Malam telah berakhir, tapi kebingungan masih mengusik bagian tertentu otak Shena. Kejadian tadi masih terngiang-ngiang berputar membuat otaknya gatal.
Mendengkus saat dia akhirnya mendapat titik terang. Ya ampun! Ternyata seperti itu! Hah, sepertinya otaknya kekurangan oli, bisa-bisanya dia memecahkan sesuatu sesederhana ini dengan sangat lama!
Tentu saja jaminannya adalah keamanan nyawa, benar bukan?
Jika mereka mengabdi sampai pada keadaan dimana mereka menyerahkan kepala mereka, maka sudah dipastikan, yang menurut akan aman. Ya! Tentu saja konsepnya memang seperti itu!
Ck, otaknya itu malas atau bagaimana sih? Minta disayang atau ditampar sebenarnya?
Oh, ingatkan dia untuk meningkatkan kembali kelincahan otaknya. Akan berbahaya jika otaknya mengalami bug saat kepalanya terancam copot.
Helaan nafas pertama pada hari ini, berdoa saja itu tidak beranak. Kehangatan mulai menyapa kulitnya. Pendar oranye matahari terbit memang membangkitkan semangat.
Secercah senyum terbit bertepatan dengan matahari yang memunculkan diri, setelah sedari tadi meminta bantuan awan untuk menutupinya karna malu menyapa orang tercantik menurut orang tercantik itu sendiri, mungkin? Ha! Cih!
"Wah apakah setelah hari ini matahari akan terbit dari utara? Suatu keajaiban bagi seorang pemalas bangun terlalu pagi."
Pagi-pagi sudah disuguhkan camilan berupa sindirian, nikmat sekali kawan.
Celetukan itu merebut sepenuhnya perhatian Shena dari fajar. Jar, fajar, dimohon untuk bersabar. Ck, ck, ck
"Maaf saja, kau harus berdoa lebih rajin lagi untuk mendapatkan keistimewaan kesempatan menemukan momen itu. Aku tidak bangun pagi, tapi aku tidak tidur."
"Memangnya aku tanya?"
Langkah Shena tercegah akibat jawaban diluar perkiraan itu. Hey! Itu kata-kataku jangan mencurinya!
Satu ketukan lembut mengurungkan atau lebih tepatnya meredakan hasrat bercekcok milik Shena.
"Jiejie, apa kau sudah bangun? Oh, bangunkan A-Yue juga di---"
"Aku sudah bangun tidak perlu membangunkanku!"
Cih, hentikan aksi jengkelmu itu!
Terdengar sahutan penuh rasa bersalah yang nyata dari belakang pintu. "O-oh begitu, maaf aku tidak tahu. Tuan Muda Wang meminta kita untuk turun dan sarapan."
"Kau bisa duluan." Kali ini Jia Li yang mengeluarkan jawaban.
Seusai merapikan beberapa hal, kedua gadis itu bersegera memenuhi ajakan.
Aura yang tidak mengenakan seolah berputar di ruangan khusus itu. Ya, wajar saja sih. Mereka tidak akrab, apalagi teman. Terlebih si dia itu.
"Kamu datang."
"Tentu saja aku datang karna makanan."
"Kupikir kamu datang karna merindukanku."
Decakan sebal tersiar saat gombalan tidak seberapa itu menghampiri Shena. Aih, junior tersayang mohon tingkatkan lagi kemampuanmu itu, oke?
"Dramanya mohon ditunda dahulu. Aku ingin makan tanpa merasa mual akibat pertunjukan kalian." Jia Li menyabotase jatah jawaban Shena.
Hanya kekehan yang mewakili jawaban. Perlahan hening mengisi, suara sumpit yang sesekali tak sengaja menyenggol mangkuk, hentakan cangkir teh, hanya itu yang sedari tadi mencoba meramaikan sunyi.
Berakhir sudah sesi makan elegan itu. Kelimanya beranjak hendak mengecek keadaan orang-orang di ruangan berbeda.
Hah, sudah terduga.
Makanan masih suci, belum ternodai sumpit dan belum berkurang sedikitpun. Orang-orang itu tidak menunduk tapi pandangan mereka meredup. Saat mendengar langkah kaki yang mendekat orang-orang itu sepenuhnya tenggelam dalam kesunyian, bukan kebingungan.
"Heh? Kenapa belum dimakan? Apa tidak enak? Jika tidak enak berikan saja padaku, aku menyayangi makanan. Sayang sekali jika mereka dibuang." Sontak sebuah sikutan pelan menyerang pinggangnya. Shena menatap cengo Jia Li.
Salah satu dari mereka menjawab. Ketakutan terpampang dengan jelas tanpa objek yang menutupinya. "B-bukan, bukan begitu ... kami belum mendapat izin dari tuan kami."
Mendapati jawaban seperti itu dengan kasar Shena mengusap wajah berlanjut dengan memijat pelipisnya pelan. "Hey, HuiHui katakan pada mereka untuk makan."
Desiran menggetarkan darah. Apa tadi HuiHui? Oh, kesampingkan dulu kawan. "Kalian cepat makan."
Voila! Seketika mereka seolah telah dihidupkan tombol on dari pemilik mereka.
Masih dengan tangan yang mencoba menenangkan urat dipelipisnya, Shena bergumam tanpa sadar. "Makan pun harus izin, apakah jika mereka ingin mengeluarkan feses juga harus izin? Bagaimana jika itu terkeluarkan tanpa sengaja? Apaka---"
"Berhenti! Itu menjijikan!"
