Kata-kata itu layaknya magnet yang menarik besi. Orang-orang berpakaian mewah dan terlihat kaya mulai mendekat, berakhir bertanya-tanya serta menawar.
Si penjual tampaknya memiliki stok dagangan banyak. Dilihat dari beberapa kereta kuda berjejer rapi di belakangnya diisi penuh oleh remaja dan bahkan anak kecil yang siap dijual.
Shena tidak tahan melihat itu. Kejijikan memenuhi matanya, ekspresi dingin dengan dingin ia torehkan.
Dia hampir beranjak tapi dicekal oleh Jia Li.
Jia Li berkata, "Duduk, tenanglah."
"Tenang itu hanya berlaku untuk kalian yang berstatus aman! Apa matamu terhalang sesuatu? Mereka menjual anak-anak!"
Menjual manusia dewasa saja susah tidak bisa ditoleransi, tapi ini? Remaja, bahkan anak-anak! Terkutuklah!
Shena meludah dengan penuh amarah. Berdecih dan mengumpat beberapa kali.
Jia Li juga tampaknya keberatan dengan tindakan tak senonoh penjual itu. Dia menghempaskan nafas. "Aku tahu. Tapi jika kau ingin menyelamatkan mereka tanpa membuat masalah lebih besar, hanya ada satu cara. Kau harus membelinya."
Bunyi hentakan dari cangkir teh mendahului pertanyaannya. "Dan, memangnya kau punya uang?."
Deru nafas Shena sedikit melembut. "Tentu saja tidak! Tapi apa tidak ada cara lain?"
Jia Li menjawab, "Ada, tapi dikemudian hari kau harus membayarnya dengan kepalamu."
Mendengar jawaban penuh ancaman mengerikan itu, Shena tidak bisa tidak merasa takut. Ludahnya susah payah ia teguk. Tidak, memang aku ingin kembali tapi aku juga tidak mau membawa luka dikemudian hari. Bagaimana jika ternyata terjadi hal-hal yang mengerikan pada tubuhku di dunia atau waktu yang itu? Lebih baik kembali dengan aman.
Tampaknya api berhasil dipadamkan. Bahu Shena merosot lemas, diikuti helaan nafas.
Tuan muda Wang dengan lembut meraih tangan Shena lalu mengelus dengan penuh perasaan. Selembut perbuatannya, dia berkata, "Tenang saja, ada aku disini. Aku bisa membeli mereka untukmu."
Hal itu membangkitkan senyum di wajah Shena lagi. "Ah, kamu begitu baik."
Mereka mulak beranjak. Aura bangsawan yang menyilaukan mata memukau orang-orang disana.
Satu suara menembus letusan suara tawar menawar. Tuan muda Wang benar-benar mencerminkan aura tuan muda sekarang, bukan lagi pria yang butuh tamparan. "Berapa semuanya? Akan kubayar dengan sepuluh koin emas. Kembaliannya ambil saja."
Mata penjual itu berkilat, jarinya mulai berkerjasama dengan otak untuk menghitung berapa total semuanya. Seketika kilatan hijau di netranya redup. Suaranya dihaluskan sedemikian rupa untuk menyembunyikan rasa kesalnya. "Tidak ada kembalian, totalnya duabelas koin emas."
Tuan muda Wang sontak membeku. Rasa panas menggelitik pipinya, pigmen merah akhirnya muncul. Dia tersipu.
Sedangkan Shena sudah tertawa di hati sampai seolah dia akan mati. Astaga! Mampus! Makan rasa malu itu! Aduh! Perutku sakit! Aaahh! Hahahahahaha!!!
Setelah berdehem untuk melonggarkan tenggorokan. Tuan muda Wang bersusah payah menjaga wibawanya lewat perkataannya. "Kalau begitu aku akan membayarnya dengan limabelas koin emas, bagaimana?."
Penjual tadi memang pandai. Ya, pandai menjaga wajah. Awalnya, kilasan tidak suka relatif menyombongkan diri mampir ke wajahnya. Namun, dengan cepat dia mengalihkan opsi, mengganti wajah penuh binar kesukaan yang memualkan.
"Tuan muda memang murah hati! Karna anda sudah membeli semuanya akan tidak sopan bagi saya jika saya tidak memberikan hadiah kecil."
Detik berikutnya, satu remaja perempuan yang sedari tadi bertengger di sisi pedagang tadi ambruk dengan posisi kepala yang mencium tanah. Bisa dilihat seberapa mengerikan hidup remaja itu dari penampilannya.
"Ini, kuberikan bonus. Dia pandai 'melayani' dalam bidang apapun. Kuharap anda mau memberi saya muka dengan menerimanya." Penjual tadi membungkuk rendah setelahnya. Senyum yang dia buat biasa saja sangat menggugah hasrat mencincang orang milik Shena.
