"Apa perlu kepertegas lagi? Duduk, dan makan."
Wohhh. Entah apa yang merasukimu, junior tersayang. Agaknya dia kebanyakan minum obat, atau terterangi cahaya ilahi? Entahlah, tapi intinya aura bangsawan yang dikeluarkan dadakan oleh Wang Xiaohui sedikit memunculkan kesan keren dibenak Shena.
Gadis hadiah membeku, wajahnya menjadi seperti patung seseorang yang tengah terkejut. Matanya berkontraksi melambangkan ada sesuatu.
Nada bicaranya dinetralkan sedemikian rupa. "B-baik, hamba mengerti."
Tetap saja, analisis Shena tidak mudah dilalui. Dia menangkap nada mmara. Marah di sini lebih condong ke arah saat permintaanmu tidak terpenuhi. Bukan marah merujuk kebenci.
Kepalanya tidak gatal, tapi rasanya otaknya lah yang gatal. Refleks, Shena menggaruk kepala bagian belakang saat bingung atau frustasi.
Ini lebih sulit daripada membalas gombalan-gombalan para buaya di dunianya.
"Aneh."
Benar, sangat mewa----
Tunggu! Siapa yang bicara tadi?
Oho, rupanya Bai Xiang sudah dalam mode on! Rohnya telah pulang! Horeee!
Perlukah kita membuat perayaan?
Kesampingkan.
Aneh, memang. Bagaimana tidak? Gadis tadi terlalu menunjukan ketidaksenangan miliknya. Terungkap saat dia menggunakan sumpit untuk menusuk lauk seperti sedang menggunakan pedang. Matanya juga memancarkan aura-aura jengkel.
Menjerat otak dan memaksa untuk berpikir, menggarukinya dengan rasa penasaran. Uhh, kejam.
Eh, sepertinya kita terlalu fokus pada sesuatu ini. Ingat? Sudah terhitung satu malam mereka pergi dari istana. Lalu, apakah rasa cemas tidak mengusili benak bibi cantik itu?
"Eh, apakah tidak apa-apa? Kita pergi untuk sekedar cuci mata, tapi ini lebih dari cuci mata. Akankah ibumu baik-baik saja Bai XingFu?"
Pupil Bai XingFu menyusut disusul raut terkejut tampil di wajahnya. Bagaimana bisa dia lupa hal ini?
Buru-buru dia mengaktifkan kemampuan telepatinya. Benar saja, begitu banyak laporan mengenai ajakan berbicara dari ibunya.
Tanpa menunda detik, dia bersegera memanggil ulang. Namun, sepertinya sang ibu sedang memiliki kesibukan.
Tak ada pilihan lain selain meninggalkan pesan.
[Ibu, maaf semalam kami tidak pulang. Diperjalanan kami mendapat sedikit kesibukan. Dan juga, kami mungkin tidak akan pulang beberapa hari, apakah ibu mengijinkan?]
"Ada apa?"
"Tidak ada, hanya saja ... Ibuku seringkali memberi hukuman mengerikan saat menyadari kami pulang terlambat tanpa ada izin dan alasan ataupun pemberitahuan." Seraya mengusap peluh di dahinya, dia kembali mengingat saat dirinya masih remaja---tidak lebih tepatnya anak-anak.
Saat itu dia masih berusia sekitar 11 tahun atau 10 ... ya, sepertinya. Dia dan kakaknya pergi, sebenarnya mereka sudah meminta izin dan telah diizinkan untuk pergi. Tapi sayangnya mereka melanggar perintah untuk pulang sebelum fajar. Dan, akhirnya saat mereka kembali, hukuman sudah ada untuk dijalani. Mereka tidak diizinkan keluar istana selama satu tahun. Itu mengerikan!
Berdoalah supaya kejadian itu tidak terulang lagi, A-Fu.
Shena mendecak. "Sungguh anak emas." Dia terkekeh meratapi nasib sahabatnya yang begitu dikekang oleh kasih sayang.
Jika Shena berada di posisi itu, dia akan berusaha sampai berhasil atau sampai orang yang melakukan itu padanya muak dengan usaha miliknya.
Sudah mirip Rapunzel saja! Haha, sayang sekali yang memerankan pangeran terlalu banyak.
Lengkingan suara bagaikan panah yang menerobos paksa telinga orang yang mendengarnya, brutal dan menyakitkan . Suasana dipenuhi kegundahan, dan kegelisahan. Juga rasa penasaran yang membumbung tinggi, bagi beberapa orang.
Seraya mengangkat alis, Shena berjalan mendekati jendela. Menyingkap sekat, penyebab suara bising itu akhirnya terungkap.
