Ke esokan harinya, Kiran merasa tubuhnya semakin lemah. Tepat setelah bangun tidur dia merasa mual sekaligus pusing yang cukup hebat.
"Apa ini yang dinamakan morning sickness?" ucap kiran. Karena sudah berulang kali kiran bolak - balik menuju kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya. Setelah dirasa enakan Kiran pun keluar dari kamar.
Namun, belum sempat kakinya melangkah keluar, tatapannya jatuh pada sebuah kartu yang diberikan oleh Darren. Kiran terdiam, perasaan gugup sekaligus ragu mulai menguasai hatinya.
"Aku tidak mungkin melenyapkannya ini anakku, sudah seharusnya aku merawat dan melindunginya." lirih Kiran. perlahan-lahan air matanya turun membasahi pipi. Hatinya bimbang, rasanya Kiran ingin melindungi calon anaknya. Namun, di sisi lain ia juga merasa takut dengan ancaman Darren.
Lelah memikirkan hal tersebut Kiran memutuskan untuk mencari udara segar. Sesampainya di teras depan rumah, Kiran di kagetkan dengan kehadiran Darren. Sementara itu, Darren menyunggingkan senyum sinis ketika melihat Kiran. Tanpa menunggu lama lagi dia memutuskan untuk mengajak Kiran berbicara.
"Kamu terkejut melihat kedatanganku, Kiran?" Darren menyeringai dan menarik tangan Kiran menuju teras samping.
"Tidak!, Sekarang menyingkirlah Tuan, karena Saya mau bekerja". Ujar Kiran berusaha melepaskan diri dari hadapan Darren.
"Hai! Tidak semudah itu. Hari ini aku tidak mengizinkanmu bekerja. Cepat bersiap - siaplah dan ikut aku sekarang?!".
"Kemana..? Aku tidak mau pergi denganmu." jawab Kiran sedikit gelisah.
"Tentu saja untuk melenyapkan bayi yang ada di kandunganmu itu. Apa kamu lupa dengan kesepakatan kita kemarin, hmm? Menurutlah Kiran dan jangan membuatku marah di pagi hari ini". ucap Darren sambil bersedekap dan menatap wajah Kiran.
Kiran terdiam. "Aku takut kamu akan menyesal seumur hidup Tuan? ini darah dagingmu sendiri. Bukankah seorang Ayah harus melindungi anaknya?."
"Tapi aku tidak sudi memiliki anak dari wanita kampungan seper...".
Prang!
Darren dan Kiran reflek menoleh kearah sumber suara. Keduanya terkejut saat melihat seorang pria berdiri tidak jauh dari mereka.
"A..ayah?!.
Plak.
Sebuah tamparan Kenzo layangkan kepada Darren. tatapan yang semula meneduhkan berubah tajam dan penuh intimidasi. Rahangnya pun mengeras menandakan, pertanda jika kemarahannya sudah memuncak.
"Apa yang sudah kamu lakukan Darren?!" Tanya Kenzo suaranya mengalun rendah dan penuh penekanan. Selain itu kedua tangan Kenzo mengepal kuat di sisi kanan dan kiri tubuhnya.
Darren tidak menjawab. Justru ia menatap tidak percaya ke arah Ayahnya yang baru saja menamparnya. Napas Darren mulai memburu seiring dengan emosinya yang ikut meninggi. Darren tidak menyangka jika Ayahnya akan berani menampar dirinya. Sejak kecil bahkan hingga dia telah berusia 24 tahun, Kenzo tak pernah main tangan padanya.
"Seharusnya aku yang bertanya kenapa Ayah menamparku?" Tanya Darren balik. Nada suaranya bergetar, menandakan emosinya yang mulai tidak stabil.
"Jangan membalikkan pertanyaan Darren! Apa yang sudah kamu lakukan kepada Kiran!" Ucap Kenzo. dia mendekati sang putra kemudian mencengkram erat kerah kemeja yang digunakan oleh Darren. Lagi - lagi Darren dibuat terkejut dengan perubahan Ayahnya.
"Aku tidak melakukan apapun Yah..? semua yang Ayah dengar hanya salah paham belaka," balas Darren tatapan matanya tak kalah tajam dari Kenzo ( Ayahnya Darren).
"Salah paham?! Oh, sejak kapan kamu jadi pria pengecut, hmm?" Kenzo tersenyum sinis ketika beradu pandang dengan Darren.
