Slebeww!
Eh---
Untuk sejenak poni Shena seolah salto, yang dikarenakan tarikan dari makhluk berakal yang entah bernama siapa.
Seorang gadis menuntunya berlari menjauh, hingga akhirnya ketukan cepat menjadi berhenti, menetap di sebuah gang.
Seketika loading.
Beberapa gadis mendekatkan diri satu persatu. Masing-masing membawa satu tangkai bunga yang berbeda jenis, dan dengan senyum simpul mereka melemparnya kearah Shena.
Mau tak mau, Shena menangkapnya. Meski beberapa jatuh. Otaknya mulai merinci beberapa cuan yang dihasilkan jika ini dijual.
Jika dilihat oleh otak yang butuh pembersih, mungkin mereka berpikir... 'Penyimpangan! Penyimpanan merajalela! Dunia tidak akan baik-baik saja! Dewaaa!!!'
Ditengah-tengah situasi menyilaukan mata itu, dengan kesal Shena menumpasnya. "T-tunggu, apa maksudnya ini?"
Ah, kau hanya membuang persediaan kata-katamu. Gunakanlah baik-baik, pada orang yang baik, jangan gunakan untuk orang yang tidak baik.
Para gadis itu seakan telinga mereka tersumpel oleh kotoran satu kilo. Wusss---- Melesat lalu pergi, tanpa menghilangkan pencerahan di telinga mereka.
"Kalian----"
"Tidak salah lagi. Ini Nona yang 'itu'."
Satu suara memikat menyelam dalam ketelinganya. Shena menoleh.
Pupilnya mencerminkan seorang pemuda dengan penampilan cukup elegan. Bisa dikatakan tampan, dan mungkin bisa membuat gadis yang malu-malu imut, memunculkan blush on alami.
"Nona, ini."
Lagi, sekarang malah satu buket.
Shena akhirnya menyerah bersikap pasrah. Dia akhirnya menyergah, "Ini-ini, Matamu! Tanganku hanya dua, dasar dungu!"
Menarik, cukup menarik. Guru, akankah kamu memberikan aku peringkat paling atas atau gelar murid terbaik jika aku bisa menaklukan Nona ini? Air es menimpuknya. Kenyataan menyadarkannya.
Ini pengalaman pertama! Bagaimana kamu bisa menawar sebegitu rendahnya akan ranking?
Senyum manis terpatri tanpa beban, menggantung indah di wajahnyaa. "Kamu marah pun masih manis, Nona." Kekehan pelan menyentil udara.
Bola mata Shena berotasi. Sedangkan dihati lain lagi. Aduhhh, ginjalku bergetar ....
Cosplay time!
Kepala Shena menunduk, jari telunjuknya menarik poni kebelakang. Bibirnya ia gigit membuat ilusi seperti dia tengah menahan senyum.
Sangat natural. Huh, tentu saja, dia senior, 'kan?
Mencoba menahan senyum gula-gula--- maksudku senyum mual, Shena berucap, "Ah, kamu terlalu berlebihan."
Pemuda itu tertawa, perlahan mendekat menyusutkan jarak. "Tidak, kamu memang manis apapun yang kamu lakukkan."
Shena tertawa.
Hahahahaha! Tentu saja tidak seperti itu, friend. Tawanya difilter sedemikian banyaknya, mencegah sesuatu yang bisa menghilangkan reputasinya.
"Aku sangat kagum dengan keberanianmu di pesta, Nona."
Memangnya aku tanya?
Benar juga, siapa yang bertanya?
Sudahlah, jangan berbanyak basa basi yang sudah basi itu! Memuji, bersikap manis. Cih, dasar penjilat!
Beginilah jika seseorang mengaca, dan kaca yang digunakannya itu buram.
Bukankah itu definisi Shena saat ini?
"Ah, i-itu... Aku jadi malu... Tuan muda, jangan mengungkitnya lagi."
Tuan Muda itu tertawa lagi.
Tertawalah, tertawalah wahai pria kurang tamparan. Karna kau akan berubah menyemburkan air mata saat aku meninggalkanmu nanti. F*ck girl melawan f*ck boy. Kita lihat siapa yang bisa mematahkan hati siapa nanti.
Setelah satu tarikan nafas, pemuda itu akhirnya mengakhiri tawanya. Dia berjalan mendekat, meraih bahu Shena kemudian menyeretnya untuk pergi. Sembari berjalan dia berucap, "Ah, tidak. Jika boleh jujur yang dikatakan nona cantik ini memang benar."
Bertingkah imut, bertingkah imit, umut amut ... Imut! Ya, hanya ini yang bisa dilakukannya saat ini. Apakah dia tidak mual? Tunggu--- apa pertanyaan itu masih bisa dipertanyakan?
Lalu apakah hasrat membanting tubuh miliknya tidak terbangun? Sebenarnya iya ... Tapi, karna rasa sabar menekannya, hasrat itu akhirnya teredam dan lumayan bisa dikontrol.
Tuan muda ini masih tergolong sopan bagi Shena, jauh dibelakang dari mantan-mantan di dunianya. Dia malah sering melakukan hal yang sama pada teman laki-lakinya.