Perempuan pelayan itu mencoba bangun, dia mendongak saat telapak tangan dengan kulit sehalus keramik terjulur tepat di depan wajahnya. Senyuman tanpa niat lain selain senyuman, menyapa penglihatannya untuk pertama kali. Sangat tulus. Matanya sedikit merasa tidak pantas menerima senyuman itu.
Senyuman masih tersungging dengan baik. Shena berkata, "Butuh bantuan?"
Reaksi yang didapatinya benar-benar membuatnya merasa aneh. Pelayan tadi terjungkal kebelakang saat Shena semakin memperluas jangkauan tanganya, mencoba meraih setidaknya sehelai rambut gadis itu.
Gemetar, dia gemetar. Tanpa menunda, gadis tadi bersujud. Membenturkan keningnya sekeras mungkin pada tanah seraya menyunggingkan kata 'maaf'.
Agaknya otak Shena sedang lelah saat ini. Dia tidak ambil pusing dengan balasan berlebihan gadis itu. Dia menghela nafas sebelum berucap, "Jika kau ingin mendapatkan maaf, maka bangunlah."
Seolah dirinya baru saja membangkitkan robot, gadis pelayan itu sontak berdiri tegak. Setegak tiang listrik, Shena agak khawatir mengenai keadaan tulang gadis tersebut. Pasalnya saat dia bersujud, getaran yang menyelimuti tubuhnya seolah meremukan tulang remaja itu.
Gelegar tawa mengguncang senja. Pedagang tadi masih tertawa saat dirinya mulai membersihkan kios dadakannya itu. Memaksakan koin emas yang memberontak menolak masuk karung. Karung penuh dengan emas, perak, tembaga itu membuat Shena iri. Sampai rasanya diafragma miliknya sesak.
"Benar-benar hari yang beruntung," lirih pedagang itu.
Setelah badan penuh lemak itu berdiri seutuhnya, penjual tadi berkata, "Terimakasih, yang rendah ini sangat berterima kasih pada Tuan muda yang terhormat. Semoga anda diberkahi dewa." Dia membungkuk setelahnya.
"Tidak perlu merendah, karna kau memang sudah rendah. Apa kau tidak takut jatuh ketanah?"
Wooahh, apa aku baru saja ungkapan kepedulian sekaligus cercaan? Tidak kusangka pria butuh cinta itu pandai bersilat lidah. Shena menyeringai pendek saat mendengar deru nafas yang berat dibebani oleh amarah di sekitarnya.
Pedagang tadi masih menunduk. Orang itu berusaha sekuat tenaga menetralkan nadanya saat berbicara. "Anda memang baik. Saya izin pergi."
Lambaian tangan dengan angkuh mengoyak angin. Tuan muda Wang tampkanya puas akan debut kekerenannya kali ini. Pikirannya dibenuhi bunga mawar yang bermekaran. Pasti dia terpesona! Heh, aku memang mempesona.
Aduh, sayang sepuluh sayang itu tidak seperti itu sayang. Anak manis ini, uhhh! Makhluk hidup ini ingin menamparnya dengan upil.
Keheningan menenggelamkan waktu, cukup lama hingga akhirnyaa malam memunculkan kelam miliknya. Tersadar, Shena menginterupsi dengan suara rendah. "Sudah malam."
Seutas kelicikan---lebih tepatnya kecerdasan--- Shena berbalik dengan kurva bibir yang naik. Dia berlari kecil sebelum akhirnya melahap target, tangannya kembali melingkari lengan Tuan muda Wang.
"Gongzi, bulan sudah datang. Apa kamu tidak merasa lelah? Sebaiknya pesan penginapan ... Oh iya, pesankan untuk mereka juga. Bolehkan?." Jurus rendahan miliknya ia gunakan, puppy eyes. Yeah, sejauh ini belum pernah gagal.
Gurat keberatan terlukis samar. Tuan muda Wang terbatuk pelan mencoba melincinkan tenggorokan. Tidak panik, tidak panik, dia jelas tidak panik. Phei! Tidak panik dengkulmu! Uangnya sedari tadi meninggalkannya terus menerus, tidak setia padanya. Hingga kini hanya tersisa beberapa yang masih menyayanginya. T-tapi ... Tapi, dia harus mengeluarkan mereka lagi?!
Hey, hahhh!
Namun, demi kelancaran misinya dia tidak bisa setia lagi pada uangnya. Keengganan terbasmi oleh ide yang muncul mendadak di otaknya.
"Di dunia ini tidak ada yang gratis. Aku minta sesuatu darimu, tidak mahal kok."
Shena spontan menjawab, "Apa itu?"
"Namamu."
"Huh?"
"Kamu belum memberitahukan namamu padaku."
Bau-bau kejahilan menyeruak, menodai penciuman Jia Li. Berdecih lirih saat tau apa yang akan terjadi beberapa detik berikutnya.
"Baiklah, namaku, ya?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments