Lily adalah seorang gadis berambut panjang dan bertubuh mungil. Dia bersekolah di sebuah SMA terkenal di kota Jakarta. Teman-temannya sering memanggil Lily dengan sebutan blue girl karena rambutnya yang berwarna biru. Dia sosok gadis yang ceria dan mudah bergaul.
Dia memiliki dua sahabat sejak SMP, yaitu Nita dan Wulan. Mereka selalu bersama kemanapun dan dimanapun. Dia menyukai murid laki-laki yang sangat populer di sekolahnya. Murid laki-laki itu adalah kakak kelasnya yang bernama Dave. Dave sangat pandai bermain sepak bola. Lily diam-diam selalu melihat Dave latihan di lapangan belakang sekolahnya.
Hari ini adalah pertandingan sepak bola antar sekolah. Lily tidak sabar melihat penampilan Dave di lapangan hijau. Dave semakin terlihat tampan dan macho saat bermain sepakbola. Tapi sayangnya dia tidak pernah melihat sang gadis. Suatu ketika saat Dave dan Lily berpapasan, Dave melewati sang gadis begitu saja.
Pertandingan sepak bola antar sekolah sudah di mulai. Lily dan kedua sahabatnya sudah standby di barisan paling depan.
"Lily, loe yakin mau nonton kak Dave? panas banget nih, aku gak tahan." Wulan mengeluh sambil mengibas-ibaskan tangan kanannya ke arah wajah.
"Yakin donk, kak Dave adalah yang terbaik." Kata-kata yang begitu saja muncul dari mulut Lily
membuat seorang murid perempuan di sebelahnya berkomentar.
"Wajah loe biasa aja, mana mau Dave suka sama loe?" celetuk murid perempuan itu.
Lily mencoba tenang dan memilih untuk tidak menanggapi murid perempuan itu dengan serius. Tapi Wulan dan Nita tidak terima kalau Lily di hina.
"Jangan mentang-mentang loe sepupunya kak Dave jadi bisa sembarangan bicara!" ucap Nita penuh amarah.
Murid perempuan tersebut hanya tersenyum sinis dan pergi berlalu. Ia pergi bersama seorang murid perempuan dari sekolah Lily, dia adalah Gabriella seorang murid cantik pindahan dari luar negeri. Dia di gadang-gadang menjadi pasangan kekasih masa depan Dave. Rumornya memang mereka berdua sudah menjalin hubungan. Lily mengetahui kalau kesempatan yang Ia miliki tidak sebesar Gabriella yang cantik dan pintar itu. Lily hanya merasa kalau cinta tidak harus menjadi kekasih dan memiliki seutuhnya. Melihat Dave tersenyum bahagia sudah lebih dari cukup meski itu berat untuk ia jalani.
"Main kabur aja loe! awas kalau ketemu lagi gue jadiin ayam geprek! dasar cewek sombong!!" ucap Wulan kembali emosi.
Lily dan Nita yang sedari tadi menyadari kalau Wulan sedang menjadi pusat perhatian kemudian menarik tangannya untuk kembali bergabung bersama di tempat awal kami berdiri. Mata mereka langsung tertuju kepada para murid laki-laki yang sudah siap bertanding di lapangan hijau.
Awal pertandingan, tim tuan rumah unggul 1- 0 dari tim lawan. Tetapi di babak kedua, tim tuan rumah tertinggal satu angka menjadi 1-2. Pertandingan tersisa 10 menit, tendangan dari sudut yang di lepaskan Dave tanpa diduga berhasil merobek gawang lawan. Skor kini menjadi 2-2, setelah goal dari Dave tidak ada kejutan yang dihadirkan dari tim tuan rumah ataupun tim lawan. Tim tuan rumah bermain dengan taktik bertahan karena sang pelatih tidak menargetkan skor yang banyak dan mengharuskan kemenangan untuk tim tuan rumahl. Jika skor masih imbang sampai akhir, tim tuan rumah masih bisa masuk babak semi final, karena di laga sebelumnya tim tuan rumah sudah mengalahkan lawan dengan skor 1-0, jadi skor agregat menjadi 3-2 untuk kemenangan untuk tim tuan rumah.
Pritttt...pritt...
Wasit meniup peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan.
Dave tersenyum puas dengan hasil yang di raih tim nya. Lily melihat Dave dari jauh, tidak ada daya untuknya mendekat ke arah sekumpulan murid yang sedang berkeliling di sekitar Dave, meskipun dalam hatinya sangat ingin mendekat dan mengucapkan selamat kepadanya.