Darren menghembuskan napas pelan setelah itu menghempaskan tangan Kenzo dari kemejanya. "Ayah tidak perlu ikut campur, ini urusanku dengan wanita gila ini" Balas Darren sambil melirik tajam kearah Kiran yang sedang menunduk dan meremas jari jemarinya.
"Apa katamu? Wanita gila?" Napas kenzo memburu Rasanya Kenzo benar - benar tidak sanggup menahan emosinya lagi.
Bughh..Bughh.
Hancur sudah pertahanan Kenzo untuk tidak melayangkan pukulan kepada Darren. Hatinya berdenyut sakit mendengar putranya mencaci seorang wanita. "Demi Tuhan Darren! Ayah tak pernah mengajarimu menjadi pria brengsek seperti ini." Ucap Kenzo tatapanya mengarah begitu tajam terhadap Darren yang saat ini sudah tersungkur di lantai.
Darren memegangi sudut bibirnya yang berdarah. Dadanya bergemuruh menahan sesak sekaligus sakit hati karena perbuatan Ayahnya. Darren tidak menyangka jika Ayahnya sendiri begitu berani memukulnya hanya karena seorang Maid yang tak lain adalah Kiran.
"Ayah memukulku hanya karena wanita itu? Ah..., hebat sekali atau jangan - jangan selama ini dia juga telah menggoda Ayah?" tanya Darren. Sudut bibirnya terangkat membentuk seringai sinis yang begitu jelas.
Mendengar ucapan Darren. Kiran maupun Kenzo tampak terkejut. Keduanya menatap tidak percaya kearah Darren.
"Berani sekali kamu berbicara seperti itu Darren?!! Dimana otakmu hah..?!" Kenzo bergegas mendekati Darren. Hatinya mendadak terluka saat mendengar ucapan menjijikan dari Darren.
Kenzo berjongkok di depan Darren. Tangannya lantas menarik kerah kemeja Darren. tatapannya penuh kemarahan.
Plak!
Satu buah tamparan kembali Kenzo berikan kepada Anaknya. Melihat pertengkaran antara Darren dan Ayahnya yang semakin menjadi - jadi, Kiran semakin menundukan kepalanya bahunya bergetar hebat dan menahan tangis.
Sementara itu, Saat Helena berada di dapur. Ia lantas menghentikan kegiatan memasaknya ketika mendengar suara ribut - ribut di teras bagian samping rumahnya. Namun betapa terkejutnya Helena, saat melihat Suami dan Anaknya sedang beradu jotos.
Helena, membelalakan matanya ia bergegas mendekati Suami dan Anaknya. "Mas hentikan! Apa yang kamu lakukan Mas, dia itu anakmu. Kenapa kamu tega memukul Darren?" tanya Helena, Air mata sudah membasahi pipinya dan menatap tidak percaya ke arah Suaminya yang memilih diam tidak berkutik. Helena menghembuskan napas pelan. Ia tahu tidak mungkin suaminya melakukan kekerasan tanpa alasan yang jelas. Selanjutnya, tatapan mata Helena tertuju pada Kiran yang sedari tadi terus menangis. Helena semakin tidak mengerti, terlebih lagi saat Darren berdiri dan hampir menarik tangan Kiran pergi.
"Jangan pernah menyentuhnya Darren!!" ucap Kenzo. Suaranya meninggi dengan penuh emosi.
"Mas, sebenarnya ada apa ini kenapa kalian bertengkar?" tanya Helena begitu penasaran.
"Darren sudah melakukan hal yang tidak senonoh kepada Kiran. Tadi, saat saya ingin bersantai disini, saya tak sengaja mendengar percakapan mereka. kamu tahu? Saat ini Kiran sedang hamil anak Darren."
"Jangan bercanda Mas, mana mungkin Darren melakukan hal seperti itu". lirih Helena tubuhnya mendadak lemas setelah mendengar ucapan dari suaminya.
"Saya tidak mungkin bercanda untuk hal yang serius seperti ini kan?" Kenzo menarik istrinya dalam pelukannya. Ia mengecup puncak kepala Helena untuk menenangkannya.
Terima kasih sudah membaca. maaf jika masih baca typho.
Jangan lupa untuk like, komen, vote dan hadiahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 201 Episodes
Comments
Enung Samsiah
dasar anak lucknut, durhaka kmu
2023-11-17
1
Jasmine
darren..darren..kamu yg berbuat senonoh nuduh ayahmu pula..
anak sengklek...
2022-04-23
0
Jasmine
thor maunya darren yg mengalaminya morning sickness biar sadar dianya atas perbuatan kejinya
2022-04-23
0