Sedikit bingung dengan apa yang terjadi, tapi akhirnya otaknya menjadi lebih bisa diajak kompromi.
Orang-orang di luar berlari tunggang langgang mencoba menjauhkan diri sejauh mungkin dari yang dihindari. Namun, kelihatannya tidak semudah itu bagi mereka untuk lolos.
Sebuah kilatan energi menutupi objek yang menarik orang-orang. Memiliki kesamaan dengan magnet saat menarik suatu objek.
Shena belum sepenuhnya yakin dengan pemikiran, kesimpulan, beserta apa yang sebenarnya terjadi. Maka, demi meminimalisir adanya kesalah pahaman, dia berinisiatif untuk bertanya.
Hal yang membuatnya tercenung adalah, saat dia berbalik matanya tidak memantulkan pantulan-pantulan sahabatnya. Mereka hilang! Ah, sepertinya lebih tepat pergi.
Kebingungan masih menyerang saraf otaknya, tapi kemudian denting pedang menghancurkan kebingungan itu.
Mau tidak mau, lelah atau tidak, dia tetap harus melangkahkan kaki. Menyusul dan ikut bertarung menambah kekuatan dalam kelompok.
"Kenapa kalian tidak mengajakku?" Bibirnya mengerucut minta dicubit.
Jia Li rupanya masih sudi untuk menjawab. "Agaknya kau sangat menikmati pemandangan itu. Jadi, sebagai Shijie yang baik, aku berniat memperindahnya dan membiarkanmu menonton lebih lama."
Satu serangan menyusup, melesat, memanfaatkan kabut.
"Terimakasih! Tapi dugaanmu salah!"
Bertepatan dengan lengkapnya jawaban itu, Shena yang sudah enggan berbasa-basi dengan cepat mengakhiri pertarungan jarak jauh ini.
Ledakan energi memenuhi pandangan mereka. Suara batuk diiringi desisan tersiar dari arah depan.
Tawa menggetarkan udara, sosok dibalik kabut energi itu akhirnya terungkap.
Tubuh tinggi, pundak lebar, tapi sayang tawa jelek miliknya benar-benar melecehkan indra pendengaran.
"Tak kusangka, kita akan bertemu disini, Putra Mahkota."
Angin dan debu memporak-porandakan penampilan lawan. Sosok di seberang masih setia dengan tawanya. Dia tertawa, terlihat ... Seperti gembel yang tampan.
Lain halnya dengan seseorang yang disapa. Meski dia hanya menjawab dengan nada datar sedatar papan tulis, tapi keanggunan ditemani ketampanan di wajahnya dengan jelas terlukis. "Ternyata kau."
"Tentu saja ini aku. Kau takut?." Gelak tawa yang belum lama tergantikan dengan kekehan, muncul kembali.
Bai Xiang bergeming. Jika diselami lebih dalam lagi, mata secerah harapan masa depan yang indah itu mentorehkan sebuah emosi. Seperti seseorang yang tengah berdecih meremehkan? Ya, agaknya.
"Pergi."
Helaan nafas mendahului jawaban. "Aiyooo, lihatlah ... apa segini saja tata krama Klan Bai yang tersanjung itu? Tidak kusangka mereka bahkan berani mengusir orang yang hendak melanjutkan makan."
"Pergi."
Kata terulang lagi, sama halnya dengan tawa.
Kepala Shena terdistorsi rasa pusing. Ah, dia bingung pasalnya adegan ini tidak ada dalam cerita asli. Sebenarnya dari dia datang pertama kali saja sudah sangat amat menyimpang dari cerita asli. Hey! Dia itu banyak beban jangan menambah bebannya dengan membuatnya pening!
"Baik-baik aku akan pergi setelah aku menghabiskan satu ini saja." Dia mengulurkan tangan, sontak satu tubuh menyembul dari bola asap hitam di sampingnya.
Tercengkram sempurna leher si korban. Orang itu membuka mulut bersiap menyantap hidangan. Ada kalanya jika ingin makan, janganlah membiarkan orang lain menyaksikan.
Sudut matanya menangkap bayangan satu serangan. Dengan tenang dia menjadikan korbannya sebagai tameng. Dan, yap!
Layaknya semangka yang dipecah, si korban lenyap tanpa raga dan roh yang utuh. Hanya tinggal nama saja.
"Astaga! Berdoalah! Meminta pada dewa untuk keringanan dosa! Pangeran, kau sudah membunuh orang! Ya ampun! Ini akan menjadi gosip panas selama seratus tahun!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Santai Dyah
di tunggu up selanjutnya
2021-11-05
1