Chapter 18

Setelah adegan memalukan tadi, aku tidak henti menutupi wajah ku dengan kedua tanganku.

"Turun kan tanganmu, sampai kapan wajah manis itu kamu tutupi?" Kata Kak Dave menggodaku.

"Ini semua juga karena Kak Dave." Jawabku kesal.

"Memberikan kejutan bukan hal salah, bilang saja kalau kamu suka." Ucap Kak Dave sembari tersenyum.

"Terserah kamu lah." Jawabku singkat.

"Oke, btw aku mau bayar dulu ya?" Izin Kak Dave menuju meja kasir.

"Oke." Jawabku.

Saat Kak Dave sedang membayar makanan dan minuman yang tadi kami pesan, tiba-tiba ada seorang gadis yang mendekati ku.

"Kak, kamu beruntung banget punya pacar seperti Kak Dave. Udah ganteng, romantis, suaranya bagus lagi. Idaman banget."

"Tuh dengerin." Kata Kak Dave sambil melirik ke arahku.

"Ogah banget, Kita pulang saja, ayo pulang .. pulang..!!! " Kata ku sambil menarik tangan Kak Dave.

"Kok pergi sih, bentar donk. Aku belum selesai bicara Kak? Kak Lily???" Kata gadis itu.

__________________

Setelah jauh dari jangkauan "gadis aneh" tadi, aku melepas tangan Kak Dave.

"Wuih, ada yang cemburu nih." Goda Kak Dave.

"Kamu senang kan di puji gadis tadi?" Kata ku kesal.

"Tentu saja senang, apa lagi waktu dia bilang 'ganteng, romantis, suaranya bagus lagi. Idaman banget' sangat sangat membuatku senang." Jawab Kak Dave sambil menirukan kata-kata gadis tadi.

"Kalau Kak Dave senang, kenapa kamu tidak mengajaknya berkenalan? minta nomor ponsel nya gitu, biar bisa makin dekat." Kata ku makin kesal.

"Oh, kamu mau nya begitu? Oke , sekarang aku akan menemui gadis itu lagi dan meminta nomor ponsel nya seperti yang kamu katakan." Kata Kak Dave.

Kak Dave berbalik dan ingin menemui gadis itu, kemudian aku berkata, " Kalau berani berbalik dan melangkah maju, habis kamu Kak Dave!!!"

"Hahaha, kamu kalau cemburu bilang saja. Apa susah nya sih buat bilang?" Ucap Kak Dave.

"Gak usah bahas itu lagi, aku ingin pulang." Kata ku sambil berjalan mendahului Kak Dave.

"Jalan nya jangan cepat-cepat, nanti kecapekan lho." Goda Kak Dave.

"Sok perhatian." Jawab ku ketus.

"Maaf deh. Lain kali aku tidak akan melakukannya lagi." Kata Kak Dave.

Aku tersenyum mendengar kata-kata Kak Dave.

"Nah gitu, kalau senyum kan jadi tambah manis." Kata Kak Dave kembali menggodaku.

"Iya Kak, maafin aku juga kalau jadi marah-marah gak jelas." Kata ku.

"Yaudah, mending kita sekarang pulang aja. Nanti Ayah sama Ibu khawatir sama kita." Ajak Kak Dave.

Akhirnya kita berdua pulang ke rumah.

_______________________

Di rumah...

"Yang baru jalan-jalan nih, mana oleh-olehnya." Kata Ibu yang mengagetkan kami berdua.

"I.. bu.." Kata ku terbata-bata.

"Iya, kenapa kamu seperti melihat hantu. Ini Ibu, Nak." Ucap Ibu dengan wajah tersenyum.

Tangan Kak Dave yang sedari tadi aku pegang, secara refleks aku lepaskan.

"Maaf Kak, Ibu aku ke kamar dulu." Ucap ku terburu-buru.

"Aku juga Ibu." Kata Kak Dave yang juga masuk kamarnya dengan terburu-buru.

"Anak-anak ku hari ini aneh sekali." Ucap Ibu heran.

________________

Kamar Kak Dave...

"Apa Ibu curiga dengan kami?" Kata Kak Dave was-was.

Kemudian Kak Dave mengambil buku diary ku yang ada di laci meja belajarnya.

"Aku harus memeriksa buku diary Lily. Semoga ada titik terang." Kata Kak Dave sambil perlahan membuka lembar demi lembar buku diary ku dan membacanya dengan sangat teliti.

Beberapa menit kemudian...

"Kalau menurut buku diary Lily, Dia belum pernah membahas tentangku pada Ibu nya. Semoga prasangka ku ini benar." Ucap Kak Dave sambil menutup buku diary ku dan meletakkannya di laci meja belajar nya.

_______________________

Keesokan paginya...

Meja makan...

Situasi di meja makan sedikit tegang.

Ayah dan Ibu yang biasanya suka menggoda kami, hanya diam sambil menikmati sarapan.

"Kalian sudah ada rencana ingin mengajak "pacar" kalian ke sini?" Tanya Ibu memulai pembicaraan.

"Kami terlalu sibuk belajar, jadi tidak bisa mengajak mereka datang ke rumah." Kata Kak Dave memberikan alasan.

"Kemarin saja kalian bisa pergi bersama, mengapa saat Ibu dan Ayah ingin bertemu "pacar" kalian, Dave dan Lily selalu beralasan?" Jawab Ibu serius.

Aku dan Kak Dave mulai tegang.

Kami terdiam sesaat.

"Sudahlah Ibu, kalau anak kita memang belum siap. Jangan di paksa." Ucap Ayah.

Ketegangan mulai berangsur mereda saat Ayah menyuruh kami untuk berangkat sekolah.

Kami berpamitan dan mencium tangan kedua orang tua kami.

____________________

Dari awal berangkat hingga sampai di sekolah, kami tidak bisa leluasa bersikap seperti sebelumnya.

Aku berfikir tentang apa yang akan terjadi.

"Kak Dave, kalau misal orang tua kita mengetahui hubungan antara aku dan kamu, apakah kita harus menyerah?" Tanya ku.

"Tidak , aku akan tetap berjuang untuk cinta kita." Jawab Kak Dave tegas.

"Tapi kita masih SMA, cinta apa yang bisa kita buktikan Kak?" Tanya ku ragu.

"Apa kamu percaya pada ku?" Tanya Kak Dave.

"Iya Kak." Jawab ku dengan yakin.

"Kita selesai kan tugas kita sebagai pelajar dengan sebaik-baik nya, sisa nya biar aku yang memikirkannya." Jelas Kak Dave.

Kemudian aku dan Kak Dave memutuskan untuk masuk kelas masing-masing.

Kebahagiaan yang kemarin baru saja aku rasa kan ternyata hanyalah semu.

Cinta tanpa restu memang sulit.

Apa lagi status yang melekat di antara kami.

Semakin menyulitkan jalan kami untuk bersama.

Kami hanya sekedar menjalani takdir yang sudah tertulis.

Ya Tuhan..

Beri kan petunjuk mu kepada kami.

_____________________

Di rumah...

"Ibu tidak berangkat kerja?" Tanya Ayah Haris yang sedari tadi memandang sang istri yang duduk melamun di ruang keluarga.

Ibu masih belum menyadari keberadaan Ayah Haris yang sekarang sudah berada di samping tempat duduknya.

"Ibu?" Tanya Ayah Haris.

"Maaf Yah, Ibu sedang memikirkan sesuatu jadi tidak mengetahui jika Ayah di samping Ibu." Jawab Ibu.

"Kalau Ayah boleh tahu, apa yang Ibu pikir kan?" Tanya Ayah penasaran.

"Hanya kepikiran Dave dan Lily. Akhir-akhir ini, mereka terlalu dekat. Ibu jadi khawatir." Ucap Ibu resah.

"Anak-anak memang sudah seharusnya akrab bukan?" Ucap Ayah.

"lbu merasa ada yang aneh saja." Jawab Ibu berprasangka.

"Jangan berfikir yang bukan-bukan, mereka tahu batasannya. Anakku adalah laki-laki yang ku didik dengan sopan santun. Hentikan prasangka itu karena akan mempengaruhi kesehatan Ibu."

"Maaf Ayah, Ibu hanya takut mereka salah jalan." Ucap Ibu resah.

"Semua nya bisa di bicarakan baik-baik kan? Biarkan mereka belajar dulu. Soal "pacar" mereka, kita tidak usah membahas nya lagi." Pinta Ayah.

"Baik Ayah, sekali lagi Ibu minta maaf." Ucap Ibu menyesal.

"Jangan terlalu memikirkan banyak hal. Lebih baik perhatian kesehatan. Ibu tunggu di sini, Ayah akan buatkan teh." Ucap Ayah.

_________________

Terpopuler

Comments

☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀

☠ᵏᵋᶜᶟ༄༅⃟𝐐𝐌ɪ𝐌ɪ🧡ɪᴍᴏᴇᴛᴛ𝐀⃝🥀

hubungan Dave dan Gaby gimana thor, apakah sudah putus???

2022-01-09

1

Nulis terus✍️💪

Nulis terus✍️💪

semangat Thor 💪

2021-10-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!