Malam tiba, Bulan menggantung indah di atas sana. Shena akhirnya sadar. Matanya menyapu penjuru ruangan ini. Ya, namanya Shena. Sosok yang kebelet bertemu sutradara
Sungguh, ini seperti asli.
Ruangan itu menguarkan atmosfer dingin, namun disisi lain juga menguarkan rasa nyaman yang dapat membuat orang kehilangan jiwa dengan ikhlas.
Dia menatap kesal pada dua sosok yang tertidur di pojok kanan ruangan ini.
Ide jail muncul. Sekalian balas dendam tentu saja.
Dia beranjak, mengambil cangkir di nakas. Kemudian tanpa terselip rasa iba di hatinya, Shena mengguyur dua sosok itu. Sialnya hanya satu yang terkena.
"Bangun!"
Dua sosok itu terlonjak. Pemuda tadi yang memeluk lengannya, mengusap wajahnya yang di penuhi air.
Seusai mengucek mata, gadis yang di sisinya mengerang. Saat matanya terbuka sempurna, dia melotot.
Tanpa menunda kesempatan, Shena bertanya, "Kalian! Katakan dimana ini?"
Keduanya kompak menjawab, "Istana Bai. Kediaman Klan Bai."
Shena menguak dan menggali memori tentang kata-kata itu. Agaknya seperti familiar. Klan Bai, Klan Bai, Klan Bai ... Klan---A-apa?!
"WHAT THE F*CK!!!"
Teriakan bermakna umpatan itu melengking tajam, memecah suasana damai di ruangan itu.
Shena terjungkal saking kagetnya. Bibirnya berkedut, tak terima akan kenyataan ini.
Terheran heran, Pemuda tadi bertanya, "Ada apa, kenapa kau sekaget itu?" Tapi ada sedikit keganjalan dalam jawabannya itu.
Shena menoleh dengan kecepatan cahaya. Tatapannya setajam silet. "Sekaget itu, sekaget itu ... Sekaget itu!"
Intonasinya sarat akan ketidak terimaan. Awalan lirih, akhirannya ... sungguh membuat orang ingin mencopot kuping milik dirinya sendiri.
Lagi-lagi mereka terlonjak, gadis imut tadi mengerutkan keningnya. "Apa kau benar Li Qiao?"
"Apa? Jangan semb--- a-apa? Namaku Li Qiao?"
Nada gugup serta pertanyaan ambigu itu membuat dua sosok tadi semakin bingung, sekaligus senang(?) Raut dungu terlukis jelas di wajah tanpa cela mereka.
Pemuda tadi menjawab, "Tentu saja. Nama umummu Li Qiao, nama lahir mu Li Yue."
Apa-apaan ini?! Apa salah dan dosaku ... jika memang aku ditakdirkan menyebrang, setidaknya jangan perankan aku sebagai sampah busuk seperi Li Yue ini! Mama .... Saat ini benaknya dipenuhi gunung api amarah yang meledak berurutan.
Dirinya masih tidak mengerti akan kenyataan ini. Demi dia yang masih belum menikah, dia mengutuk penulis novel ini!
A-apa-apaan? T-tapi bagaimana bisa? Bukankah itu hanya novel? Arghhh s**l*n, lihat saja setelah aku kembali, kupastikan karir pengarangnya tidak akan semulus mukaku.
"A-Yue, ada apa?"
"T-tidak, tidak ada. Siapa namamu, dan n-namanya?"
"A-apa kau melupakanku?"
Kening Shena terlipat. Melihat reaksi berlebihan dari pria tampan dihadapannya membuat perutnya sedikit terkocok. Dari kata-kata itu dia menyimpulkan kalau Li Yue ini memang sangat dekat dengan sosok itu.
Bibirnya berkedut sebelum menyanggah, "B-bukan lupa... Tapi aku tidak ingat."
Alasan macam apa itu? Apa dia mendapatkannya dari lututnya? Oh, pantas saja.