Sekolahnya merayakan kemenangan dengan membuat sebuah pesta dadakan. Lily segera memberitahu ibunya karena jika tidak, sang ibu akan khawatir. Dia mencari nomor ponsel ibu di daftar pencarian dalam kontak ponselnya. Setelah menemukannya, sang gadis memencet tombol call.
Beberapa menit kemudian, panggilan telepon dari gadis itu mendapatkan jawaban dari sang ibu. Saat dia hendak berbicara, ibunya sudah berbicara banyak hal.
"Lily? kenapa kamu belum pulang? kemana saja kamu? apa kamu tidak tahu kalau ibu sangat khawatir, ha? kalau dalam waktu sepuluh menit kamu tidak pulang juga, ibu akan potong uang jajanmu selama tiga minggu."
Tutttt ... Tuttt ... tutt
"Benarkan dugaanku, ibu pasti akan marah," ucap Lily pasrah.
Saat gadis kalut memikirkan ibunya yang marah karena dirinya tak kunjung pulang ke rumah, tiba-tiba Lily menabrak seseorang. Awalnya dia mengira itu adalah Nita, tapi saat Lily mendongak ke arah wajah orang tersebut, ternyata orang itu adalah Dave. Lily mengatakan maaf padanya, namun Dave dengan wajah cool nya hanya melihat gadis itu sekilas dan berlalu.
"Kak Dave , kamu melewatiku lagi." gumam Lily.
* * *
Di tengah lapangan sepakbola adalah tempat inti pesta di adakan. Disana terdapat banyak jenis makanan dan minuman. Lampu-lampu taman yang di rancang sedemikian rupa menyulap lapangan sepak bola menjadi tempat ala cafe yang indah. Gadis itu tidak berminat untuk kesana. Aku hanya ingin pulang , itu yang ada di pikiranku saat ini dan berharap ibu baik-baik saja.
Seseorang memanggilku dari arah lapangan sepak bola, saat aku menoleh, ternyata suara itu milik kedua sahabatku yang sejak tadi sibuk menggoda kakak kelas yang menjadi anggota tim sepak bola.
Mereka asik berselfi dan bercanda dan diam-diam meninggalkanku sendiri saat sedang menelpon ibu tadi. Padahal mereka bilang jika ingin pergi ke toilet, tetapi ternyata toiletnya pindah ke lapangan sepak bola.
"Katanya ke toilet, kalian bohongin gue ya?"
Nita dan Wulan tersenyum malu karena ketahuan berbohong.
Nita menyodorkan ponselnya dan memberikan berita kalau ibunya akan datang. Hingga suara yang sangat gadis itu kenali tiba-tiba terdengar.
"Lily!?" pekik ibu.
Gadis itu kemudian menoleh ke arah suara itu kemudian mendekati sang pemilik suara.
"Ibu tadi marah, kemudian langsung mengomel dan tiba-tiba menutup panggilan dariku. Tapi sekarang? ibu sudah berada di sini, aku tidak mengerti apa maksud ibu." gerutu Lily.
"Ibu ingin memberikan kejutan. Ibu menyuruh Nita untuk tidak memberitahumu. Oh ya, ini kenalkan teman ibu. Namanya om Haris Winanta." ucap ibu sambil mengelus rambutnya pelan.
Gadis itu bersalaman dengan teman ibunya dan menyadari sesuatu.
Dia sangat terkejut dengan kenyataan di depannya ini, benar-benar tidak pernah di duga olehnya. Ibunya tidak pernah memiliki teman laki-laki dan om Haris adalah satu-satunya teman laki-laki ibunya.
Sebelumnya, sang ibu pernah bilang akan menikah lagi untuk membuat putri kesayangannya itu bahagia dengan sosok yang bisa menjaganya dan sang ibu dengan sepenuh hati. Meskipun tidak bisa menggantikan sosok ayah di hati mereka, tapi ibu berjanji temannya ini sangat baik dan bertanggung jawab. Perbincangan beberapa hari lalu itu tidak pernah Lily anggap serius. Ibunya mungkin hanya ingin bercerita, itu saja yang ada pikiran sang gadis.
Sekarang Lily bingung, dia tidak mungkin egois tentang perasaan yang dimilikinya untuk Dave. Dia juga ingin ibunya bahagia dan memiliki seorang laki-laki yang cintainya untuk menemani masa tuanya.
Dengan segala pertimbangan, Lily akhirnya memutuskan, mulai hari dan seterusnya, kebahagiaan ibunya adalah yang utama, dan jika om Haris bisa membuat ibunya bahagia, dia ikhlas dan ridho menjadi adik dari orang yang paling dicintainya.
Hari yang membahagiakan akhirnya tiba,
PERNIKAHAN IBU NAWANG DAN OM HARIS
Lily dan Dave sudah resmi menjadi kakak dan adik tiri. Gadis itu menghibur diri dengan meyakinkan pada dirinya sendiri bahwa keputusan yang dia ambil adalah benar. Meski hatinya hancur berkeping-keping, setidaknya orang yang paling Ia cintai di dunia ini bisa merasakan kebahagiaan yang dulu pernah hilang.
Gadis itu adalah sosok yang tidak terlalu suka mengumbar kehidupan pribadinya terutama kisah cinta ke khalayak ramai. Tidak seperti Nita dan Wulan yang setiap hari hanya posting status galau atau pamer ini dan itu di medsosnya. Sebenarnya mereka tahu kalau dari dulu gadis itu hanya menyukai seorang laki-laki saja. Tapi sang gadis tidak pernah memberitahu siapa nama orang itu. Lily hanya tidak ingin Nita dan Wulan keceplosan tentang perasaannya, apalagi jika perasaannya itu sampai ke telinga Dave, Ia takut Dave akan membencinya.
Lily mengenal Dave saat duduk di bangku SMP. Waktu itu Ia baru duduk di kelas 2. Dave menolongnya saat tiga teman yang satu kelas dengannya membuang tas sekolah milik Lily ke dalam tong sampah dan hampir membakarnya. Mereka melakukan hal tersebut karena ketahuan bolos 3 hari di sebuah warnet untuk main game online. Waktu itu sang gadis masih polos, guru bertanya padanya dan seketika itu juga memberikan keterangan yang Ia ketahui. Mereka di skors selama seminggu dan mengerjakan banyak tugas setiap harinya jadi, karena itulah mereka benci dan dendam pada Lily. Untung waktu itu Dave dan 3 temannya datang dan menyelamatkan tasnya. Dave bilang padanya untuk jadi gadis yang kuat dan jangan cengeng. Dia juga mengatakan kalau mereka pasti akan bertemu. Sebelum pergi, Dave memberikan sebuah kalung dengan bandul berbentuk huruf D. Dia juga berpesan "Jangan melupakan D karena D adalah Dave. Selama ada D di hatimu pasti kamu akan aman." Kalimat yang sangat sakral dan tersimpan d hati Lily, sampai kapanpun. Sejak saat itu, aku berjanji pada diriku sendiri hanya akan mencintai Kak Dave seorang. Lelaki baik nomor dua selain ayahku.
Naif sekali memang, tapi sampai saat ini pun perasaannya untuk Dave masih sama seperti saat pertama kali mereka bertemu dan semakin besar setiap harinya meski Ia kini menjadi kakak tiri sang gadis. Lily mencoba untuk mengalihkan rasa cintanya kepada Dave dengan menjalani peran sebagai seorang adik yang baik untuk Dave. Ini semua gadis itu lakukan demi kebahagiaan sang ibu.