Yeah, sudah kuberitahu sebelumnya. Jia Li memang penyuka kebersihan.
Tidak ada tanggapan dari Shena, tampaknya jiwanya memang lelah akhir-akhir ini.
Sembari menunggu kelimanya duduk di pojok ruangan dan mulai berbincang. Pembicaraan dilakukan selih mungkin supaya hal yang dibicarakan tidak bocor kemana-mana.
"Jadi, apa yang harus dilakukan pada mereka selanjutnya? Mereka tidak ingin dibebaskan."
"Tinggal timbun mereka di kediamanmu apa susahnya?"
Woho, akhirnya si nolep angkat bicara. Tentu saja bukan Bai Xiang, ini A-Fu tercinta yang menjawab.
"Jika aku bisa melakukan itu aku tidak akan mengeluh dan bertanya." ******* lelah tak mampu ditahan lagi.
Alasan yang masuk akal.
"Kalau begitu apa kau tidak punya setidaknya rumah kosong milikmu sendiri? Itu bisa menjadi tempat berteduh sementara." Shena berpikir mungkin ada baiknya jika mereka, orang-orang itu punya teritori tersendiri atau tempat berteduh. Dengan ini mereka bisa menunda memikirkan apa yang harus dilakukan pada sekelompok orang itu.
"I-itu sejauh ini aku belum pernah membeli kediaman. Aku dulu berpikiran untuk membelinya saat akan menikah saja."
Shena mengerang lelah. Ya ampun ini masih pagi, otaknya belum sepenuhnya bangun.
"Sebenarnya bukan apa yang harus dilakukan pada mereka saja yang kupikirkan, ada hal lain yang lebih memenatkan otak." Tandas, Tuan Muda Wang meminum teh itu sekali teguk. Rupanya tenggorokannya memang butuh dilonggarkan.
"Apa?"
"Apa kau tiba-tiba mengalami amnesia? Kau lupa apa yang sering menimpa keluarga yang menerima budak klan campuran?" Setelah berpikir, Jia Li agak termenung. Benar, dia amnesia.
Jia Li melanjutkan, "Kebanyakan dari mereka berakhir dengan kasus pembunuhan yang mengerikan dan beberapa dari mereka kultivasinya menurun drastis hingga tahap mereka hampir menjadi orang biasa."
"Maksudmu ini bayarannya?"
Jia Li mengangguk. Pembicaraan ini membutuhkan pemikiran yang mendalam, Teman.
"Hal ini masih menjadi misteri, bagaimana sebenarnya hal itu bisa terjadi. Bahkan paman kaisar pun tampaknya tidak memiliki jawaban yang pasti." Pupil Jia Li menyorotkan sinarnya kepada yang bermarga Bai.
Bai XingFu membenarkan. "Benar, ayah sampai pusing saat laporan-laporan berisikan hal itu terus-menerus menyemprotnya dari beberapa bulan yang lalu."
Jadi jaminan keamanan nyawa itu bukan bayarannya? Melainkan nyawa si pemberi keamanan? Tapi kenapa? Bukankah mereka tampak seperti anjing yang setia? Saat Shena sepenuhnya memasuki mode berfikir, sebuah keributan menariknya secara paksa.
Gadis hadiah sepertinya memiliki kesulitan memegang cangkir teh dengan benar. Pecahan cangkir teh menyebar menghiasi meja makan kayu itu.
Gemetar hebat tidak menyelimuti tubuh ringkih itu. Eh---
Semua pasang mata tercuri atensinya karna suara nyaring itu. Setelah selesai memunguti pecahan, dan membereskan kembali kekacauan yang terjadi pada meja, gadis hadiah tadi meminta maaf pada teman semejanya. Kini tinggal meminta maaf pada yang lebih tinggi.
Gadis itu berdiri, kemudian berlutut hampir bersujud jika saja Wang Xiaohui tidak mencegahnya. Kata maaf keluar lagi. "Maaf, maafkan hamba. Hamba memang tidak berguna, tolong beri hukuman sebagai pengingat."
Kepalanya masih tertunduk, tapi Shena sedikit menangkap emosi bahagia(?) pada gadis itu. Bukankah ini terlalu ambigu?
"Tidak, itu hanya cangkir teh tidak perlu diperpanjang. Kau bisa kembali makan." Tak lupa, senyuman ia tampilkan. Namun, reaksi dari lawan bicara benar-benar membuat otak Wang Xiaohui merasa sakit karna terus merasa heran.
Gadis tadi menegang, dia mulai merangkak. Tangan kecil itu dengan gemetar memeluk kaki Wang Xiaohui erat sampai rasanya seolah ingin membangkitkan hasrat menendang milik seseorang. Mulutnya terbuka mengeluarkan kata. "T-tidak anda harus memukul saya! Lukai saya sesuka anda, tuan! Anda memiliki hak sepenuhnya pada saya!"
Biasanya seseorang mengemis belaian, t-tapi ini ... dia malah meminta hukuman. Apa ini definisi dunia terbalik?
Sebenarnya konsepnya bagaimana sih?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
anggita
shena😼😸
2022-01-27
1
Santai Dyah
sudah ku masukkan dalam daftar favorit ku thor
2021-11-05
1