Bibir Pemuda itu masih melengkung ke bawah, dengan hempasan nafas yang mendahului dia berucap, "Namaku Bai XingFu, dan ini," dia menyenggol pundak wanita di sampingnya, "kakak sepupuku, Jia Li."
Keheningan mengisi waktu sebentar, suara pintu dibuka menghancurkannya.
Shena sontak membalikan badan, seketika setelah netranya menangkap seseorang yang masuk itu. Kebingungan yang mendera dalam pikiranya tergantikan oleh rasa takut dan ketidakpercayaan.
Gelap lagi. Dia pingsan lagi.
Sebelum tubuh Shena bersilaturahmi dengan tanah seutuhnya, sosok di seberang dengan cekatan menangkap pergelangan tanganya. Menangkap, kemudian menarik. Shena jatuh sepenuhnya dalam dekapan lelaki itu.
Meski cahaya sudah tenggelam seutuhnya, tapi telinganya tidak rapat!
Shena masih mendengar kata penuh kekhawatiran dari sosok itu.
"Tidak!"
...•||||||•...
Cahaya menyengat mengusik kenyamanannya. Shena membuka mata, hal pertama yang memenuhi mata ialah atap yang lusuh, dan jelek tapi tentu saja tidak sejelek wajah mantannya.
Saat kesadarannya masih belum sepenuhnya menyatu, tendangan lebih dulu menghancurkannya. Dia dipaksa bangun, kedua lengannya ditarik secara kasar.
Lutut yang masih loading tentu saja tidak bereaksi sebagaimanaharusnya, alhasil kini dirinya diseret dengan sebagian tubuh yang terus menyapa debu tanah.
Dua pria tinggi kekar yang memeganginya tampak geram, salah satu dari mereka meninju pinggangnya dan berteriak, "Bangun! Jangan menyusahkan kami!"
Shena mengerang sakit, siapa saja yang bisa tahan akan pukulan itu Shena berjanji akan menjadi gadis baik untuknya. Itu sangat sakit!
Perlahan dia menegakkan tubuh, dia menyadari tubuh ini sudah memiliki banyak luka dalam. Luka itu tertekan saat dia berdiri, apalagi di perut. Uh! Itu menyakitkan.
Dia memutar otak, mencari cara agar dapat meloloskan diri dari besi yang memeganginya dengan kokoh itu. Opsi satu, melawan. Ah! Itu tentu saja langsung tercoreng! Saat ini tubuhnya sangat lembek seperti jelly--- eh bukan, lebih tepatnya ingus!
Huh, pemilihan kata yang menjijikan.
Mulutnya ia buka, tapi tak ada tanggapan verbal maupun fisik untuk perkataanya.
Dia berteriak sekali lagi. "Hey! Lepaskan, apa kalian ingin sekali bersentuhan dengan giok? Berkacalah! Kalian tidak pantas menyentuh kulit mulusku! Lepaskan, b*j*ng*n!"
Tetap tak ada riak sedikitpun pada wajah di bawah rata-rata dua sosok itu. Kali ini dia mencoba menyentak tangannya.
Matanya melotot saat tanganya mengganda. Pergelangan tangannya jadi empat! Yang satu sudah terlepas dan menggantung di satu sisi. Dia menatapnya, masih tidak percaya.
Pantas saja mereka seperti tidak punya panca indra, ternyata aku yang bodoh! Dia menyadari ini bukan nyata, ini mimpi--- ralat memori karakter novel yang ia perankan. Menurut cerita, ini adalah penggalan dari---- d*mn! Bab kematian! Ini buruk! Lebih buruk, jauuh lebih buruk dari rasa kue yang ia buat!
Ini benar-benar hal yang membuat dia ingin memakan otaknya sendiri. Bagaimana ini? Tidak! Tidak mau!
Shena hanya bisa berharap rasa sakitnya tidak akan menular pada dirinya. Membayangkan bilah mengkilat nan tajam dari pedang pemeran utama pria mencium lehernya ... Tidakk!!!