Sejak ibu dan om Haris menikah, Dave menjadi sosok yang menyenangkan. Ia sering mengajak Lily berbicara, Ia mungkin lupa jika dulu pernah bertemu dengan adik tirinya itu. Tapi semuanya sudah tidak penting. Takdir mereka hanya menjadi kakak dan adik saja. Sang gadis harus menerimanya. Ibunya sangat bahagia bersama om Haris. Kini gadis itu juga harus terbiasa memanggil om Haris dengan sebutan ayah. Sulit untuknya untuk menyebut orang lain ayah tapi om Hariz sudah menikah dengan ibunya, jadi secara otomatis panggilan itu sudah tersemat di depan namanya kini. Malam semakin larut, tapi mata gadis itu tak kunjung terpejam. Om Haris mengetuk pintu kamarnya, dia khawatir kalau anak tirinya itu tidak terbiasa tidur di lantai atas. Dia bilang kalau sang gadis suka tidur d lantai bawah, karena Lily menghormatinya sebagai ayah barunya, gadis itu tidak mengeluh, dia hanya bilang ingin belajar sebentar lagi dan tidur. Dia terlihat khawatir dan dirinya, Lily meyakinkan sang ayah, kalau dirinya baik-baik saja. Ayah Haris keluar kamar dan kegelisahan kembali menyelimutinya. Lily membutuhkan teman untuk bercerita tapi bukan Nita atau Wulan. Dia harus mencarinya,
***MY SECRET DIARY***
Dia menyimpan buku ajaib di tas sekolahnya. Lily menulis di buku ajaib semua kegiatan dari bangun tidur sampai tidur lagi termasuk rahasia lelaki yang sudah mengisi hatinya selama ini, sosok nya Ia tulis detail di dalamnya. Biasanya setelah pulang sekolah, Ia menyimpan buku harian itu di sebuah box kotak berwarna coklat yang sudah di design sedemikian rupa untuk menyimpan barang-barang rahasianya. Di dalamnya box itu ada kalung yang di beri oleh Dave, foto-fotonya, serta semua hal tentang sang idola lengkap ada di situ. Semua barang-barangnya sudah di pindah oleh orang suruhan sang ayah ke rumah ini. Jadi Lily dan ibunya tidak perlu repot bolak balik mengambil barang di rumah yang lama. Malam semakin larut, saat sedang asik menulis diary, seseorang kembali mengetuk pintu kamar sang gadis.
"Kali ini bukan ayah, mungkin ibu." pikirku.
Setelah pintu di buka, betapa terkejutnya gadis itu saat Ia menatap wajah tampan itu, Lily gugup menghadapinya, gemetar seluruh badannya. Tidak ada tenaga sama sekali, kata-kata yang Ia ucapkan juga menjadi terbata-bata. Dave menatapnya lekat dan tangan kanannya memegang jidat sang gadis.
"Kamu lagi sakit apa dik? ngomongnya kok gitu? kakak ambil obat ya? tapi kamu gak panas? kamu malah keringat dingin, basah ini jidatmu." tanya kak Dave.
'Haduh, ini anak emang bener-bener lagi ngerjain ya? dia yang membuat keringat dinginku tiba-tiba muncul ke permukaan tapi kak Dave sama sekali tidak menyadarinya.' batinku.
"Aku baik kak, tenang saja," jawab Lily sembari tetap tenang berhadapan dengan pria yang ku sukai ini.
"Kata ibu, kamu tidak suka tidur di lantai atas ya? kamu tidur sama aku aja di lantai bawah. Kamu 'kan sekarang adikku jadi boleh, aku akan jaga kamu." ucap kak Dave tanpa rasa bersalah.
Tiba-tiba hatiku merasakan sakit yang mendalam saat mendengar ucapan kak Dave.
"Maaf kak, meskipun aku sudah menjadi adikmu, tapi kita udah sama-sama tahu, aku dan kamu saudara tiri, mana mungkin bisa tidur bersama? kamu aneh, sudah ya? aku tidur dulu kak, besok ada ujian." ucap sang gadis.
BRAAAK!!!
Secepat kilat Lily menutup pintu kamarnya meski di depan pintu, kak Dave masih saja bicara.
"Kok tiba-tiba di tutup sih? gak asik deh. Besok berangkat bareng ya? kalau kamu diam, aku anggap kamu mau, bye dek, good night." ucap Dave.
Seketika suara Dave menghilang, gadis itu merasa lega.
'Huft, akhirnya dia berhenti bicara.' gumamku.
Lily memutuskan untuk merebahkan tubuhnya di atas ranjang, memejamkan matanya dengan perlahan, berharap besok akan ada banyak hal yang positif di dalam hidupku.
Pagi harinya,
Ayah Haris sudah pergi sejak jam empat pagi untuk membeli kain di luar kota sebagai bahan baku untuk butik. Ibu juga sudah standby di butik sejak jam lima pagi. Dave benar-benar menjalankan perannya sebagai kakak yang baik untuknya. Dave menyiapkan sarapan untuknya dan mengantar sang gadis pergi ke sekolah. Namun, Ia malas untuk berangkat bersama sang kakak.
"Kamu naik motor sama aku ya?" ucap Dave sembari menaiki motor yang sudah siap melaju ke sekolah.
Lily sebenarnya ingin sekali menolak, malas nanti kalau ada yang mengatakan hal yang membuatnya pusing, bukan tanpa alasan, Dave adalah seorang murid populer, jika Dave terlihat bersama dengannya, akan ada bencana yang datang padanya.
