MENCINTAI KAKAK (TIRI) KU
Lily adalah seorang gadis berambut panjang dan bertubuh mungil. Dia bersekolah di sebuah SMA terkenal di kota Jakarta. Teman-temannya sering memanggil Lily dengan sebutan blue girl karena rambutnya yang berwarna biru. Dia sosok gadis yang ceria dan mudah bergaul.
Dia memiliki dua sahabat sejak SMP, yaitu Nita dan Wulan. Mereka selalu bersama kemanapun dan dimanapun. Dia menyukai murid laki-laki yang sangat populer di sekolahnya. Murid laki-laki itu adalah kakak kelasnya yang bernama Dave. Dave sangat pandai bermain sepak bola. Lily diam-diam selalu melihat Dave latihan di lapangan belakang sekolahnya.
Hari ini adalah pertandingan sepak bola antar sekolah. Lily tidak sabar melihat penampilan Dave di lapangan hijau. Dave semakin terlihat tampan dan macho saat bermain sepakbola. Tapi sayangnya dia tidak pernah melihat sang gadis. Suatu ketika saat Dave dan Lily berpapasan, Dave melewati sang gadis begitu saja.
Pertandingan sepak bola antar sekolah sudah di mulai. Lily dan kedua sahabatnya sudah standby di barisan paling depan.
"Lily, loe yakin mau nonton kak Dave? panas banget nih, aku gak tahan." Wulan mengeluh sambil mengibas-ibaskan tangan kanannya ke arah wajah.
"Yakin donk, kak Dave adalah yang terbaik." Kata-kata yang begitu saja muncul dari mulut Lily
membuat seorang murid perempuan di sebelahnya berkomentar.
"Wajah loe biasa aja, mana mau Dave suka sama loe?" celetuk murid perempuan itu.
Lily mencoba tenang dan memilih untuk tidak menanggapi murid perempuan itu dengan serius. Tapi Wulan dan Nita tidak terima kalau Lily di hina.
"Jangan mentang-mentang loe sepupunya kak Dave jadi bisa sembarangan bicara!" ucap Nita penuh amarah.
Murid perempuan tersebut hanya tersenyum sinis dan pergi berlalu. Ia pergi bersama seorang murid perempuan dari sekolah Lily, dia adalah Gabriella seorang murid cantik pindahan dari luar negeri. Dia di gadang-gadang menjadi pasangan kekasih masa depan Dave. Rumornya memang mereka berdua sudah menjalin hubungan. Lily mengetahui kalau kesempatan yang Ia miliki tidak sebesar Gabriella yang cantik dan pintar itu. Lily hanya merasa kalau cinta tidak harus menjadi kekasih dan memiliki seutuhnya. Melihat Dave tersenyum bahagia sudah lebih dari cukup meski itu berat untuk ia jalani.
"Main kabur aja loe! awas kalau ketemu lagi gue jadiin ayam geprek! dasar cewek sombong!!" ucap Wulan kembali emosi.
Lily dan Nita yang sedari tadi menyadari kalau Wulan sedang menjadi pusat perhatian kemudian menarik tangannya untuk kembali bergabung bersama di tempat awal kami berdiri. Mata mereka langsung tertuju kepada para murid laki-laki yang sudah siap bertanding di lapangan hijau.
Awal pertandingan, tim tuan rumah unggul 1- 0 dari tim lawan. Tetapi di babak kedua, tim tuan rumah tertinggal satu angka menjadi 1-2. Pertandingan tersisa 10 menit, tendangan dari sudut yang di lepaskan Dave tanpa diduga berhasil merobek gawang lawan. Skor kini menjadi 2-2, setelah goal dari Dave tidak ada kejutan yang dihadirkan dari tim tuan rumah ataupun tim lawan. Tim tuan rumah bermain dengan taktik bertahan karena sang pelatih tidak menargetkan skor yang banyak dan mengharuskan kemenangan untuk tim tuan rumahl. Jika skor masih imbang sampai akhir, tim tuan rumah masih bisa masuk babak semi final, karena di laga sebelumnya tim tuan rumah sudah mengalahkan lawan dengan skor 1-0, jadi skor agregat menjadi 3-2 untuk kemenangan untuk tim tuan rumah.
Pritttt...pritt...
Wasit meniup peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan.
Dave tersenyum puas dengan hasil yang di raih tim nya. Lily melihat Dave dari jauh, tidak ada daya untuknya mendekat ke arah sekumpulan murid yang sedang berkeliling di sekitar Dave, meskipun dalam hatinya sangat ingin mendekat dan mengucapkan selamat kepadanya.
Sekolahnya merayakan kemenangan dengan membuat sebuah pesta dadakan. Lily segera memberitahu ibunya karena jika tidak, sang ibu akan khawatir. Dia mencari nomor ponsel ibu di daftar pencarian dalam kontak ponselnya. Setelah menemukannya, sang gadis memencet tombol call.
Beberapa menit kemudian, panggilan telepon dari gadis itu mendapatkan jawaban dari sang ibu. Saat dia hendak berbicara, ibunya sudah berbicara banyak hal.
"Lily? kenapa kamu belum pulang? kemana saja kamu? apa kamu tidak tahu kalau ibu sangat khawatir, ha? kalau dalam waktu sepuluh menit kamu tidak pulang juga, ibu akan potong uang jajanmu selama tiga minggu."
Tutttt ... Tuttt ... tutt
"Benarkan dugaanku, ibu pasti akan marah," ucap Lily pasrah.
Saat gadis kalut memikirkan ibunya yang marah karena dirinya tak kunjung pulang ke rumah, tiba-tiba Lily menabrak seseorang. Awalnya dia mengira itu adalah Nita, tapi saat Lily mendongak ke arah wajah orang tersebut, ternyata orang itu adalah Dave. Lily mengatakan maaf padanya, namun Dave dengan wajah cool nya hanya melihat gadis itu sekilas dan berlalu.
"Kak Dave , kamu melewatiku lagi." gumam Lily.
* * *
Di tengah lapangan sepakbola adalah tempat inti pesta di adakan. Disana terdapat banyak jenis makanan dan minuman. Lampu-lampu taman yang di rancang sedemikian rupa menyulap lapangan sepak bola menjadi tempat ala cafe yang indah. Gadis itu tidak berminat untuk kesana. Aku hanya ingin pulang , itu yang ada di pikiranku saat ini dan berharap ibu baik-baik saja.
Seseorang memanggilku dari arah lapangan sepak bola, saat aku menoleh, ternyata suara itu milik kedua sahabatku yang sejak tadi sibuk menggoda kakak kelas yang menjadi anggota tim sepak bola.
Mereka asik berselfi dan bercanda dan diam-diam meninggalkanku sendiri saat sedang menelpon ibu tadi. Padahal mereka bilang jika ingin pergi ke toilet, tetapi ternyata toiletnya pindah ke lapangan sepak bola.
"Katanya ke toilet, kalian bohongin gue ya?"
Nita dan Wulan tersenyum malu karena ketahuan berbohong.
Nita menyodorkan ponselnya dan memberikan berita kalau ibunya akan datang. Hingga suara yang sangat gadis itu kenali tiba-tiba terdengar.
"Lily!?" pekik ibu.
Gadis itu kemudian menoleh ke arah suara itu kemudian mendekati sang pemilik suara.
"Ibu tadi marah, kemudian langsung mengomel dan tiba-tiba menutup panggilan dariku. Tapi sekarang? ibu sudah berada di sini, aku tidak mengerti apa maksud ibu." gerutu Lily.
"Ibu ingin memberikan kejutan. Ibu menyuruh Nita untuk tidak memberitahumu. Oh ya, ini kenalkan teman ibu. Namanya om Haris Winanta." ucap ibu sambil mengelus rambutnya pelan.
Gadis itu bersalaman dengan teman ibunya dan menyadari sesuatu.
Dia sangat terkejut dengan kenyataan di depannya ini, benar-benar tidak pernah di duga olehnya. Ibunya tidak pernah memiliki teman laki-laki dan om Haris adalah satu-satunya teman laki-laki ibunya.
Sebelumnya, sang ibu pernah bilang akan menikah lagi untuk membuat putri kesayangannya itu bahagia dengan sosok yang bisa menjaganya dan sang ibu dengan sepenuh hati. Meskipun tidak bisa menggantikan sosok ayah di hati mereka, tapi ibu berjanji temannya ini sangat baik dan bertanggung jawab. Perbincangan beberapa hari lalu itu tidak pernah Lily anggap serius. Ibunya mungkin hanya ingin bercerita, itu saja yang ada pikiran sang gadis.
Sekarang Lily bingung, dia tidak mungkin egois tentang perasaan yang dimilikinya untuk Dave. Dia juga ingin ibunya bahagia dan memiliki seorang laki-laki yang cintainya untuk menemani masa tuanya.
Dengan segala pertimbangan, Lily akhirnya memutuskan, mulai hari dan seterusnya, kebahagiaan ibunya adalah yang utama, dan jika om Haris bisa membuat ibunya bahagia, dia ikhlas dan ridho menjadi adik dari orang yang paling dicintainya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Agung Diah
nyimak 😊
2022-04-12
1
Agung Diah
mampir k'ceritamu yg lain thor
2022-04-12
1
mochi ku 💞
mampir Thor
2022-03-19
1