Setelah sepersekian detik berlalu, Shena benar-benar merasa bahwa otaknya sudah kadaluwarsa. Bukankah tadi dia juga merasa sakit saat algojo itu menggaplok pinggangnya? Itu berarti tidak ada pengecualian! Semuanya disamaratakan!
Dia menggeliat mencoba lepas, keempat organ geraknya serta kepala memang bisa digerakan, tapi bagian tengah tubuhnya sama sekali tidak bergeser setitikpun! Tubuhnya seperti di pin!
Shena membatin, Ramai sekali, berapa banyak anjing yang menonton sih?
Cahaya matahari benar-benar memperjelas keberadaannya. Shena mengeluh akan betapa tajam sinar itu menusuk pupil kepunyaanya.
Teriakan, tawa, serta sorakan kegirangan semakin menggila seiring terkikisnya jarak antara dirinya dengan tempat eksekusi. Ludah muncrat dari berbagai arah.
Dia bisa membayangkan sosok Li Yue yang tersenyum meremehkan saat ini. Orang itu benar-benar gila.
Shena menggelengkan kepala saat dia menangkap tempat itu. Berusaha memberontak, tapi tentu saja tidak berguna!
Dia tidak menangis! Itu merupakan suatu keunggulan yang harus dibanggakan. Itu cukup untuk membuatnya tertawa di alam baka selama tujuh hari. Namun, walau semua mantanya memujanya seperti dewi, dia tetap tidak ingin mati!
Memberontak memang tidak berguna di momen ini. Dia tidak ingin kehabisan ide, dia terus memeras otaknya.
Eh, tunggu ... Bukankah dia bisa menggerakan lehernya? Kenapa pemikiran ini tidak bergulir di otaknya yang tumpul itu?
Dia tertawa puas. Dia bahkan tersenyum miring saat pemeran utama pria sudah menyelesaikan dialognya. Senyumnya membeku saat bilah pedang itu menyentuh ringan kulitnya.
Bodoh! Dasar otak telur! Apa kepuasan sesaat tadi benar-benar mengambil alih seluruh atensinya? Dia lupa mengelak, ini bagaimana?!
Teriakan lolos dengan brutal keluar dari mulutnya. "Tidaaak!!!"
Entah karna keberuntungan atau memang takdir, saat dia membuka mata dia sudah bangun dari mimpi.
Tanganya buru-buru meraba lehernya. Masih utuh! Tidak lecet sedikitpun! Dia tertawa terbahak-bahak akan ini! Mimpi itu benar br*ngs*k tapi juga sangat menantang! Adrenalinya benar-benar terpacu akan itu.
Tawa itu hancur saat dia menoleh kearah kanan. Dia ... Luruh lagi, pingsan lagi.
Binar kebingungan menerawang di netra terang Bia Xiang. Yaah, walaupun wajahnya masih setenang biasanya tapi mata memberitahukan segalanya.
"Sebentar, apa dia ... Maaf A-Yue, Apa A-Yue, dia ... Gila?" Bai XingFu memadamkan keheningan yang mendera.
"Dia berteriak lalu tertawa, aku khawatir dia terlalu terpukul akan kejadian itu ...." Perkataannya belum rampung, tapi tenggorokannya tercekat saat matanya mendapati komuk kakaknya.
Cengkeraman pada Hanfunya mengetat, menandakan emosi yang ia tahan sangat kuat. Bai XingFu menelan ludahnya susah payah.
Matanya bergulir kearah lain. Dia menatap Jia Li penuh pertanyaan. Jia Li menoleh, dia menjawab dengan helaan nafas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Hadi Fiki Ananda
cerita apaan ini gak ada serunya kalau mau buat cerita komedi ya komedi aja jangan bertele-tele seperti ini ceritanya laria entah kemana mana
2022-04-05
1
anggita
klan bai~ istana bai.
2022-01-27
1
Gembelnya NT
Mirip Shen Yuan yg kejebak ditubuh Shen Qingqiu ( Scumbag System ) tp yg ini gk ada sistem yg ngatur2 ini itu
2021-10-15
1