Tapi jika dia tidak menuruti kakak tirinya, mungkin saja Ia akan di tegur. Dengan sangat terpaksa sang gadis mengiyakan permintaan kakaknya, keduanya akhirnya berangkat bersama mengendarai motor milik Dave.
Lily sudah mempersiapkan mental untuk menghadapi hari yang berat ini. Dia
setuju untuk berangkat sekolah bersama dengan Dave dan sudah memikirkan resiko yang akan terjadi. Di sepanjang perjalanan menuju sekolah, mereka hanya diam membisu. Hingga motor Dave sudah sampai di gerbangpun, mereka masih tidak bersuara satu sama lain. Baru saja Dave menitipkan motor di parkiran, sudah ada seorang murid perempuan yang datang menghampiri Lily dan bertanya, "Apa hubunganmu dengan kak Dave?"
Dengan suara yang gemetar, Ia menjawab jika Dave adalah kakaknya. Murid perempuan itu tertawa saat mendengar jawaban yang keluar dari mulut gadis itu. Murid perempuan itu kembali bertanya, "Kakak? sejak kapan ibumu menikah dengan ayahnya?" tanya perempuan tadi.
Tiba-tiba Dave sudah ada di depan murid perempuan itu dan menjawab pertanyaannya.
"Kemarin Ayah gue nikah sama ibunya. Ini foto pas mereka nikah. Puas loe?" jawab Dave sambil memperlihatkan foto pernikahan kedua orang tua kami yang dijadikan wallpaper ponsel miliknya.
Murid perempuan itu terkejut bukan kepalang mendengar jawaban dari Dave. Murid perempuan itu meminta maaf kepada Lily karena sudah mengatakan hal yang tidak penting, kemudian murid perempuan itu pergi begitu saja.
" Loe ke kelas dulu aja, murid perempuan tadi, gak usah loe pikirin kata-katanya, udah mati gaya tuh orang," ucap Dave menghibur.
"Oh ya, oke kak." jawab Lily.
Mereka berpisah di parkiran dan melangkahkan kaki mereka menuju kelas masing-masing.
Di dalam kelas,
Teman sekelas Lily yang bernama Lukman tiba-tiba mendekat. Dia adalah murid paling menyebalkan di kelas. Kebiasaannya ingin tahu masalah orang lain.
Lukman mengatakan kalau kabar terbaru tentang hubungan dirinya dan Dave saat berangkat sekolah bersama pagi ini sudah sampai ke telinga Gaby, kekasih Dave. Gaby adalah sapaan akrab dari Gabriella. Lily bilang kalau Dave itu kakaknya. Lukman malah tertawa sambil memegangi perutnya yang buncit karena kebanyakan makan.
"Kalau loe gak percaya ya udah, males gue ngeladenin tukang kepo super nyebelin kayak loe," jawab gadis itu dengan nada kesal.
Nita dan Wulan belum juga datang, padahal jam sudah menunjukkan pukul enam lebih lima puluh lima menit, lima menit lagi bell berbunyi. Lily ingin mengambil ponselnya di dalam tas. Tangannya mencoba meraba ke dalam tas ternyata ponselnya tidak ketemu. Ia masih mengingat ingat dimana dirinya letakkan ponsel itu, Lily berpikir sejenak, perlahan Ia mulai mengingat jika semalam dirinya meletakkan ponsel di atas meja belajar.
'Tidak ada ponsel, bagaimana bisa menghubungi mereka? Aku khawatir dengan keadaan kedua sahabatku itu.' batin Lily.
Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, pak Tyo sudah datang dan masuk ke dalam kelas gadis itu. Dia memberitahukan bahwa Nita dan Wulan izin karena sedang ada kepentingan keluarga.
'Bisa barengan gitu ya? Tapi syukur deh kalau ada izin, jadi aku tidak khawatir lagi,' batinku.
Lily baru menyadari kalau sifat kocak dua sahabatnya itu yang membuat harinya menjadi sangat menyenangkan. Saat mereka tidak hadir seperti sekarang ini, terlihat sekali perbedaannya. Satu setengah jam sudah pelajaran matematika pak Tyo berlangsung. Di akhir pertemuan pak Tyo memberikan tugas yang harus di kumpulkan besok.
Waktu istirahat telah tiba, hari ini, Lily tidak punya teman untuk makan di kantin.
'Tak apalah sendiri.' pikir Lily.
Saat Ia beranjak dari tempat duduknya dan pergi ke kantin, tiba-tiba Dave datang dan berdiri tepat di hadapannya.