Manis sekali. Persis seperti pasangan suami istri yang baru menikah kemarin. Saling melempar senyum manis, dan tatapan penuh rasa cinta mendalam.
Yang palsu.
Mereka berjalan mengabaikan udara, bisikan-bisikan gaib dari makhluk berakal yang rata-rata penjilat, mengabaikan tatapan, mengabaikan----
Seseorang berdehem, memecahkan pemandangan pemicu muntah itu.
Shena mendongak, untuk sesaat dia membeku. Dirinya tercermin dalam netra secerah kaca pandora.
Seseorang itu menatapnya dengan tatapan sama seperti biasanya, tapi entah kenapa benaknya menolak kalau tatapan itu masih biasa-biasa saja. Seperti ada sesuatu yang menggelora di dalam sana.
Ada tiga orang. Tapi kenapa dirinya seolah dipaku oleh satu orang?
Seolah dirinya adalah objek yang hanya bisa ditatap oleh orang itu. Terlalu lurus! Lurus! Clingg! Tatapan itu masih menyiksa Shena.
Kenapa giok terbaik abad ini bisa seperti ini? Apa dia dirasuki? Tapi dirasuki apa?
Kebekuan akhirnya tercairkan oleh sebuah cengiran. Masih setia dengan posisi tadi Shena tertawa. Terdengar garing. "Eh--- kalian datang ...."
"Kau, kemari."
Sebentar ... Hanya dua kata, tapi kenapa terlalu berasa? Hawa itu ... hawa mengancamnya sangat terasa! Bagaimana bisa! Apa dia baru saja melakukan hal bersoda--- ah! Berdosa!
Permisi, ada yang membuka jasa memperbaiki otak?
Jangan pedulikan yang di atas! Fokus! Fokus fokus trullala!
"Ah, nanti saja aku mau berjalan-jalan dengan teman baru." Shena mengalihkan tatapan, memasang senyum manis sebelum menaikan satu alis.
Tuan muda itu menanggapi dengan senang hati. Senyum miring dengan samar terpasang di wajahnya.
Peka akan situasi yang---Makhluk hidup ini tidak bisa mengatakannya---tuan peka, Bai XingFu menengahi. Menerangi dengan segenap kehati-hatian. "A-Yue, kemari. Aku menemukan sesuatu yang membuatmu tidak bisa menolaknya."
Terpancing akan umpan, Shena melepaskan tanganya yang sedari tadi merengkuh lengan tuan muda di sisinya. "Benarkah? Apa itu?"
"Dendeng rusa."
Ngeenggg!
Gas! Sepenuhnya di gas!
Apa harga dirinya serendah itu? Hanya karna makanan? Oh, lupakan.
Tanpa penundaan lebih lanjut Shena berlari, melompat, kemudian tanganya meraih kepala Bai XingFu. Membuat Bai XingFu sedikit oleng ke samping. Tindakan yang sopan! Dengan tidak elitnya, dia menarik Bai XingFu dengan posisi seperti itu, menggiringnya berbalik. Dia berkata disisipi tawa. "Baik! Baik! Cepat beritahukan dimana itu! Cacing-cacing perutku memang tidak sopan, aku baru saja memakan tiga bakpao tapi mereka malah melunjak. Aku lapar, A-Yangg!!!"
Perhatian! Tindakan diatas tidak patut dicontoh!
Bagaimana jika tiang yang disandarinya tidak cukup kokoh? Bukankah mereka akan beralih pada posisi yang lebih tidak elit lagi? Jatuh! Kuharap kau punya karung untuk menyembunyikan wajahmu.
Untung saja pengendalian diri Bai XingFu tidak seperti jelly yang mudah meleyot. Dengan hempasan nafas dia akhinya rileks. "Di sini."
Di belakang terjadi pertunjukan yang mengandung makna dimana makna itu harus dilestarikan. Tiga orang diantaranya Bai Xiang, Jia Li, dan Tuan muda tadi saling melempar salam.
Tentu saja hukum dunia ini masih berlaku. Yang lebih rendah terlebih dahulu.
"Yang Mulia Putra Mahkota, Nona Jia, yang rendah ini memberi salam." Badannya menekuk, melahirkan posisi membungkuk.
Jia Li dengan sopan membalasnya dengan perbuatan sama tapi bungkukan badanya sedikit lebih tinggi. "Tuan Muda Wang."
Sedangkan patung es di sebelahnya benar-benar menjadi patung es. Matanya bahkan tidak menyentuh seseorang di depannya.
Tunggu, apa berhenti sampai sini? Bukankah akan ada pertandingan! Kenapa kandidat yang satu hilang? Lebih tepatnya menghilang!
Oh tentu saja, si lawan tidak akan membiarkan. Tuan muda Wang berteriak, "Nona! Jika kamu ingin makan dendeng rusa, aku tau tempat dengan rasa terbaik di daerah ini. Jika kau mau berbalik dan menemani tuan ini, tokonya akan kubeli atas namamu! Bagaimana?"
Murah! Masih digolongkan murah untuk ukuran seorang tuan muda! Tapi siapa sangka? Harga dari harga diri Shena bisa seterjangkau itu? Apakah sedang ada diskon? Atau flash sale?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments