Ngengg!!!
Dia beralih kubu yang melahirkan sikap gelagapan di raga pria tampan.
Beberapa kata tersangkut ditenggorokan, rasa bingung dan terkejut menjadi perekat bibirnya. Bai XingFu seolah jiwanya telah dijual. Dia melongo, bukan karna ia terkejut akan kelapangan dada Tuan muda Wang, atau berapa harga diri sahabatnya itu. Melainkan dia terkejut dengan bagaimana dia bisa memiliki tingkat kepintaran ditingkat ini? Seharusnya dia memberikan penawaran yang dimana seseorang tidak bisa menyangkal untuk tidak menerimanya!
Dia kalah saing.
"Baik! Ayo, pergi! Dan, mulai sekarang kita teman! Aku tidak menerima penolakan!"
Keduanya mulai bertingkah seperti tadi lagi. Melangkah bersama, pundak dengan pundak, tawa dibalas tawa. Entah apa yang membuatnya bisa sedemikian rupa. Ah! Tentu saja karna makanan!
"Huh, ini pemaksaan! Tapi aku menyukainya! Mulai sekarang kita teman!"
Tidak apa-apa meskipun ini adalah langkah yang cukup lambat, tapi setidaknya ini cukup efektif dalam menjerumuskan hati seseorang kedalam rasa sakit. Di dalam buku, guru juga sering melakukan hal ini entah disengaja atau tidak. Ah, tidak apa-apa, tidak apa-apa mari pelan-pelan dulu. Menyadari bahwa teknik ini lumayan menguntungkan untuk dilakukan dalam pengalaman pertama, sekelumit perasaan senang menyeruak menyegarkan hatinya. Satu sudut mulut miliknya menanjak, membuat senyum miring tertoreh.
Heh, kita lihat siapa yang menjebloskan siapa.
Yak! Pertandingan semakin memanas! Sayang seribu sayang pertandingan ini agak tidak seimbang. Yang satu sudah senior yang satunya lagi masih seimut anak ayam, bagaimana caranya menyeimbangkan hal ini?
Metode ini ... Metode ini. Yap! Metode ini!
Metode yang akhir-akhir ini sudah tidak asing lagi baginya.
Metode yang ampuh tapi hanya membutuhkan beberapa hal sepele sebagai alat tempur.
Tahapannya tidak terlalu banyak. Namun, akhirannya sangat-sangat berdamage.
Pendekatan, menjadi orang penting dihidupnya, menumbuhkan perasaan, beri dia kenangan. Dan terakhir, pergi dengan kenangan yang sulit dilupakan.
Ya, metode itu!
Menghilang, menghilanglah seperti rasa hangat dimusim dingin. Rubahlah dirimu menjadi transparan dan tidak bisa dilihat seperti hantu. Dengan itu, targetmu akan merasakan sakit yang mendalam. Sedalam palung mariana.
Rumusnya seperti ini ... Perkenalan ditambah pendekatan, dikalikan dengan kata-kata mutiara semanis madu serta kenangan tak terlupakan. Terakhir kurangi dengan, kepergian.
Eitt! Jangan harap 'kepergian' hanya sekali saja, kalikan seribu kali! Dengan ini, kamu menang!
Maksudku perlahanlah dan perlamalah tahap menghilangmu itu. Ingat kata pepatah, sedikit demi sedikit menjadi bukit.
Setelah itu semua berlalu, dan kau menjadi pemenang ... Seketika rasa senang seperti karpet ajaib yang menghantarkanmu ke tempat terindah.
Atau apakah metode kali ini lebih cocok dimasukan ke friendzone? Ah! Makhluk hidup ini pusing, tolongg!
Ini tidak patut dicontoh. Kukatakan lagi, jangan menirunya. Ini hanya diperuntungkan oleh orang yang benar-benar membutuhkannya.
Ya, membutuhkannya. Jangan pikir, metode ini bisa dipergunakan sesuka hati.
Dengar kawan, jangan menyakiti jika tidak ingin disakiti.
Shena? Maaf saja, sejujurnya dia memang tidak pernah disakiti. Tapi semua hal yang dia lakukan dalam hal 'memainkan hati pria' bukan untuk kepentingan pribadi.
Eh, benar bukan sih? Ah, begini saja setengah iya setengah lagi tidak. Sebenarnya dia melakukan ini sebagai beberapa pembalasan dendam, dan ada yang masuk faksi pekerjaan.
Siapa sangka? Pria durjana semakin merajalela? Media sosialnya sering diteror oleh perempuan-perempuan yang masuk ke mulut buaya. Mereka meminta keadilan dengan menyuruhnya memberi mereka pelajaran, tentu saja dengan embel-embel uang bayaran.
Tapi sialnya! Ada beberapa yang sama menyebalkan dengan dirinya. Mereka sering menghilang tanpa bukti uang yang terkirim ke tangannya.
Pintar sekali! Dasar pemain hati orang! F*ck!
Oke, kembali.
Jia Li hanya bisa menghela nafas. Dia mengisyaratkan lewat kepala untuk mengikuti manusia-manusia di depannya. Dengan dingin, patung es di sebelahnya mengikutinya. Disusul Bai XingFu yang otaknya masih loading.
Tiba saatnya untuk memanjakan lidah. Aroma bumbu menyerbu menggelitiki lubang hidung Shena. Air liur dengan kuat ia tahan supaya tidak menghiasi daerah dagunya. Binar senang di mata cerah itu mengalahkan indahnya langit senja.
Tangannya di tarik oleh si tuan muda.
"Ayo, duduk."
Kelimanya duduk tanpa ba-bi-bu. Waktu menunggu diisi dengan beberapa candaan dan obrolan unfaedah. Tentu saja hanya dua dari mereka yang melakukan itu. Eh, tidak, sesekali Bai XingFu menyelip ikut nimbrung.
Bersyukurlah pada kecepatan waktu. Kini kilatan minta diterkam dari daging terlukis sempurna dinetra yang melihatnya.
Shena dengan 'cacing perut tidak sopan' miliknya, juga dengan kelonggaran lambung langsung menyerbu dendeng itu.
Rasa gurih membasahi lidahnya. Pecah, lumer, begitu memanjakan lidah.
Mulutnya masih penuh, tapi karna dirinya orang yang 'berbudi luhur' dia tidak bisa menahan dorongan untuk berterimakasih. "Ini sungguh sangat sangat enak! Aaa! Terimakasih! Terimakasih! Mulai sekarang aku akan membantumu jika aku mau!"
Kunyahan terhenti oleh desakan rasa ketidakpercayaan. Dia hampir tersedak, rasa serat mencekik tenggorokannya. Tuan muda Wang membatin, Membantumu jika aku mau? Wah, aku terharu.
Akibat dari menahan itu, dia terbatuk setelahnya. Tanganya dengan cepat meraih cangkir teh, meminum hingga tandas isinya.
"Apapun untukmu Nona cantik." Tawa penuh pemaksaan terlontar diakhir kalimat.
Shena hanya mengangguk sebagai bentuk ketidakberatan. Disisi lain rasa serat juga memeras hati orang lain.
Semuanyaa makan dengan dua orang yang saling mencerocos tanpa henti. Jia Li memanjatkan doa pada dewa, untuk membuat salah satu diantara mereka tersedak.
Sayang sekali tidak dikabulkan, sebagai gantinya. Suara orang tawar menawar mengalihkan dunia mereka.
"Potongan setengah harga, potongan setengah harga. Bagi yang berminat silahkan mendekat."
Suara bariton itu mengingatkan Shena pada penjual yang sedang menawarkan diskon.
Yang menarik bukanlah potongan harga itu, tetapi objek yang dijualnya.
Yang dijual bukanlah makanan, sandang, ataupun hal lainnya yang masih masuk nalar. Lah, ini? Yang dijualnya adalah makhluk penghasil karbondioksida. Ya! Manusia!
Shena terbelalak. Untuk pertama kalinya dia melihat perdagangan manusia. Menurutnya ini terlalu keji.
••••
Tidak perlu kuperjelas lagi apa itu metode yang mengagumkan tersebut. Ini tidak asing, dan katanya menjengkelkan. Iya, Bro, 👻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments