" gumam Darren. Ia meremas rambutnya dengan kasar, hingga tanpa sadar tatapan matanya jatuh pada bercak darah yang ada di sprei. "Brengsek! Apa karena mabuk aku meniduri seorang gadis? sial, aku benar - benar dalam masalah kali ini". ucap Darren begitu frustasi.
Darren menghembuskan napas panjang. setelah berperang dengan pikirannya sendiri. Ia berencana mandi namun langkahnya terhenti ketika dirinya tak sengaja menginjak sesuatu.
Darren mengernyitkan dahi kemudian mengambilnya. sebuah kalung dengan liotin cantik berbentuk huruf K terpampang nyata dihadapannya. "Huruf K ?" seringai menakutkan di bibir Darren terukir.
Selesai mandi Darren memutuskan keluar dari kamar. ia memutuskan ke dapur untuk memastikan sesuatu yang sedari tadi mengganggu pikirannya. Di dapur, tanpa sengaja Darren bertemu dengan Kiran yang sedang memasak. Darren tersenyum simpul sembari bersedekap dan bersandar di dinding dapur.
Darren menatap lekat setiap gerak - gerik Kiran yang begitu berbeda tak seperti hari - hari biasanya. Kali ini Kiran terlihat begitu murung. dan tatapan matanya pun tampak kosong, seolah tidak ada gairah untuk melanjutkan hidup.
Samar - samar Darren melihat bercak merah di leher Kiran. seringai kejamnya kembali terukir. setelah itu ia bergegas menghampiri Kiran.
"Ikut aku!" tukas Darren. ia menarik pergelangan tangan Kiran.
"Ti..tidak! Lepaskan tanganku! Aku tidak mau ikut denganmu!" ucap Kiran sembari menepis tangan Darren.
"Aku tidak menerima penolakan! ikut aku sekarang juga!" tukas Darren suaranya mengalun rendah disamping telinga Kiran.
Akhirnya, Kiran tidak punya pilihan lain ia mengikuti langkah Darren menuju taman belakang yang sepi.
"Berapa yang kamu inginkan" tanya Darren langsung to the point. tangannya bersedakap dan matanya masih menatap tajam ke arah Kiran.
"Apa maksudmu tuan,aku sama sekali tak mengerti" jawab Kiran ia menunduk untuk menghindari tatapan Darren yang membuatnya muak dan benci.
"Jangan pura - pura tidak tahu! Kamu sengaja, kan. Menggodaku hingga kita tidur bersama agar kamu bisa menguasai hartaku, kan?" ucap Darren dengan sedikit emosi.
"Jangan bercanda Tuan, Aku tidak mungkin melakukan hal menjijikan seperti itu. Aku masih punya rasa malu dan akal sehat" jawab Kiran. matanya menatap nyalang kearah Darren. Emosi yang semalam ini belum tersalurkan kini semakin memuncak.
"Tapi sayangnya aku tidak percaya dengan ucapan wanita gila sepertimu. Aku yakin kamu hanya ingin mengambil keuntungan dari yang aku alami". ucap Darren begitu sombong.
"Mengambil keuntungan dengan mengorbankan masa depanku? jangan gila Tuan!! aku bahkan nyaris gila saat kamu menarik dan...." Kiran tak mampu melanjutkan ucapannya. Bahunya kembali bergetar hebat.Ketika mengingat perbuatan yang dilakukan Darren kepadanya.
Sungguh kini Kiran benar - benar hancur karena Darren.
Darren terdiam sembari menatap Kiran. Ia menghembuskan nafas panjang kemudian mengurung Kiran dengan kedua tangannya.Darren tersenyum simpul kemudian berbicara "Kalau begitu bagaimana kalau kita mengulangi kejadian semalam, hmm..? setelah ini aku janji akan memberi...." sebelum Darren melanjutkan ucapannya Kiran sudah langsung menampar Darren.
Plaaakkk!.
Satu tamparan berhasil Kiran berikan kepada Darren. Dengan sisa tenaganya ia sebisa mungkin mendorong tubuh Darren menjauh darinya.
"Jangan samakan saya dengan wanita gampangan diluar sana Tuan! Meski saya hanya seorang pembantu, tetapi Saya masih memiliki harga diri." Ucap Kiran dengan sedikit emosi. Tatapan matanya cukup tajam. Setelah itu ia berlalu pergi meninggalkan Darren dengan perasaan yang hancur berkeping - keping.
"Sial. Sepertinya dia benar - benar tidak berbohong. Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang...., Akghhhh..." ucap Darren sedikit frustasi.
Bab dua sudah meluncur ya! Terima Kasih sudah membaca. Maaf kalau masih banyak Typho hehe. Karena saya masih penulis pemula.
oh iya, jangan lupa Vote,komen ya! atau tekan tombol suka kalau berkenan hehe.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Dhe Sudarmi
sukaa
2021-12-29
0
Zulkarnain Supu
semangat terus kak, cerita seru aku suka banget 🥰🥰🥰
2021-11-13
5
Moenic Wan
ttep smngat bagus kk💪💪💪💪
2021-10-15
2