"Halo adikku sayang, kali ini loe gak boleh nolak. Pokoknya harus setuju makan bakso sama gue di kantin." Dia dengan seenaknya menarik tangan kanannya dan mengajak Lily pergi tanpa memperdulikan ekspresi wajah dari teman-teman sang gadis yang keheranan dengan sikap Dave terhadapnya. Dave sangat kekanak-kanakan. Sifatnya ini sangat bertolak belakang dengan kesehariannya dulu.
Lily berjalan menuju kantin dengan kecemasan luar biasa, namun Ia yakin jika hari ini bukan hari terakhir dalam hidupnya.
"Loe makan yang banyak ya dik? loe kurus gini nanti gue yang di marahin ayah sama ibu. Dikira gak becus jagain adiknya," ucap Dave sangat bersemangat sambil memperhatikan dengan detail saat adik tirinya itu makan.
Dave merasa sangat lapar karena melihat sang adik makan dengan lahap. Dia menyantap semangkuk bakso pesanannya tadi. Para murid yang berada di kantin hanya bisa melihat pemandangan langka seorang Dave Winanta memperlakukan seorang perempuan dengan sangat baik. Lily mengatakan kepada Dave jika Ia dan kakak tirinya itu sedang menjadi bahan tontonan dan gosip. Tapi Dave tidak menghiraukan perkataan Lily dan menyuruhnya segera menghabiskan semangkuk bakso itu segera. Dave menjadi over protective padanya.
"Kak, kamu pacaran sama kak Gaby ya?" tanya Lily.
Tiba-tiba Dave tersedak setelah mendengar pertanyaan yang di ajukan oleh adik tirinya itu. Lily meraih botol air mineral 600 ml di atas meja dan membuka tutup segelnya, kemudian Ia memberikannya kepada Dave. Dia meminum habis airnya dan meletakkan botol sisanya di atas meja.
"Aku udah putus sama Gaby." jawab Dave sesaat setelah menghabiskan air mineral itu.
Lily terkejut mendengar jawaban Dave, Ia berpikir jika sifat baik sang kakak kepadanya hanya sekedar pelampiasan atas kesedihannya setelah putus dari Gaby.
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan jam sembilan, bell tanda berakhirnya waktu istirahat berbunyi, Lily berpamitan kepada Dave untuk kembali ke dalam kelas.
"Kak, aku ke kelas dulu ya?" pamit Lily.
"Oke, aku juga mau balik ke kelas kok," jawab Dave sambil membayar semua makanan yang mereka pesan tadi.
Mereka beranjak dari kantin dan menuju kelas masing-masing. Sesampainya di kelas, ketua kelas Lily mengatakan jika pelajaran Fisika oleh pak Steve kosong. Beliau ada rapat dengan kepala sekolah. Waktu pulang masih 3 jam lagi. Pak Steve memberikan tugas mencari artikel tentang macam-macam energi beserta contohnya. Dia menyuruh para murid untuk mengerjakan dengan format pdf dan segera kumpulkan hari ini lewat email. Lily dan teman-teman sekelasnya bergegas menuju perpustakaan untuk mengerjakan tugas, karena di sana tersedia 20 unit komputer untuk para murid mencari informasi di internet. Kebetulan komputernya sedang di pakai murid kelas XII IPA 1.
'*a*da kak Dave di sana, aku harus kabur.' batinku.
Sebelum benar-benar kabur, tak sengaja Lily melihat Gaby yang tidak melepaskan pandangannya terhadap gadis itu, saat Lily masuk ke dalam perpustakaan, dia menghentikan langkah kakinya dengan tubuhnya. Gaby berdiri tepat di hadapannya. Postur tubuh Gaby yang 10 cm lebih tinggi darinyq yang hanya 145 cm membuat kepala gadis itu harus mendongak jika ingin berbicara dengannya.
"Loe yang namanya Lily 'kan?" tanya Gaby.
"Iya, tapi maaf kak, aku kebelet mau buang air kecil," ucapku sambil bergegas menuju kamar mandi yang ada di belakang perpustakaan.
Setelah selesai dengan urusannya di kamar mandi, Ada yang aneh saat Lily hendak keluar dari kamar mandi, tiba-tiba saja pintu kamar mandi itu tidak berfungsi dengan normal.
"Sial sekali, ada yang mengunciku dari luar." umpat Lily masih mencoba membuka pintu itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!